Share

Bab 8

Author: Hargai
Telepon ditutup dengan tergesa-gesa. Pamela hanya mendengar suara panggilan berakhir bahkan sebelum dia sempat bertanya.

Dia tidak punya pakaian lain yang bisa dikenakan. Membuka lemari pakaian, dia melihat bahwa lemari pakaian di depannya penuh dengan pakaian paman aneh.

Setelah mengambil kaos putih milik pria itu secara acak dan memakainya, Pamela bergegas keluar dari rumah.

Kaos pria itu cukup besar untuknya. Ujung kaos menjuntai sampai ke lutut, sehingga tidak akan terlihat aneh jika dipakai sebagai pakaian kasual yang kebesaran.

...

Perusahaan Quentin.

Pamela sedang absen dengan menempelkan sidik jarinya pada pemindai. Tiba-tiba, Vanda yang wajahnya penuh tekanan berlari menghampirinya.

"Pamela, akhirnya kamu datang juga! Pak Dikra minta kamu datang ke ruangannya. Siapkan mentalmu ...."

"Pak Dikra mencariku?"

Pamela jarang sekali melihat Vanda setegang ini. Jadi, dia bertanya, "Apa yang terjadi?"

Vanda melirik ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tidak ada orang di sekitar sebelum dia menghampiri Pamela dan berbisik pelan kepadanya, "Hari ini semua komputer di perusahaan terserang virus. Sistem lumpuh total dan semua dokumen penting internal perusahaan hilang."

Pamela mengerutkan kening, lalu menimpali, "Apa hubungannya denganku? Kalau komputer rusak, mereka harus mencari teknisi untuk memperbaikinya."

Vanda berkata dengan khawatir, "Teknisi sudah mengatasinya! Intinya, Bianca melaporkan kepada Pak Dikra kalau kamu mengunduh permainan di komputer perusahaan, jadi semua komputer perusahaan terkena virus!"

"Selain itu, hari ini Pak Patra mengundang pimpinan tertinggi untuk memeriksa proyek baru perusahaan. PowerPoint presentasi proyek sudah dikerjakan dengan susah payah oleh departemen kami, tapi dokumennya nggak bisa ditemukan. Karena itu Pak Dikra sangat marah dan pasti akan melampiaskannya padamu!"

Bianca Phalosa?

Dia adalah orang yang memiliki koneksi di perusahaan!

Seperti Pamela, dia masih dalam masa magang.

Perusahaan Quentin adalah perusahaan yang masuk dalam daftar 500 perusahaan besar di negara ini. Setiap tahun ada banyak orang berprestasi yang mencoba bergabung dengan perusahaan.

Karena memiliki nilai yang sangat baik, Pamela mendapatkan surat rekomendasi dari dekan Universitas Padalamang untuk magang di sini. Sementara Bianca, kabarnya dia adalah kerabat dari manajer di sini, yaitu Pak Dikra!

Hanya ada satu tempat yang tersedia bagi para pemagang untuk bisa menjadi pegawai tetap di perusahaan ini. Orang yang paling memungkinkan untuk posisi ini antara Pamela dan Bianca.

Pamela mungkin tahu persis apa yang sedang terjadi.

...

Sebelum Pamela mengetuk pintu ruang kerja Pak Dikra, dia mendengar suara Bianca di dalam ruangan yang meminta manajernya itu untuk tenang.

"Jangan khawatir, Paman. Komputernya akan segera diperbaiki! Ini semua salah Pamela. Dia malah main game nggak jelas saat kerja ...."

Pak Dikra menggerutu kesal, "Di mana si Pamela sialan itu? Kenapa dia belum datang juga!"

Pamela mengetuk pintu dan mendorongnya hingga terbuka.

"Pak Dikra ingin bertemu dengan saya?"

Pak Dikra mengumpat begitu melihatnya, "Pamela, kamu masih berani datang rupanya! Ini hari kerja dan kamu datang ke kantor di jam segini? Kemarin juga kamu nggak masuk tanpa alasan. Apakah ini sikap kerjamu!"

Pamela masuk dan menjelaskan dengan sikap yang baik, "Maaf, Pak Dikra. Kemarin saya menikah dan pagi ini saya ada masalah, sehingga datang terlambat."

Pak Dikra menganggap alasan yang diberikan Pamela sangat menggelikan. "Menikah? Anggap saja kamu memang menikah. Tapi apa kamu nggak bisa ambil cuti? Kamu pikir perusahaan ini rumahmu? Datang kapan pun kamu mau, pulang kapan pun kamu mau dan main game kapan pun kamu mau!"

Pamela masih bersikap lembut, "Ini pertama kalinya saya menikah. Saya akan mengambil cuti lain kali."

Pak Dikra kehabisan kata-kata, "..."

Bianca benar-benar tidak sanggup untuk mendengarkan perdebatan keduanya lagi.

"Pamela, kamu benar-benar nggak tahu malu. Kamu bolos kerja, tapi masih berani menggunakan alasan menikah? Bikin alasan pun nggak becus!"

Saat itu, pintu ruang kantor terbuka.

Bos Perusahaan Quentin, Patra Rafandra datang bersama dengan seorang pria bertubuh tegap yang sudah berdiri di ambang pintu. Kebetulan keduanya mendengar jawaban Pamela atas dua pertanyaan Pak Dikra.

Agam menyipitkan matanya.

Pak Dikra berniat melanjutkan memarahi Pamela. Namun, melihat kedua orang yang berada di depan pintu, dia sangat ketakutan hingga berdiri dengan tergesa-gesa dan mengangguk untuk menyapa mereka.

"Eh, Pak Patra! Kapan Bapak dan Pak Agam tiba. Masuklah ...."

Bianca menoleh sekilas. Dia melihat pria tampan dan pendiam yang berdiri di samping Pak Patra, sontak matanya langsung melotot.

Pamela yang kurang tertarik, menoleh samar-samar ke belakang dan terkesiap di tempatnya.

Paman aneh?

Kenapa dia ada di mana-mana?!

Pak Patra bertanya dengan wajah serius, "Dikra, apa yang barusan kalian perdebatkan? Aku dengar sistem perusahaan lumpuh total, ada apa ini?"

Dengan keringat bercucuran, Pak Dikra menunjuk ke arah Pamela dan berkata, "Pak Patra, anak magang baru perusahaan bermain game selama jam kerja, menyebabkan sistem perusahaan terserang virus. Sekarang, bagian teknis sedang memperbaikinya ...."

Patra menjadi marah, "Apa? Kenapa mempekerjakan anak magang seperti itu! Kamu berniat menjadikannya karyawan tetap?"

Pak Dikra langsung menggeleng dan menjawab, "Bukan begitu! Pak Patra, saya akan memecatnya sekarang juga!"

Bibir Bianca sedikit tertarik menyunggingkan senyum tipis tanda kemenangan.

Tatapan dingin Agam menyapu sosok Pamela sekilas, sangat acuh.

Seolah tidak pernah mengenal satu sama lain, dia berbicara dengan dingin, "Pak Patra, sepertinya hari ini bukan waktu yang tepat untuk kedatangan saya. Kalau begitu, kita lakukan lain kali saja!"

"Pak Agam, maafkan saya karena sudah membuat Anda melihat lelucon semacam ini ...."

Patra menjadi sangat tidak berdaya. Entah berapa banyak usaha yang telah dia lakukan untuk mendatangkan orang penting seperti Agam kemari. Jadi, jika hari ini dia pergi begitu saja, akan lebih sulit lagi untuk membawanya ke sini di lain waktu!

Pada saat itu, Pamela melihat Vanda sedang menatap dengan gelisah ke arah pintu kantor.

Dia tiba-tiba teringat bahwa proyek baru ini adalah pertama kalinya Vanda memimpin tim sendirian. Jika proyek ini gagal, akan sulit baginya untuk mengambil peran besar di perusahaan.

Vanda selalu memperlakukan Pamela dengan baik selama masa magang.

"Pak Agam!" panggil Pamela tiba-tiba.

Agam yang sudah berbalik menghentikan langkah kakinya.

Pamela berjalan ke arahnya, "Pak Agam, saya tahu waktu Anda sangat berharga. Tapi, karena sudah datang kemari, akan sangat disayangkan kalau sampai melewatkan satu proyek yang bagus!"

Mata hitam Agam menatap dingin. Lalu, dia bertanya, "Sepertinya sekarang kalian nggak punya apa pun untuk diperlihatkan kepada saya."

Pamela meyakinkan, "Beri saya waktu sampai kopi Anda habis. Saya pasti akan menampilkan PowerPoint rencana proyek baru ini kepada Pak Agam untuk dipresentasikan!"

Patra dan Pak Dikra menatap Pamela dengan tatapan tidak percaya.

Bianca memutar bola matanya meremehkan. Teknisi profesional saja sampai kewalahan memperbaiki sistem yang rusak. Namun, Pamela bilang dia bisa memperbaikinya?

Membual bukanlah taktik yang bagus!

Sudah terpojok, dia masih mencoba untuk memperbaikinya?

Setelah hening selama beberapa detik, wajah tampan Agam ada gurat ketertarikan dalam tatapannya.

"Anak muda memang memiliki semangat yang menantang. Pak Patra, saya sudah datang dan kebetulan sedikit haus. Saya akan meminum secangkir kopi sebelum pergi!"

Patra kembali tersadar dari keterkejutannya dan segera memerintahkan, "Tunggu apa lagi? Cepat buatkan kopi untuk Pak Agam!"

"Baik!"

Bianca memanfaatkan kesempatan ini untuk bisa dekat dengan Agam, dengan sigap pergi membuatkan kopi.

Pamela kembali ke meja kerjanya dan mencolokkan sebuah USB ke colokan komputer.

Vanda merasa penasaran, jadi dia mendekat dan bertanya, "Pamela, apa yang kamu lakukan? Apa kamu benar-benar bisa memperbaiki komputer?"

Dengan ekspresi fokus, Pamela menggerakkan mouse di tangannya sambil menjawab, "Aku mencoba menginstal perangkat lunak antivirus!"

Vanda menghela napas dengan kecewa. "Ini ... Pamela, sepertinya percuma saja! Teknisi bilang sistem perusahaan diserang oleh peretas dengan tujuan tertentu. Perangkat lunak antivirus nggak akan ada gunanya!"

Pamela mendongak sedikit, lalu berkata sambil memberikan senyum tipis pada Vanda, "Coba saja dulu. Siapa tahu ada keajaiban!"
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Apeng Suparman
......... keren euy
goodnovel comment avatar
Lia Pulungan
orang dalam aja bangga bianca bianca
goodnovel comment avatar
Just Rara
semangat pamela,semoga berhasil supaya si bianca gak bisa berbuat semena2 sama km
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2938

    Ketakutan masih melanda Phillip ketika dia membayangkan situasi saat itu, Dian meratakan alis pria itu, "Aku tahu kamu pasti akan datang untuk menyelamatkanku, sama seperti sebelumnya.""Aku mencintaimu, Phillip."Sebelumnya Dian sudah menyatakan cintanya, tapi dia mengatakannya dalam keadaan tidak sadar. Sekarang dia sudah sadar, pikirannya jernih, bahkan sambil tersenyum tipis. Ucapannya membuat Phillip tersipu sejenak."Aku juga mencintaimu," balas Phillip.Dian hanya dirawat sebentar di rumah sakit, tak lama kemudian dia kembali ke Kediaman Sanders.Seperti yang mereka katakan, kondisi Dian tidak serius, dirawat di rumah sakit hanya akan memperlambat pemulihannya.Lebih baik dia dirawat di rumah.Phillip tidak pernah menyinggung pekerjaan Dian. Sebaliknya, Dian langsung pergi ke Surat Kabar Sino untuk mengundurkan diri.Kondisinya saat ini tidak sesuai untuk menyelidiki kasus terkait, lagi pula Phillip langsung menyerahkan barang bukti ke kantor polisi, pihak kepolisian yang akan m

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2937

    "Phillip, aku menyukaimu, aku mencintaimu."Phillip memeluk Dian dengan perasaan sakit yang tiada tara, "Ini salahku, seharusnya aku lebih cepat.""Aku nggak pernah menyalahkanmu. Aku hanya ingin melihatmu tersenyum. Selama kamu bersedia membiarkanku tetap di sisimu, aku nggak meminta pengakuanmu.""Aku tahu keluargamu menyulitkanmu, aku bisa melihatnya ...."Para pengawal yang ikut menerobos masuk merasa canggung ketika melihat CEO mereka menangis.Namun, yang terpenting saat ini adalah membawa Dian ke rumah sakit untuk pemeriksaan fisik. Setelah lama terikat, aliran darahnya surut, menyebabkan mati rasa yang akan menjadi masalah serius jika tidak bisa pulih.Akhirnya, para pengawal mendorong bos mereka yang sangat pemberani untuk menasihati Phillip. Phillip menundukkan kepala, menyeka air matanya, dia menggendong Dian dengan mudah, tidak membiarkan orang lain turun tangan. Gerakannya sangat lembut, seolah-olah sedang menggendong tuan putri.Untungnya, hasil pemeriksaan menyatakan kon

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2936

    Setelah itu, Lesti pergi tanpa menoleh, sama sekali tidak menunjukkan keraguan.Masa depan dirinya dan Fabian ada dalam kandungannya, tidak mungkin dia menyerahkan semua hartanya pada Ririn.Karena putrinya tidak menurut, maka dia akan mengandalkan putra dalam kandungannya.Bukankah Ririn senang menemui Juko? Kalau begitu, biarkan saja mereka hidup bersama.Lagi pula dia sudah menghabiskan banyak usaha untuk membesarkan putrinya itu.Ririn menghabiskan paruh pertama hidupnya bersama Lesti, paruh kedua hidupnya sudah seharusnya menjadi giliran Juko.Satu-satunya hal yang membuat Phillip bersyukur adalah Juko tidak mempermainkannya, tampaknya dia masih peduli pada putrinya.Phillip bersama para pengawalnya berhasil menemukan rumah bobrok itu.Pelaku cukup waspada, mereka memilih rumah bobrok di pinggiran desa.Setelah pintu didobrak, Phillip menemukan Dian terbaring sendirian di lantai, tanpa ada yang menghiraukannya.Penjahat yang berjaga menunggu instruksi Juko, tanpa perintah darinya,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2935

    Lesti meneteskan air mata, duduk bersila dan terdiam, tidak ingin membela diri.Ririn satu-satunya orang yang masih berusaha memberikan penjelasan, tapi apa pun yang dia katakan, Fabian tidak lagi memercayainya.Hal seperti ini sudah terjadi berkali-kali dan setiap kali Fabian selalu memilih memercayai Lesti dan putrinya.Namun kini dia menyadari bahwa dia sepenuhnya salah.Dian dulunya sangat perhatian dan berperilaku baik, tetapi setelah Lesti dan Ririn memasuki hidup mereka, dia merasa putrinya mulai bermulut tajam dan selalu bertingkah di hadapannya.Sekarang dia baru menyadari, semua itu Dian lakukan untuk mendapatkan lebih banyak perhatian darinya atau setidaknya hanya ingin dia memperlakukan dirinya dan Ririn secara adil.Hanya saja dia tidak pernah menyadarinya. Sebaliknya, dia merasa Dian harus mengalah pada Ririn karena lebih tua."Karena kamu begitu menyukai ayah kandungmu, mulai sekarang kamu bisa hidup bersamanya.""Jangan pernah datang lagi ke rumah ini. Sedangkan ibumu,

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2934

    Ririn buru-buru bertanya, "Ibu tertipu?""Kenapa Ibu menghubungi Juko?""Sekarang mereka tahu keberadaan Dian, Ibu mengacaukan rencanaku, apa yang ada di kepala Ibu?"Namun Lesti tidak menggubris, dia menangis dan menampar Ririn, "Kamu membuat Ibu takut setengah mati. Kalau terjadi sesuatu padamu, Ibu harus bagaimana? Susah payah Ibu membesarkanmu, apa Ibu harus melihatmu mati?""Ibu 'kan sudah bilang, jangan menemui Juko Sanders, kenapa kamu masih diam-diam menemuinya, bahkan menyuruhnya melakukan hal seperti ini, apa kamu sudah gila?""Ibu hanya ingin menjalani sisa hidup dengan damai bersamamu, kenapa kamu nggak mau mendengarkan Ibu?"Ririn sangat kecewa pada ibunya. Sejak hamil, Lesti tidak pernah lagi memberi pelajaran pada Dian.Namun, Ririn tidak terima, Dian bagaikan duri yang menancap di matanya, duri itu harus disingkirkan agar dia merasa lega."Apa Ibu nggak tahu aku menyukai Phillip?""Aku yang duluan menyukai Phillip, tapi Dian merampasnya. Mana mungkin aku melepaskannya.

  • Hari-hari Dimanjakan Paman   Bab 2933

    Ingin sekali Lesti menamparnya, untuk apa dia bicara seperti itu?Jika dulu pria itu tidak melakukan tindak kekerasan padanya, hubungan mereka tidak mungkin jadi seburuk ini.Sekarang beraninya dia mengatakan berbuat seperti ini demi putrinya, dia kira nyawa Dian bisa diambil semudah itu?Dian adalah Nona Besar Keluarga Sandiga, belum lagi dia sudah menikah dengan Phillip Sanders, sekarang dia adalah istri dari pemilik Perusahaan Sanders. Juko kira siapa dirinya? Beraninya dia menculik Dian!Napas Lesti tidak teratur, dia tersentak, "Kalau kamu nggak percaya, dengarkan saja teriakan putrimu.""Aku nggak bisa menyelamatkannya, nyawanya ada di tanganmu. Lagi pula aku sedang mengandung anak Fabian. Tanpa Ririn sekalipun, aku masih punya anak yang lain, tapi nggak denganmu!"Phillip sangat mengagumi Lesti. Di saat seperti ini, dia tidak lupa mengungkapkan kesetiaannya pada Fabian, secara tidak langsung memberi tahu Fabian bahwa dia selalu berpihak padanya, sungguh hebat.Di ujung telepon,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status