Share

Bab 57

Penulis: Rina Safitri
“Kak Indra, kamu tadi bicara apa dengan Kak Puspa?”

Wulan mendekat dengan senyum manja, tapi Lukman malah seperti lihat hantu, dia refleks mundur beberapa langkah.

Wulan mengedip pelan. “Kak Indra, ada apa? Apa aku menakutkan?”

Lukman menggaruk hidungnya, batuk ringan, dan tertawa canggung.

“Bukan, bukan karena kau. Nggak ada hubungannya.”

Sialan semua ini gara-gara Puspa, si wanita gila itu bicara ngawur!

Istri teman nggak boleh diganggu. Ia masih punya moral, tidak seberengsek itu!

“Teman-temanku memanggil, aku pergi dulu.”

Lukman pun kabur dengan tergesa. Ia seperti menghindar dari wabah penyakit.

Melihat reaksi aneh itu, Wulan diliputi tanda tanya. Ia semakin curiga pada Puspa. Apa yang sebenarnya dikatakan perempuan itu? Apa diam-diam dia menjelekkanku?

Puspa nggak menyangka, ledakan emosinya tadi bisa memicu reaksi berantai seperti ini.

Dulu, ia sangat antusias menghadiri acara sosial bersama Indra. Bagi Puspa, itu adalah bentuk pengakuan. Tapi kesempatan itu selalu jarang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 274

    Puspa tentu saja paham maksud dari kata-katanya, dan sikapnya yang seolah besar hati itu malah buat dia merasa geli sekaligus getir.Ia mengibaskan tangan Indra, mata memerah, suara penuh sarkasme.“Lalu aku harus terima kasih ke kamu karena kemurahan hatimu? Terima kasih sudah lapang dada terima aibku? Terima kasih sudah mau tampung aku jadi istrimu?”“Jangan emosi dulu.”Indra mencoba tenangkan, melangkah mendekat.Namun Puspa segera mundur, jaga jarak.“Indra, aku nggak akan terima kasih ke kamu. Karena sejak awal ini bukan salahku. Kamu peduli atau nggak, itu urusanmu. Aku nggak peduli.”Ia menambahkan, dingin menusuk, “Dan simpan rasa kasihan palsu itu. Di mataku, semua itu cuma rasa pura-pura yang menjijikkan.”Ia sudah lama nggak ingin posisi sebagai Nyonya Wijaya ini. Indra yang paksa dia duduk di kursi itu, dan kini Indra tampil seakan dermawan? Menurutnya, itu hanya buat orang mual.Wajah Indra mengeras, tapi ia tetap diam. Ia tahu, Puspa sedang menyimpan amarah. Biarlah ia m

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 273

    Ia nggak salah, nggak pantas tanggung kesalahan orang lain.Ketika ia buka mata lagi, fajar sudah menyapa hari kedua.“Sudah bangun, gimana rasanya?”Suara Indra memecah kabut di kepalanya, menariknya pelan dari sisa-sisa mimpi.Puspa menoleh ke arah pria yang berdiri di tepi ranjang, berkedip sebentar, lalu berkata, “Aku nggak apa-apa kok.”Indra jawab singkat, “Bagus kalau begitu.”Dengan gerakan lembut ia rapikan helaian rambut yang berserak di pelipisnya. “Tentang kejadian kemarin, aku sudah selidiki, pelakunya namanya Bagas. Kenapa kamu nggak pernah bilang ke aku ada dendam di antara kalian?”Buka luka lama memang nggak pernah mudah. Puspa nggak mau bicara tentang itu. Ia balas pertanyaan dengan pertanyaan, “Di mana dia sekarang?”Indra mengalihkan jawaban. “Aku nggak akan biarkan dia lolos begitu saja. Untuk apa yang ia lakukan ke kamu, aku akan balas berkali-kali lipat. Dia nggak akan pernah lagi muncul di depanmu.”Puspa tanya lagi, “Apa dia bilang siapa yang suruh dia?”Sekila

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 272

    Vila Asri.Indra turun dari mobil sambil gendong Puspa, tubuh perempuan itu kaku, emosi nggak menentu.Setibanya di kamar tidur, Indra turunkan Puspa ke atas ranjang. Namun begitu ia hendak bangkit, ujung bajunya langsung ditangkap jemari Puspa.“Jangan pergi!”Suara Puspa serak, ototnya menegang, penuh ketergantungan pada Indra.Indra meraih tangannya, bungkus jemari rapuh itu dengan telapak besarnya.“Aku nggak akan pergi.”Ia pun berbaring di sampingnya, tarik tubuh mungil itu ke dalam dekapannya. Sambil menepuk lembut punggungnya, ia berbisik pelan untuk menenangkan, “Aku di sini. Aku nggak akan kemana-mana. Jangan takut.”Puspa meringkuk, kepala menempel pada dada bidangnya, seolah cari rasa aman yang pernah dikenalnya di masa lalu.Namun begitu matanya terpejam, kenangan yang selama ini berusaha ia kubur justru kembali menyeruak. Bayangan kelam itu mengejarnya tanpa ampun, menggali ketakutan lama yang membuatnya goyah dan ciut.Ia pernah yakin dirinya cukup kuat untuk hadapi semu

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 271

    Tubuh Puspa masih bergetar hebat ketika Indra akhirnya muncul. Ia meraih kepalanya, lalu menekan Puspa erat ke dalam pelukannya, seolah hendak jadi tameng yang menutupinya dari semua tatapan menusuk.“Jangan takut, aku ada di sini.”Dahi Puspa terbenam di bahunya. Tangannya refleks menggenggam pakaian pria itu erat, sementara telinganya seolah tiba-tiba tuli, hanya tersisa dengungan hampa yang buat dunianya bergetar.Indra menyapu pandangannya ke seluruh ruangan. Sorot matanya gelap, suaranya dingin penuh ancaman.“Foto-foto AI ini, aku akan selidiki sampai tuntas. Kalau ada yang di antara kalian yang berani terlibat, atau kalau aku temuin ada yang sebarkan ke luar, jangan salahkan aku kalau minta pertanggung jawaban kalian.”Yang hadir di ruangan itu semuanya orang terpandang. Meski wajah-wajah mereka mengeras, jelas nggak suka diancam, tapi nggak seorang pun berani bersuara menentang. Nama besar Keluarga Wijaya bukanlah sesuatu yang bisa mereka hadapi begitu saja.Pesta ulang tahun s

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 270

    Bagas dan Hana memang cepat berpisah, tapi tetap saja tertangkap oleh mata Puspa yang baru masuk.Alisnya mengerut, sorot matanya penuh selidik. Orang itu Hana yang bawa masuk? Sejak kapan mereka saling kenal?Seketika ada sebuah benang yang menyambung di kepalanya. Ujung benang itu adalah Wulan.Apa ini ulahnya?Puspa nggak percaya kemunculan Bagas tanpa maksud apa-apa. Bahkan, nalurinya berkata, pria itu memang datang untuk targetin dia.Meski nggak bisa tebak langkah selanjutnya, Puspa putuskan satu hal, lebih baik potong masalah dari akarnya.Ia segera panggil petugas keamanan, berniat diam-diam singkirkan Bagas dari pesta. Namun rencananya belum sempat terlaksana, Hana sudah lebih dulu seret Endah datang, kacaukan segalanya.“Kenapa kamu usir temanku? Hari ini ulang tahun Nenek Zoraya. Apa kamu mau buat keributan?”Puspa belum sempat buka mulut, Endah sudah lebih dulu semburkan amarahnya.“Di rumah kamu boleh gila sesuka hati. Tapi di sini? Apa kamu kira tempat ini milikmu jadi bi

  • Hari Aku Kehilangan, Dia Merayakan   Bab 269

    Orangnya sudah pergi, tapi Endah yang sejak tadi nahan amarah, ingin sekali melampiaskannya ke Puspa. Namun sebelum sempat lontarkan kata-kata pedas, Puspa sudah berbalik dan melangkah pergi.Amarah yang sudah menggelegak itu akhirnya tertahan di tenggorokan. Mengingat situasi yang masih penuh orang, Endah terpaksa menelannya bulat-bulat.Di halaman luar, Puspa keluarkan HP-nya dan coba telepon. Sambungan tersambung, tetapi nggak ada seorang pun yang angkat.'Sudah cukup. Tugasku hanya sebatas ini. Kalau dia nggak bisa dihubungi dan nggak muncul, itu bukan lagi urusanku.'“Puspa, adik kelasku.”Baru saja ia simpan HP, suara yang kasar, sumbang, dan buat dia muak terdengar dari belakang.Tubuh Puspa menegang. Ia berbalik, mendapati Bagas berjalan dengan langkah pongah, wajah penuh ejekan.Tatapan menjijikkannya meluncur naik-turun di tubuh Puspa. Bibirnya melengkung sinis.“Adik Puspa, sudah lama sekali kita nggak ketemu.”Mendengar nama itu, pupil Puspa mengecil tajam, wajahnya seketik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status