"Hah, punya suami payah banget! Pantesan aja burungmu kecil, emang nggak guna sih, nggak bisa lama!" umpat Lisa sambil berlalu pergi ke kamar mandi untuk menuntaskannya sendiri.
Hinaan Lisa kepada Kenny sangat keterlaluan. Pria itu cuma menatap heran sang istri yang tidak pernah puas di atas ranjang. Lama-lama ia merasakan rumah tangganya bagaikan di neraka. Dihina oleh sang istri karena tidak bisa memuaskannya di ranjang adalah seperti tusukan pisau berkarat. Seolah ia adalah seorang pria yang lemah. "Sialan!" umpat Kenny kesal. Lalu, pria itu memutuskan untuk keluar kamar dan menenangkan dirinya. Ia pergi ke arah dapur untuk mengambil air minum. Sementara itu, Tasya yang awalnya berada di kamar. Wanita itu tidak bisa tidur dan memutuskan untuk pergi ke luar kamar untuk mencari udara segar. Siapa sangka, ia berpapasan dengan suami adik iparnya, Kenny yang sedang berjalan ke arah dapur. Suasana ruangan yang remang-remang membuat jarak pandang sedikit gelap sehingga membuat Tasya tak sengaja menabrak dada Kenny. "Awwww!" pekik Tasya. "Hati-hati!" Dengan cepat, Kenny menangkap tubuh sintal wanita itu dan saling tatap pun tidak bisa dielakkan. "Kau!" seru Tasya saat melihat wajah Kenny yang ternyata adalah mantan kekasihnya dulu saat di SMA. Kini, sang mantan telah menjadi ipar karena menikah dengan adik suaminya. "Tasya, apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa belum tidur?" balas Kenny dengan suara lembutnya yang masih sama seperti dulu. "A-aku... Aku tidak bisa tidur!" Suara Tasya tergagap, tidak bisa dipungkiri jika sisa-sisa perasaan itu masih ada, apalagi mereka putus cuma karena LDR-an tanpa kabar dan tiba-tiba mereka dikabarkan menikah dengan pilihan masing-masing. Dan yang lebih mengejutkan, mereka sama-sama menikahi dua orang yang bersaudara. "Kamu masih cantik seperti dulu, Sya!" Sebuah kalimat yang keluar dari bibir Kenny tentang wanita yang kini menjadi kakak iparnya itu. "Emmm... Maaf, aku mau pergi!" Tasya segera menjauhi Kenny, ia tidak ingin perasannya yang tersisa menjadi Boomerang dalam rumah tangganya bersama Helmi. Sejak Kenny hadir di rumah itu, Tasya terpaksa harus bersikap professional dan acuh. Meskipun pria itu adalah cinta pertamanya namun ia harus bisa iklhas karena mereka tidak berjodoh. Kenny memperhatikan kepergian wanita itu dengan seksama. Di tengah malam begini, sedang apa Tasya pergi ke arah kolam renang? Apa dia ingin berenang malam-malam? Kenny tampak mengerutkan keningnya. Tasya memang berjalan menuju ke kolam renang, setidaknya di sana ia bisa menenangkan diri dan menyendiri. Dengan balutan kimono tidur, tubuh wanita itu masih terlihat begitu indah. Sejenak Kenny menelan ludahnya kala teringat saat mereka masih berpacaran dulu. Iya, Kenny dan Tasya memang pernah saling mencintai, bahkan mereka pernah melakukan sebuah kesalahan besar dan melampaui batas. Kenny sudah berniat untuk menikahi Tasya setelah ia menyelesaikan kuliahnya di luar kota karena tanggung jawabnya sebagai pria pertama bagi Tasya. Sayangnya, takdir berkata lain. Miss communication dan kesibukan masing-masing membuat hubungan mereka renggang dan berakhir tanpa sebab. Dan kini mereka bertemu lagi namun dihalangi oleh dinding kaca. Mereka hanya bisa melihat namun tidak bisa saling memiliki. "Tasya, seandainya saja kamu tahu, sampai saat ini aku bingung kenapa kita bisa berpisah seperti ini... Harusnya kamu dan aku menikah dan hidup bahagia. Tapi... Semua ini sudah takdir dan kenapa kamu harus menikah dengan Helmi, saudara istriku? Dunia ini memang sempit, tapi ini jauh dari sempit bahkan rasanya aku sangat terhimpit!" gumam Kenny yang kini mulai bimbang. Pria yang memiliki tubuh proporsional, wajah tampan dan bermata hanzel itu tampak memutar kembali memori yang pernah ia jalani bersama Tasya saat mereka masih di SMA. Masa-masa yang begitu indah itu tentu tidak mudah ia lupakan. Nostalgia tentang kisah cinta mereka mulai menggoda ingatannya. Perasaan yang hampir lupa akhirnya kembali muncul tatkala ia teringat akan indahnya momen kebersamaan mereka. Tasya yang selalu mencintai dan menghargainya sebagai seorang laki-laki, membuat Kenny mulai merindukan sosok itu lagi. Tasya sendiri mulai gugup setelah kejadian baru saja. Tidak seperti biasanya saat ia bertemu dengan Kenny. Kali ini ada getaran-getaran halus yang menggelitik hatinya. Bayangan kebersamaan mereka saat berpacaran akhirnya berhasil membuat Tasya bernostalgia. "Kenny, dia bilang aku masih cantik? Masa sih? Bahkan suamiku saja tidak pernah bilang aku cantik, Mas Helmi selalu bilang mukaku makin lama makin tua, nggak seperti dulu lagi!" gumam Tasya yang kini sudah berdiri di tepian kolam renang. Wanita itu senyum-senyum sendiri dan seolah rasa kecewanya kepada sang suami mendadak hilang. Seakan ia menemukan sebuah sedikit hiburan dan tak ingin terlalu memikirkan penolakan sang suami yang menyakitkan. Di dalam rumah yang besar keluarga Mahardika, semua penghuni rumah sudah kembali ke kamar masing-masing. Denting jam menunjukkan pukul satu malam. Suasana rumah sudah sepi bahkan para pelayan pun sudah berlayar di pantai kapuk. Helmi sudah tidur nyenyak di kamarnya tanpa beban, tanpa memikirkan perasaan istrinya yang kurang perhatian. Begitu juga dengan Lisa, wanita itu lanjut tidur setelah memu4skan dirinya sendiri. Sungguh, wanita itu tidak peduli dengan apa yang dilakukan oleh suaminya. Bahkan ia juga tidak peduli jika Kenny tidak ada di tempat tidurnya. "Ck, ke mana tuh laki? Bukannya tidur malah pergi! Hah, biarin aja, laki-laki lemah kek gitu buat apa dikhawatirkan, mending aku tidur besok aku mau ke salon untuk perawatan, setelah itu aku mau jalan-jalan sama teman-teman, bosen di rumah sama laki-laki lemes!" umpat Lisa yang sama sekali tidak bisa menghargai sang suami. Memang, mereka menikah lantaran dijodohkan. Sejatinya, Kenny dan Lisa tidak saling mencintai. Namun, pernikahan mereka sangat diharapkan oleh ayah Lisa sehingga terpaksa Lisa harus menikah dengan pria yang tidak diinginkannya. Meskipun Kenny seorang pria yang dikelilingi oleh wanita-wanita cantik, nyatanya tidak bisa membuat Lisa bangga karena pria itu tidak bisa memuaskannya di ranjang. Itulah kenapa wanita itu tidak bisa menghargai suaminya sendiri. Udara makin dingin, Tasya memeluk dirinya sendiri. Mimpi buruk dan penolakan sang suami adalah hal yang membuatnya merenung. Ada apakah gerangan yang terjadi pada rumah tangganya? Apa mimpi itu sebuah kode atau cuma bunga tidur? Tapi mimpi itu sangat jelas terlihat jika Helmi dan Rina sedang berbuat mesum. "Ya Tuhan, semoga ini cuma mimpi saja. Aku nggak bisa bayangin jika suamiku benar-benar berselingkuh, aku sedang berusaha untuk memberikan dia keturunan, apa mungkin dia sudah jenuh menunggu aku hamil? Aku sangat takut!" gumam Tasya yang hanya ditemani oleh dinginnya udara malam itu. Mendadak, ia terkejut saat mendengar suara seseorang yang berada tidak jauh darinya. Suara seorang pria yang sangat ia kenali. "Kau ingin minum teh hangat? Aku sengaja buatkan kamu juga, mumpung tadi aku dari dapur, teh hangat sangat bagus untuk menghangatkan badan, kamu pasti suka. Bukankah ini minuman favoritmu saat kita sedang video call dulu, masih ingat?" Iya, suara itu adalah suara Kenny yang sedang membawa dua cangkir teh hangat, satu untuknya dan satu untuk Tasya. Tasya segera menoleh dan melihat wajah pria yang pernah mengisi hari-harinya itu sedang tersenyum hangat padanya. Senyuman yang sangat berbeda dari hari-hari kemarin, kali ini senyuman Kenny terlihat begitu dalam dan mendebarkan. BERSAMBUNGTak berhenti di situ, Tasya pun juga membalasnya dengan mengajak Helmi sekalian. "Oh ya, Mas! Aku juga mau ngajak kamu pergi ke Bali sekalian. Acaranya lima hari di Bali. Aku dan Kenny kan satu angkatan yang sama, Kenny aja ngajak Lisa, terus aku ngajak siapa dong kalau bukan kamu. Biar aku ada yang jagain, mau, ya? Pliss!" ucap Tasya kepada suaminya. Helmi pun tersenyum dan mengiyakan permintaan sang istri. Tidak ada salahnya ia ikut, daripada dirinya harus direpotkan dengan kehamilan Rina, lebih baik ia pergi berlibur bersama Tasya. "Lima hari di Bali? Hmmm biar nanti aku atur, aku usahakan, ya!" jawab Helmi. "Makasih ya, Mas!" "Sama-sama, di Bali kita pasti punya lebih banyak waktu untuk berdua, siapa tahu pulang dari Bali kamu segera hamil!" Ucapan Helmi, seketika membuat Kenny tak kuat untuk mendengarnya. Pria itu pun pamit pergi sebelum makan malam selesai. "Maaf, aku sudah kenyang, aku pergi dulu, permisi!" Kenny beranjak pergi keluar rumah. "Mas, kamu mau ke mana?" teria
Ekspresi Kenny masih datar, tak ada respon apa pun, Kenny tak merasakan sesuatu saat tangan Lisa mengusap-usap miliknya, bahkan Lisa sampai berusaha untuk membangkitkan gairah sang suami dengan memainkan lidahnya di bawah sana. Namun tetap saja, sesuai tuduhan Lisa kepada suaminya, milik Kenny tidak menegang sama sekali, justru benda itu nyaris tidur.Sangat berbeda jika dirinya dihadapkan dengan Tasya. Hanya dengan memandang tubuh wanita itu saja, hasrat Kenny langsung bangkit dan ingin sekali menerkamnya.Setelah beberapa saat Lisa bermain pada tongkat kesaktian suaminya. Mendadak wanita itu bertanya dengan nada menelisik."Mas, kamu habis klimaks, ya?"Kenny terkesiap mendengar pertanyaan istrinya. Sisa-sisa percintaan dirinya dengan Tasya masih sangat basah, sehingga membuat Lisa tahu bahwa Kenny baru saja melakukan aktivitas seksual atau mungkin mimpi basah, pria itu harus mencari alasan agar Lisa tidak curiga."Ohhh, iya tadi... Aku, aku mimpi basah, iya begitulah, aku belum sem
Lisa telah sampai di lantai atas, wanita itu hendak berjalan menuju ke kamarnya. Namun ketika ia hendak membuka handle pintu, Lisa kembali berputar arah, ia lupa salah satu belanjaan tertinggal di dalam mobil. "Astaga! Bisa-bisanya aku lupa!" Akhirnya, wanita itu kembali turun untuk mengambil tas belanjaan yang ada di dalam mobil. Di sisi lain, setelah menikmati hangatnya cinta yang membara itu, Tasya segera memakai lagi pakaiannya. Wanita itu harus buru-buru agar sang suami tidak curiga dan bertanya-tanya. Sedangkan Kenny, pria itu masih berada di atas tempat tidur sambil tersenyum memperhatikan kakak iparnya yang sedang memakai pakaian. "Aku harus pergi! Semoga saja Mas Helmi tidak tanya macam-macam!" ucap wanita itu sambil melirik wajah Kenny yang sedang menatapnya penuh cinta. "Biarin saja dia nyariin kamu. Aku adalah Rahwana yang sedang mencuri Dewi Shinta dari tangan Helmi. Tapi sayangnya, Helmi bukan seorang Rama. Tapi dia itu lebih buruk dari seorang Rahwana. Dan sekarang,
"Kamu itu gimana sih, ceroboh sekali. Gimana ceritanya remote bisa kamu tindihin, hati-hati dong! Jangan sering ngerusak barang-barang di rumah ini. Aku belinya susah payah dengan uangku, kamu tinggal lihat TV aja pakai nindih remot nya, dasar ceroboh!" sungut Helmi."Iya aku minta maaf, lagipula remot nya nggak rusak kok, baiklah kalau begitu aku matikan saja TV nya!" Tasya langsung mematikan televisi tersebut dan wanita itu segera pergi meninggalkan Helmi di sana.Tasya pergi ke kamarnya setelah dimarahi oleh suaminya. Wanita itu pun merutuki dirinya sendiri karena sudah ceroboh menindih remote tersebut saat permainan panas mereka."Hihhh bodoh! Bisa-bisanya ketindihan tuh remote, untung aja nggak ketahuan!" gerutu Tasya sambil berjalan menuju ke kamarnya. Di saat wanita itu hendak sampai di kamarnya, tiba-tiba saja Kenny menarik tangan wanita itu dari arah kamarnya yang tidak jauh dari kamar Tasya dan Helmi."Hah!" Tasya sangat terkejut ketika Kenny membawanya masuk ke dalam kamar
Pria itu berdiri setelah melihat Helmi yang sedang keluar membeli sesuatu. Kenny berjalan mengendap-endap menuju ke tempat sofa di mana Tasya berada. Pria itu tersenyum miring sembari melihat situasi, kebetulan para pelayan juga libur, hanya satpam penjaga dan tukang kebun yang ada di luar rumah sehingga tidak mungkin mereka mengetahui kejadian di dalam rumah. Setelah dirasa aman, Kenny mulai mengejutkan Tasya yang saat itu sedang dalam posisi tiduran. Pria itu tiba-tiba mengecup kening Kakak iparnya dari atas. Tasya langsung terbangun dan melihat wajah Kenny yang sedang tersenyum. "Kenny, sedang apa kamu di sini? Nanti ada yang lihat!" kata Tasya panik. Wanita itu memperhatikan sekeliling bila saja ada orang yang melihat mereka sedang berdua. "Nggak bakalan ada yang lihat. Suamimu sudah pergi pakai mobil, di rumah ini cuma kita berdua saja, hanya kita!" balas Kenny sembari duduk di samping Tasya dan langsung menciumi leher wanita itu. "Ah Ken, jangan sekarang, aku takut!" Tasya b
"Apa? Ka-kamu hamil! Kok bisa? Aku selalu memakai kondom pas kita bermain, mana bisa hamil!" sahut Helmi tak percaya dengan wajah cemas, sesekali ia menoleh ke arah sang istri, khawatir jika Tasya mendengarkannya. "Ya bisa lah, Mas! Kita kan sering melakukannya, dan kondom itu bisa aja kan bocor, gimana sihh! Ayo buruan nikahin aku, Mas! Dan ceraikan istri kamu! Udah kubilang kan, istri kamu itu mandul nggak bisa ngasih kamu anak!" desak Rina. "Shit! Ya nggak bisa gitu dong, Rin! Aku nggak bisa nikahin kamu untuk saat ini!" kata Helmi menolak. "Kalau kamu nggak mau nikahin aku, terus gimana dengan nasib anak ini!" desak Rina lagi. "Gugurkan! Aku kasih cek sekarang juga dan gugurkan kandunganmu!" kata Helmi dengan serius. "Hah, kamu sudah gila, Mas! Aku nggak mau gugurin kandungan ini. Aku tetap minta pertanggungjawaban kamu, kalau kamu nggak mau nikahin aku, aku bakalan datang ke rumah kamu dan bilang ke semua orang bahwa aku sedang hamil darah dagingmu!" ancam Rina, setelah itu i