"Lisa! Apa yang kamu lakukan?" sahut sang Papa, Tuan William Mahardika saat tahu kelakuan lancang sang putri kepada suaminya. Lisa tidak menggubrisnya, wanita itu segera pergi keluar rumah dengan perasaan marah.
"Aku pergi!" katanya tanpa basa-basi. Kenny mengusap wajahnya dan pria itu sepertinya sudah hilang kesabaran menghadapi sikap Lisa yang tidak pernah menghormatinya. Namun, ia tidak ingin membuat Tuan William bersedih karena ia tahu jika pria itu sedang sakit. Apa jadinya jika ia ikut marah, dipastikan kondisi kesehatannya akan semakin memburuk. "Tidak apa-apa, Pa," kata Kenny berusaha terlihat tegar. Namun sebenarnya, dirinya sudah bosan dengan perlakuan sang istri yang kerap sekali kurang ajar padanya. "Aku tidak tahu lagi bagaimana membuat Lisa berubah, anak itu benar-benar keterlaluan!" kata Tuan William yang merasa kecewa. "Sudahlah, Pa, cuma masalah gitu aja dibesar-besarkan, ya wajar lah Lisa bersikap seperti itu karena dia terpaksa, Papa sih udah tahu Lisa itu nggak mau dinikahkan dengan Kenny, masih saja dipaksa!" sahut Nyonya Ana yang sedari awal tidak setuju Lisa menikah dengan Kenny. "Mama tidak usah memperkeruh suasana!" sahut Tuan William. Di sisi lain, Helmi pun segera berangkat kerja. Sungguh, pria itu tidak menghiraukan istrinya sama sekali. "Aku berangkat dulu, Pa, Ma!" pamit Helmi sebelum pria itu keluar rumah. "Hati-hati, Nak!" Nyonya Ana terlihat sangat menyayangi putranya. Pria itu pun segera keluar seolah-olah ia sudah ditunggu-tunggu oleh seseorang. Sesekali ia melihat ke arah jam tangannya dan tak ingin terlambat. Sementara itu Kenny, pria itu berangkat kerja agak siangan dan nyantai. Sebagai bos dari sebuah showroom mobil, Kenny lebih sering berada di rumah dan ia datang ke showroom hanya untuk mengawasi dan menerima laporan dari anak buahnya. Melihat sikap acuh Helmi kepada Tasya. Kenny pun merasa sangat yakin jika mereka ada masalah. Terlebih ibu mertuanya bicara seperti itu, menuduh Tasya mandul. "Ada apa ini? Sepertinya Tasya sedang dalam masalah. Kasihan dia, bahkan Helmi pun tidak menghiraukannya sama sekali!" batin Kenny. *** Siang harinya, Nyonya Ana mengantarkan sang suami kontrol ke dokter. Sehingga hanya ada Tasya di rumah bersama beberapa pelayan. Kebetulan, Kenny yang hari ini berangkat lebih siang sehingga ia memiliki kesempatan untuk berbicara dengan Tasya. Setelah Nyonya Ana dan Tuan William pergi. Kenny pun memberanikan diri untuk bertanya kepada kakak iparnya itu tentang masalah apa yang sedang dihadapi wanita itu. Mungkin saja ia bisa memberikan solusi. Tasya yang saat itu berada di dapur, tiba-tiba ia terkejut saat melihat kedatangan Kenny yang berdiri di belakangnya. Tasya yang sedang sibuk memasak, wanita itu tidak memperhatikan kedatangan Kenny, sampai akhirnya ia tidak sengaja menabrak dada Kenny saat hendak berbalik badan. "Ken, kamu bikin aku kaget! Ada apa kamu ke sini?" tanya Tasya salah tingkah. Tak bisa dipungkiri jika kedua mata wanita itu terlihat sembap karena habis menangis. Sedangkan Kenny, pria itu menahan punggung Tasya agar wanita itu tidak terjatuh. "Kamu baik-baik saja kan, Sya?" tanyanya dengan jarak yang begitu dekat. Waktu seolah berhenti berputar beberapa detik. Tatapan mata Kenny yang dalam tiba-tiba seperti sebuah hipnotis bagi Tasya. Wanita itu tertegun, mata indah itu pernah memberinya cinta yang indah untuknya. "Ken... Iya, aku baik-baik saja!" jawab Tasya gugup sambil menjauh dari pria itu. "Apa kamu tersinggung dengan ucapan istriku? Aku minta maaf jika Lisa sudah menyakitimu!" kata Kenny yang tiba-tiba menyinggung nama istrinya yang sudah berkata buruk kepada Tasya. Karena Tasya tak ingin memperpanjang masalah, wanita itu pun segera mengalihkan pembicaraan. "Sudahlah, aku tidak ingin membicarakan itu lagi. Jika kamu ingin sesuatu cepatlah bilang, aku akan ambilkan, setelah itu pergilah! Nggak enak nanti dilihat pelayan!" kata Tasya yang menolak menjelaskannya. "Apa kamu juga punya masalah dengan suamimu?" Kenny tak puas hanya dengan satu pertanyaan. Rasa penasarannya terhadap sikap dingin Helmi membuatnya ingin mengetahui apa yang terjadi pada Tasya selama ini. "Kamu ke sini sedang butuh sesuatu atau cuma ingin menginterogasiku? Maksudmu apa tanya itu?" jawab Tasya mulai tegas. Tatapan matanya tampak berkaca-kaca seolah ia tidak bisa menyembunyikan kesedihannya dari Kenny. Sejenak, Kenny menatap kedua bola mata wanita itu. Pria itu tidak bisa dibohongi jika Tasya memang sedang menyimpan kesedihan yang mendalam. "Menangislah! Aku tahu hatimu sedang hancur. Jangan pernah berusaha untuk membohongiku, Sya! Sepandai-pandainya kamu menyembunyikan kesedihanmu, semakin aku tahu jika kamu membutuhkan sandaran bahu! Jangan dipendam sendirian!" kata Kenny yang langsung ke duduk persoalan. Mendengar itu, tiba-tiba air mata Tasya jatuh di pipi. Apa yang Kenny ucapkan benar adanya. Tasya menyimpan banyak kesedihan yang akhirnya ada seseorang yang bisa mengerti dirinya. Spontan, Kenny memeluk wanita itu dan membiarkannya menumpahkan segala kesedihannya. Tasya benar-benar menangis dalam pelukan Kenny. Rasa sesak yang selama ini ia pendam sendirian akhirnya tumpah saat ada seseorang yang bisa mendengar jeritan hatinya. "Sssssttt, sudah, jangan menangis lagi. Kamu tidak sendirian, ada aku di sini!" Kenny mengusap air mata wanita itu dan memberikan senyum kehangatan. Keduanya saling menatap, bayangan kisah masa lalu perlahan hadir kembali. Tasya masih teringat jika Kenny lah yang sering menenangkan dirinya, dan kini semuanya terjadi lagi. Hanya Kenny yang bisa membuat hati seorang Tasya tenang. "Aku takut, Ken!" ucap Tasya pelan. "Apa yang kamu takutkan? Katakanlah!" balas Kenny sembari mengeringkan sisa-sisa air mata yang membasahi wajah cantik Tasya. Siapa yang bisa menolak pesona seorang Kenny yang dulu dikenal sebagai idola dan siswa tertampan di sekolah. BERSAMBUNGLuluh sudah kemarahan pria itu saat Tasya menghadiahkan kecupan di bibirnya. Beberapa saat kemudian, Tasya melepaskan ciuman itu sambil tersenyum menatap wajah iparnya. "Kamu marah ya sama aku?" tanyanya. Kenny memalingkan wajahnya tanpa ekspresi. "Hei, aku tanya, dijawab dong, malah buang muka!" sahut Tasya sambil mengerucutkan bibirnya. Kenny menatap wajah Tasya lagi lalu menjawabnya. "Bukankah kamu sudah tahu apa penyebab dan jawabannya, jadi aku tidak perlu mengatakannya!" "Jadi kamu beneran marah karena aku...!" Tasya tidak melanjutkan kata-katanya karena Kenny langsung memberikan jawaban yang panjang. "Iya, aku marah karena kamu bersikap lembut kepada Helmi, iya aku juga marah karena dia sudah berani pegang-pegang kamu, ngerayu kamu. Dan aku lebih marah lagi saat kamu ngajak Helmi ke Bali. Bisa nggak sih kamu bersikap biasa aja dan nggak usah ngajak dia. Aku cuma maunya kita berdua saja yang pergi!" Tasya mengerutkan keningnya mendengar jawaban Kenny. Wanita itu pun tak ma
Tak berhenti di situ, Tasya pun juga membalasnya dengan mengajak Helmi sekalian. "Oh ya, Mas! Aku juga mau ngajak kamu pergi ke Bali sekalian. Acaranya lima hari di Bali. Aku dan Kenny kan satu angkatan yang sama, Kenny aja ngajak Lisa, terus aku ngajak siapa dong kalau bukan kamu. Biar aku ada yang jagain, mau, ya? Pliss!" ucap Tasya kepada suaminya. Helmi pun tersenyum dan mengiyakan permintaan sang istri. Tidak ada salahnya ia ikut, daripada dirinya harus direpotkan dengan kehamilan Rina, lebih baik ia pergi berlibur bersama Tasya. "Lima hari di Bali? Hmmm biar nanti aku atur, aku usahakan, ya!" jawab Helmi. "Makasih ya, Mas!" "Sama-sama, di Bali kita pasti punya lebih banyak waktu untuk berdua, siapa tahu pulang dari Bali kamu segera hamil!" Ucapan Helmi, seketika membuat Kenny tak kuat untuk mendengarnya. Pria itu pun pamit pergi sebelum makan malam selesai. "Maaf, aku sudah kenyang, aku pergi dulu, permisi!" Kenny beranjak pergi keluar rumah. "Mas, kamu mau ke mana?" teria
Ekspresi Kenny masih datar, tak ada respon apa pun, Kenny tak merasakan sesuatu saat tangan Lisa mengusap-usap miliknya, bahkan Lisa sampai berusaha untuk membangkitkan gairah sang suami dengan memainkan lidahnya di bawah sana. Namun tetap saja, sesuai tuduhan Lisa kepada suaminya, milik Kenny tidak menegang sama sekali, justru benda itu nyaris tidur.Sangat berbeda jika dirinya dihadapkan dengan Tasya. Hanya dengan memandang tubuh wanita itu saja, hasrat Kenny langsung bangkit dan ingin sekali menerkamnya.Setelah beberapa saat Lisa bermain pada tongkat kesaktian suaminya. Mendadak wanita itu bertanya dengan nada menelisik."Mas, kamu habis klimaks, ya?"Kenny terkesiap mendengar pertanyaan istrinya. Sisa-sisa percintaan dirinya dengan Tasya masih sangat basah, sehingga membuat Lisa tahu bahwa Kenny baru saja melakukan aktivitas seksual atau mungkin mimpi basah, pria itu harus mencari alasan agar Lisa tidak curiga."Ohhh, iya tadi... Aku, aku mimpi basah, iya begitulah, aku belum sem
Lisa telah sampai di lantai atas, wanita itu hendak berjalan menuju ke kamarnya. Namun ketika ia hendak membuka handle pintu, Lisa kembali berputar arah, ia lupa salah satu belanjaan tertinggal di dalam mobil. "Astaga! Bisa-bisanya aku lupa!" Akhirnya, wanita itu kembali turun untuk mengambil tas belanjaan yang ada di dalam mobil. Di sisi lain, setelah menikmati hangatnya cinta yang membara itu, Tasya segera memakai lagi pakaiannya. Wanita itu harus buru-buru agar sang suami tidak curiga dan bertanya-tanya. Sedangkan Kenny, pria itu masih berada di atas tempat tidur sambil tersenyum memperhatikan kakak iparnya yang sedang memakai pakaian. "Aku harus pergi! Semoga saja Mas Helmi tidak tanya macam-macam!" ucap wanita itu sambil melirik wajah Kenny yang sedang menatapnya penuh cinta. "Biarin saja dia nyariin kamu. Aku adalah Rahwana yang sedang mencuri Dewi Shinta dari tangan Helmi. Tapi sayangnya, Helmi bukan seorang Rama. Tapi dia itu lebih buruk dari seorang Rahwana. Dan sekarang,
"Kamu itu gimana sih, ceroboh sekali. Gimana ceritanya remote bisa kamu tindihin, hati-hati dong! Jangan sering ngerusak barang-barang di rumah ini. Aku belinya susah payah dengan uangku, kamu tinggal lihat TV aja pakai nindih remot nya, dasar ceroboh!" sungut Helmi."Iya aku minta maaf, lagipula remot nya nggak rusak kok, baiklah kalau begitu aku matikan saja TV nya!" Tasya langsung mematikan televisi tersebut dan wanita itu segera pergi meninggalkan Helmi di sana.Tasya pergi ke kamarnya setelah dimarahi oleh suaminya. Wanita itu pun merutuki dirinya sendiri karena sudah ceroboh menindih remote tersebut saat permainan panas mereka."Hihhh bodoh! Bisa-bisanya ketindihan tuh remote, untung aja nggak ketahuan!" gerutu Tasya sambil berjalan menuju ke kamarnya. Di saat wanita itu hendak sampai di kamarnya, tiba-tiba saja Kenny menarik tangan wanita itu dari arah kamarnya yang tidak jauh dari kamar Tasya dan Helmi."Hah!" Tasya sangat terkejut ketika Kenny membawanya masuk ke dalam kamar
Pria itu berdiri setelah melihat Helmi yang sedang keluar membeli sesuatu. Kenny berjalan mengendap-endap menuju ke tempat sofa di mana Tasya berada. Pria itu tersenyum miring sembari melihat situasi, kebetulan para pelayan juga libur, hanya satpam penjaga dan tukang kebun yang ada di luar rumah sehingga tidak mungkin mereka mengetahui kejadian di dalam rumah. Setelah dirasa aman, Kenny mulai mengejutkan Tasya yang saat itu sedang dalam posisi tiduran. Pria itu tiba-tiba mengecup kening Kakak iparnya dari atas. Tasya langsung terbangun dan melihat wajah Kenny yang sedang tersenyum. "Kenny, sedang apa kamu di sini? Nanti ada yang lihat!" kata Tasya panik. Wanita itu memperhatikan sekeliling bila saja ada orang yang melihat mereka sedang berdua. "Nggak bakalan ada yang lihat. Suamimu sudah pergi pakai mobil, di rumah ini cuma kita berdua saja, hanya kita!" balas Kenny sembari duduk di samping Tasya dan langsung menciumi leher wanita itu. "Ah Ken, jangan sekarang, aku takut!" Tasya b