Share

Bab 4

Author: Dinda
James mengangguk sambil tersenyum, menyetujui semua permintaan mereka.

Demi menyenangkan Zara, tidak satu pun orang di meja makan menyinggung soal kepergianku.

Tiba-tiba, terdengar ketukan cepat dan keras di pintu.

Mata James yang semula redup langsung berbinar. Dia bergegas menuju pintu lebih cepat dari siapa pun.

James sangat gembira, dia mengira aku akan pulang hari ini dan melupakan semua perselisihan setelah mengetahui bahwa Zara sedang hamil, lalu merayakannya bersama keluarga.

Namun, saat pintu terbuka, orang yang berdiri di ambang pintu sama sekali di luar dugaannya.

Yang datang adalah sahabatku, Eliza Allen.

Eliza berdiri dengan kedua tangan menyilang di depan dada, dia menatap tajam ke arah James dari atas hingga bawah, lalu langsung bertanya tanpa basa-basi, "Di mana Katie?"

Aku dan Eliza tumbuh bersama sejak kecil.

Hidup Eliza penuh lika-liku, setelah orang tuanya bercerai, ibunya menikah lagi dan Eliza harus tinggal bersama ayahnya yang pemabuk.

Lingkungan itu membentuknya menjadi pribadi yang terus terang dan berwatak keras layaknya anak laki-laki. Namun, di hadapanku, dia selalu lembut. Selama itu menyangkut diriku, Eliza tidak pernah ragu untuk maju paling depan dan melindungiku dari segala hal.

"Dia nggak ada di sini. Kalau kamu mencarinya, lebih baik cari di tempat lain."

Zara muncul dari balik punggung James dan mencoba menutup pintu.

Namun, Eliza dengan sigap menahan pintu itu sebelum sempat tertutup.

Dengan tenaga penuh, Eliza mendorong orang yang menghalangi jalannya, lalu melangkah masuk ke dalam rumah sambil berteriak, "Katie! Kamu ada di rumah, 'kan?"

"Keluarlah! Wanita bodoh itu nggak ada di sini!"

Zara berteriak dan berusaha mendorong Eliza keluar.

Keduanya pun terlibat perkelahian dan membuat suasana menjadi kacau balau.

"Eliza, tenangkan dirimu. Katie benar-benar nggak ada di rumah!"

Melihat situasi makin memanas, James buru-buru berdiri melindungi Zara, lalu mendorong Eliza dengan cukup keras.

Melihat James masih saja membela Zara, amarah Eliza pun meledak.

Eliza mengangkat tangannya dengan cepat dan menampar wajah James dengan keras.

Tamparan itu begitu kuat hingga membuat kepala James menoleh ke samping. Di pipinya langsung terlihat jelas bekas telapak tangan yang memerah.

"James, kamu membatalkan pernikahan di hari-H dan langsung menikahi Zara. Apa kamu nggak punya malu? Katie mencintaimu sepenuh hati, tapi kamu malah melakukan hal sekeji ini! Kalian ini pasangan brengsek! Selain itu, orang tuamu yang pilih kasih itu, semoga kalian cepat-cepat dapat balasannya!"

"Suara Eliza bergetar karena marah dan tubuhnya pun gemetar hebat. Dia berteriak,

"Kalau sampai terjadi sesuatu pada Katie, meskipun harus mempertaruhkan nyawaku, aku akan pastikan kalian semua masuk penjara!"

Semua terkejut dan ketakutan oleh rentetan makian serta tindakan gila Eliza. Tidak ada satu pun yang berani maju untuk menghentikannya.

Mereka hanya bisa terpaku melihat Eliza membanting pintu dan pergi.

Malam harinya, setelah James berhasil menenangkan Zara hingga tertidur, dia duduk di ruang tamu bersama kedua orangtuaku.

Wajahnya masih tampak cemas, lalu dia berkata, "Ayah, Ibu, Katie sudah menghilang selama berhari-hari. Apa jangan-jangan terjadi sesuatu padanya?"

Orang tuaku hanya menunduk, diam tanpa sepatah kata pun.

Mereka tahu betul bahwa semua ini sangat tidak adil bagiku. Namun, keadaan sudah terlanjur seperti ini. Mereka hanya bisa berharap aku segera pulang dan nanti menebusnya kesalahan ini pelan-pelan.

Namun, yang tidak mereka tahu, aku sudah tidak lagi membutuhkan penebusan apa pun dari mereka.

Tubuhku telah membusuk dan mengeluarkan bau busuk di apartemen sewaan, hingga akhirnya ditemukan oleh tetangga sebelah.

Pagi harinya, telepon dari kantor polisi masuk ke ponsel James.

"Halo, ini keluarga dari Katie Gibson?"

"Dia ditemukan sudah meninggal di sebuah apartemen sewaan sekitar satu bulan yang lalu. Mohon datang ke kantor polisi untuk proses identifikasi jenazah."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hari Bahagianya, Hari Kematian Aku   Bab 9

    Aku menunduk, menggambar lingkaran di tanah.Hidup ini seperti sebuah lingkaran. Sekarang, semua orang sudah mengucapkan selamat tinggal padaku.Pelan-pelan, anak Eliza pun tumbuh dewasa.Saat mereka menyapaku, pohon keliyun itu pun ikut bergoyang pelan dan mengeluarkan suara gemeresik seolah menjawab.Entah sudah berapa tahun aku meninggal.Jiwaku mulai menjadi transparan.Arah gerakku pun perlahan tidak bisa kukendalikan lagi."Eliza! Eliza, selamat tinggal! Anak kecil, sampai jumpa juga!"Sekarang, waktunya aku mengucapkan selamat tinggal.Aku melambaikan tangan ke arah Eliza.Saat aku hampir menghilang, kulihat Eliza menatapku dengan mata berkaca-kaca, lalu ikut melambaikan tangan."Katie... selamat tinggal!""Di kehidupan berikutnya, mari kita tetap jadi saudari!"Cerita Tambahan: (Sudut Pandang James)Aku mencintai Katie.Namun, cinta ini, kini terasa terlalu ironis.Sebelum pernikahan.Zara datang bersama kedua orang tuanya dan berlutut di sampingku, memohon agar aku bersedia me

  • Hari Bahagianya, Hari Kematian Aku   Bab 8

    Musim semi tiba, alam bersemi kembali.Kuncup-kuncup bunga mulai bermekaran di ranting pohon keliyun itu.Di bawahnya, Eliza sudah datang sejak pagi.Eliza mengenakan gaun putih kesukaanku, dia duduk di atas rumput sambil membawa kue untuk menemaniku.Aku bersandar lembut padanya, memejamkan mata dan merasakan kehadirannya.Tubuh Eliza selalu harum wangi deterjen, bersih dan murni.Eliza seolah merasakan keberadaanku dan mulai berbicara sendiri.Dia bercerita tentang hal-hal tidak menyenangkan dalam hidupnya.Kejadian-kejadian lucu yang dialaminya dan kabar tentang keluargaku.Dari ucapannya, aku tahu bahwa Zara dan Toby telah dipenjara.Anak laki-laki yang dilahirkan Zara diserahkan kepada James untuk diasuh.Namun, setelah tes DNA, ternyata anak itu bukan anak James.Perusahaan James bangkrut, kini hidupnya hancur.Eliza tersenyum, seolah sudah berhasil keluar dari bayang-bayang kehilanganku."E... Eliza, kamu datang sepagi ini."Di belakang, orang tuaku dan James datang terlambat.M

  • Hari Bahagianya, Hari Kematian Aku   Bab 7

    James tidak pernah berani menatap langsung ke tempat kotak abu jenazahku diletakkan.Rumah duka dipenuhi dekorasi kain putih, tapi warna matanya justru memerah.James sangat menyesal, menyesal telah menyetujui keinginan terakhir Zara yang konyol itu.Menyesal karena tidak pernah menghargaiku dan berkali-kali berselingkuh dengan wanita lain.Menyesal karena kami seharusnya bisa menua bersama, tapi kini terpisah selamanya...Seseorang di belakang memakinya, tapi James tidak bereaksi sedikit pun. Baginya, semua makian itu memang benar. Dia memang bajingan.Saat semua sibuk sendiri, di sudut ruangan yang sepi, sosok hitam melintas diam-diam.Dia mengambil kotak abu jenazahku. Hujan masih turun di luar, dan kotakku dia peluk erat-erat.Dia berhati-hati sekali, seolah takut aku kehujanan.Dia adalah Eliza. Belakangan ini dia tampak tidak baik-baik saja, lingkaran hitam besar terlihat jelas di bawah matanya, dan rasa lelah terpancar dari seluruh tubuhnya.Eliza yang dulunya ceria, selalu tert

  • Hari Bahagianya, Hari Kematian Aku   Bab 6

    "James… jangan dengarkan omong kosongnya!""Aku sudah putus dengan Toby! Aku dijebak, semua ini salah paham!"Eliza hanya tertawa dingin. Dia mengeluarkan setumpuk foto tebal dari tasnya.Di dalamnya, ada banyak foto kebersamaan antara Toby dan Zara saat bertemu diam-diam.Termasuk bukti bahwa mereka masih bertemu beberapa waktu lalu."James! James, dengarkan aku dulu!"Zara masih mencoba menjelaskan.Namun, sebuah tamparan keras dari ibuku membuat Zara limbung dan jatuh terduduk di lantai.Hari-hari berikutnya, Zara tidak pernah bisa tenang.Kalung itu sudah Zara sembunyikan dan James terus bersikap dingin padanya.Bahkan saat Zara memasak sendiri untuk memohon maaf, James tetap tidak pulang untuk makan.Polisi memberitahu bahwa di dalam tubuhku ada seorang bayi yang telah terbentuk.Hari itu, jeritan dan tangis James menggema di kantor polisi. Dia meninju lantai hingga berdarah.Orang tuaku menangis hingga hampir pingsan.Orang tuaku juga tidak mau bicara dengan James lagi.Mereka te

  • Hari Bahagianya, Hari Kematian Aku   Bab 5

    James terhuyung lalu jatuh terduduk di lantai.Mulutnya terus bergumam, "Nggak mungkin."Ponselnya terlepas dari tangan dan jatuh ke lantai hingga layarnya retak."Ada apa, James?""Bangunlah!"Ibuku berusaha menarik James berdiri, tapi kata-kata yang keluar dari mulutnya justru membuat ibuku tertegun.Ketika mendengar bahwa aku sudah meninggal, ibuku langsung mengamuk dan mengguncang tubuh James sambil berteriak."Apa yang kamu bicarakan? Apa yang terjadi dengan Katie?""Katie... dia sudah meninggal."Ibuku terdiam mendengarnya.Seluruh anggota keluarga tergesa-gesa naik mobil dan melaju secepat mungkin ke kantor polisi.Sepanjang perjalanan, mereka terus berdoa agar semuanya hanya kesalahan informasi.Di bawah selembar kain putih, terlihat sedikit ujung rambutku yang cokelat keemasan.Tangan James bergetar pelan, matanya memerah saat menarik kain itu dengan hati-hati.Saat itu juga, tubuhku yang telah membusuk perlahan tampak di hadapan mereka."Katie … jangan menakut-nakuti Ibu sepe

  • Hari Bahagianya, Hari Kematian Aku   Bab 4

    James mengangguk sambil tersenyum, menyetujui semua permintaan mereka.Demi menyenangkan Zara, tidak satu pun orang di meja makan menyinggung soal kepergianku.Tiba-tiba, terdengar ketukan cepat dan keras di pintu.Mata James yang semula redup langsung berbinar. Dia bergegas menuju pintu lebih cepat dari siapa pun.James sangat gembira, dia mengira aku akan pulang hari ini dan melupakan semua perselisihan setelah mengetahui bahwa Zara sedang hamil, lalu merayakannya bersama keluarga.Namun, saat pintu terbuka, orang yang berdiri di ambang pintu sama sekali di luar dugaannya.Yang datang adalah sahabatku, Eliza Allen.Eliza berdiri dengan kedua tangan menyilang di depan dada, dia menatap tajam ke arah James dari atas hingga bawah, lalu langsung bertanya tanpa basa-basi, "Di mana Katie?"Aku dan Eliza tumbuh bersama sejak kecil.Hidup Eliza penuh lika-liku, setelah orang tuanya bercerai, ibunya menikah lagi dan Eliza harus tinggal bersama ayahnya yang pemabuk.Lingkungan itu membentuknya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status