Lucian menatap tajam pada pemuda itu, temannya di tekuk di depan dada. "Sekarang kau harus membersihkan semua ruangan disini kecuali kamar. Aku harap kau bisa melakukannya dalam waktu cepat!" Pria muda yang usianya tidak jauh dari Leanna, mengangguk dan menjawab dengan sopan, "Baik, Tuan." Lucian duduk dengan santai di sofa dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Lucian memperkirakan pria itu tidak akan selesai kurang dari dua jam. Namun, siapa yang mengira bahwa dalam waktu kurang dari 1 jam, pria itu datang padanya. "Saya sudah menyelesaikan semuanya." "Begitu cepat. Sekarang buat makanan untuk aku dan keponakanku." Pria muda itu mengangguk, dia mulai masuk ke dapur dan menyiapkan bahan-bahan untuk memasak. Lucian berdiri mengawasinya. "Asistenku telah memilihmu dari banyaknya kandidat, aku harap hasil masakanmu memenuhi standarku!" Pria itu hanya menganggukkan kepala. Tangan dan pandangannya berfokus pada bahan yang mulai dia masukkan ke dalam panci. pemuda berambut
"Bagaimana bisa anda mengatakan akan mentoleransi nilai wanita bernama Leanna ini? Apa karena dia menggunakan jalur belakang?" Yuna tidak tahan untuk membiarkan hal ini begitu saja. "Bukankah ini tidak adil?" "Apa kau berani menentang keputusanku? Aku telah bersikap adil, jika kau masih ingin protes, aku akan membuatmu mendapatkan nilai D." Yuna menghela nafas untuk menenangkan dirinya. Tatapannya begitu tajam ke arah Leanna yang masih bersikap tenang. Saat dosen meminta mereka mengerjakan, Leanna menjawab pertanyaan dengan santai. Luca juga fokus dengan pekerjaannya. Waktu berlalu, mereka mulai mengumpulkan tugas itu. Dosen memberikan beberapa materi baru sampai waktu habis. Para mahasiswa keluar ruangan. Leanna masih dikelas mengecek jadwalnya. Luca melirik ke arahnya. "Tidak ada jadwal lagi hari ini. Kau bisa kembali atau kau ingin aku mengajakmu berkeliling sekolah?" "Luca, bisakah aku saja yang menemaninya berkeliling. " Yuna tiba-tiba saja datang bersama dengan te
Leanna langsung melangkah keluar dengan terburu-buru. Dia bahkan mengabaikan panggilan wanita yang berstatus sebagai dosen dan penanggung jawabnya Kaki Leanna melangkah tanpa tahu ke arah mana jalanan ini akan membawanya. Dia masih belum mengenali tata letak ruangan di kampus ini. Pikirannya kacau, dia hanya ingin menghindari pria itu. "Kenapa? Kenapa aku harus bertemu dengannya lagi?" Saat berada di koridor, dia mendengar para wanita yang sedang bergosip. "Bukankah wanita itu yang tadi bersama CEO tampan idaman dikota ini? Apa dia pacarnya?" "Tidak mungkin, CEO Lucian tidak akan memiliki sebuah hubungan. Mungkin dia hanya sugar babynya, tapi dia tidak terlihat terlalu cocok. Jika aku yang datang ke tempat tidur CEO Lucian, aku pasti bisa menyingkirkan wanita itu." Leanna mengepalkan tangannya. Dia berbalik dan melangkah ke arah wanita itu itu. "Kau begitu percaya diri dapat mendapatkan paman Lucian dan meningkatkanku?" Menatap dari bawah ke atas. "Dia tidak akan tertarik
Leanna membaringkan tubuhnya, tetapi Lucian hanya berdiri di dekat tempat tidur. “ Paman, kenapa tidak berbaring di sampingku?” Lucian menghela nafas panjang dan memilih untuk duduk dipinggir tempat tidur. “Baiklah, aku akan menemanimu disini sampai kau tertidur lelap. “ Lucian memberi sedikit jarak. Leanna mengerutkan keningnya. “Kenapa? Kenapa paman lebih memilih untuk duduk dan mengawasiku dibandingkan berbaring bersamaku. Paman?” Leanna kembali meraih Jika terlalu sempit aku masih bisa bergeser--” “Leanna, tolong jangan memprovokasiku!” Tegas Lucian dengan masih menjaga nada bicaranya yang lembut, tetapi tatapan matanya sedikit membuat Leanna tertekan. “ Lebih baik kau tidur sekarang. Jangan sampai kau terlambat di hari pertamamu.” Lucian melepaskan tangan Leanna dengan perlahan. Leanna masih mencengkeram lengannya dengan erat. “Setidaknya biarkan aku masih merasakan kehangatan paman, Tidak bisakah paman mengenggam tanganku jika tidak ingin memelukku?” Leanna menatap Lucia
"Aku tidak menyangka paman akan melakukan hal konyol itu. " Leanna tidak bisa menahan tawanya mendengar apa yang dikatakan oleh Lucian. Dia kembali membalik lembar demi lembar foto-foto masa kecil Lucian yang terlihat konyol. Ada banyak hal tentang wajah Lucian kecil yang penuh dengan krim dan ekspresi lainnya. Bahkan ekspresi cemberut Lucian sangat menggemaskan. Leanna tidak bisa mengendalikan senyumnya. "Aku sudah menujukkan sisi memalukanku saat kecil, kali ini kau akan memaafkanku, kan?" ucap Lucian dengan suaranya yang tenang dan penuh percaya diri. Leanna hanya menganggukkan kepala. "Baiklah. Aku akan memaafkan paman, jika aku boleh menyimpan salah satu dari foto ini." Lucian tidak memberikan penolakan, "Lakukan apapun yang kau inginkan." Leanna melihat-lihat banyak foto. Namun, foto yang menarik perhatiannya adalah foto saat Lucian tertawa lepas. Di sebelahnya ada seorang wanita. Leanna menoleh ke arah Lucian yang memandang foto itu dengan lembut. Leanna diam-di
Lucian hampir membuka mulutnya, menanggapi provokasi asistennya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dengan keras. Sebelum Lucian sempat bereaksi, Leanna sudah melangkah bergerakan cepat menarik tubuh Lucian sedikit menjauh dari sang asisten. Leanna memeluk pinggang Lucian dengan erat. Matanya menatap dengan provokatif ke arah pria berkacamata itu. “Jangan coba-coba memprovokasi pamanku!" Tepukan di bahu Lucian secara perlahan terlepaskan. Asistennya mengalihkan tangannya untuk membenarkan posisi kacamatanya, tatapan mata tajam menyiratkan kebencian yang tersembunyi. “Kenapa? Aku hanya mengatakan yang sebenarnya,” ucap asisten itu dengan nada datar, tetapi menusuk. “Keponakan sepertimu tidak layak untuk—” Lucian menghentikan asistennya. “Cukup! Lebih baik kau kembali ke kantor. Aku tidak perlu kau ikut campur dalam urusan pribadiku.” “Tuan Lucian, Anda....” Asistennya tidak bisa melanjutkan protesnya, saat melihat tatapan Lucian yang tajam dan mengintimidasi. Sebagai orang yang su
"Tuan Lucian, tidak hanya saya yang mencurigai tentang hubungan Anda dan Nona Leanna, tapi di perusahaan juga tersebar rumor tentang--" ucap Asistennya. Lucian menghela nafas. "Apa aku membayar kalian untuk bergosip? Dengar, kau terlalu banyak menonton film. Sebagai hukumannya, kau harus memeriksa dokumen di meja dan mengurus perbaikannya!" "Tuan Lucian, anda menyalah gunakan jabatan!" "Tidak. Justru karena aku adalah bos, sudah seharusnya bagiku untuk memberikan hukuman yang pantas. Kau juga harus mengurus hadiah untuk Leanna, aku akan mengawasi saat kau memilih." Asistennya hanya bisa pasrah, jika dia menolak, bosnya ini akan menambah hukumannya. Asistennya mulai melajukan mobil menuju ke pusat perbelanjaan. *** Asistennya merasa kelelahan mengikuti kemauan dari bosnya yang masuk ke setiap toko. Bahkan Bosnya juga berdebat dengan para karyawan. "Apa kau yakin pakaian ini benar-benar limited edition dan berkualitas tinggi?" Karyawan itu harus banyak menjelaskan untuk
"Leanna, hati-hati. Kau jangan terlalu banyak bergerak. Kenapa kau datang? Apa kau sudah tidak marah lagi padaku?" tanya Lucian dengan wajah bahagia. Leanna tidak menjawab. Dia justru memutar pandangan ke arah seorang pria berkacamata itu dan melihat dokumen yang ada di tangan pria itu. "Apa Paman masih mencari tahu lebih lanjut tentang masa laluku? Bukankah aku sudah melarangnya?" "Leanna, aku tidak akan lagi melakukannya," ucap Lucian memegang bahu Leanna. "Lalu dokumen apa yang dibawa oleh pria itu?" ucap Leanna. Lucian menoleh ke arah asistennya. Dia baru saja menyadarinya. Matanya mulai memelototi Asisten yang telah menjadi sumber masalah baru itu. Lucian dengan segera memberikan penjelasan pada Leanna. "Jangan salah paham. Itu hanyalah dokumen tentang bisnis!" "Benarkah?" ucap Leanna masih dengan tatapan curiga. "Tentu. Kau bisa memeriksanya." Leanna tidak mengatakan apapun lagi. Dia berbalik pergi. Lucian menahan tangannya. "Kemana kau pergi? Aku akan menggend
"Kau punya nyali untuk menyinggung keponakanku ya? Apa kau tidak tahu siapa dirimu yang sebenarnya?" ucap Lucian yang kini duduk di sofa ruang tengah. Tatapannya tajam menusuk, tangannya bersilang di depan dadanya. "Tuan, ada apa sebenarnya? Apa Anda marah karena saya meninggalkan apartemen tanpa izin, tapi saya sungguh--" "Kau pergi setelah berdebat dengan Leanna, kan? Bagaimana bisa kau melarikan diri setelah menyakitinya? Kau membuat kondisi Leanna menjadi buruk!" ucap Lucian. Rara terlihat sedikit gugup, tapi masih mencoba mempertahankan ketenangannya. "Tuan Muda, apa yang kau bicarakan? Saya tidak berdebat dengan Nona. Setelah memberikan buku, saya langsung pergi." Lucian tertawa pahit. "Jangan berbohong, Leanna telah mengatakan yang terjadi padaku. Jika kau tidak memperlakukannya dengan buruk, tidak mungkin Leanna berada dalam kondisi depresinya!" "Tuan Muda, apa kau begitu mempercayai Nona Leanna? Tidakkah Nona sering melakukan trik untuk mengusir para pelayan. Mung