Malam harinya, Helmi pulang dari kantor. Sambutan Tasya kali ini sudah berbeda. Wanita itu tidak sehangat biasanya yang selalu tersenyum saat sang suami pulang. Ia tampak datar saat menyambut kedatangan Helmi. Tak ada sepatah pun keluar dari mulut wanita itu. Biasanya Tasya yang banyak tanya dan cerewet, mendadak ia menyimpan suaranya seolah diam seribu bahasa.
Melihat wajah acuh sang istri, Helmi mengerutkan keningnya. "Kamu kenapa?" tanyanya dengan nada menelisik. "Tidak apa-apa!" Tasya membalasnya cepat sambil membawakan tas suaminya. "Tidak apa-apa tapi mukanya jutek gitu. Katanya tadi kamu mau masakin aku? Udah matang? Mana?" seru Helmi seraya melihat ke arah meja makan yang kosong. Tasya langsung menunjuk ke arah jam dinding. "Kamu nggak lihat ini jam berapa? Hampir setengah sepuluh malam. Mana ada makan malam semalam ini. Bisa-bisa makanannya udah bau angin dan nggak enak karena terlalu lama nungguin kamu pulang. Jadi aku nggak masak, lagian kamu pasti udah makan di luar jadi malas makan, bukan?" Tasya menjeda kata-katanya sejenak. "Aku sudah siapkan air hangat untuk mandi, setelah itu kamu bisa beristirahat!" imbuh Tasya sambil membawa tas milik suaminya ke kamar. Helmi memperhatikan sikap istrinya yang berbeda. Pria itu berjalan mengekor di belakang sang istri, ia masih menganggap jika Tasya tidak akan mengetahui rahasianya dengan Rina. Siapa sangka ada sepasang mata yang sedang melihat mereka dari balik pintu. Adalah Kenny, pria itu diam-diam memperhatikan Tasya dan suaminya. Tak bisa dipungkiri jika ada rasa cemburu dalam matanya. Memang bukan hal yang wajar karena Kenny adalah suami Lisa, tapi Kenny masih memendam cinta yang luar biasa kepada Tasya. "Tasya, apa yang kamu inginkan dari pria itu? Dia tidak bisa mencintaimu seperti aku mencintaimu!" gumam Kenny dengan mengepalkan kedua tangannya. Sesampainya di dalam kamar, Tasya membiarkan suaminya mandi. Hatinya memang masih bertanya-tanya, namun ia mencoba untuk memendam rasa ingin tahu itu. Tapi ia juga tidak ingin berlama-lama penasaran karena sudah sangat jelas bahwa ada suara wanita yang sedang bersama suaminya. Tasya menunggu suaminya selesai mandi, malam ini ia harus menyelesaikan masalahnya, Helmi harus berbicara apa adanya dan tidak ada rahasia di antara mereka. Di saat Tasya menunggu suaminya selesai mandi, kedua alisnya saling bertaut saat mendengar dering ponsel milik sang suami yang tergeletak di atas ranjang. Selama ini Tasya tidak pernah mengecek ponsel sang suami, karena Helmi sengaja mengamankan nya dengan sandi yang rumit sehingga Tasya tidak pernah tahu Helmi chat dengan siapa saja. Ponsel itu terus berdering, biasanya Tasya yang cuek dengan ponsel suaminya, kini rasa penasarannya makin tinggi setelah apa yang ia dengar dan rasakan. Tasya memberanikan diri mengambil ponsel itu sembari memperhatikan pintu kamar mandi, untuk memastikan Helmi masih berada di dalam. Setelah dirasa aman, Tasya mengambil benda pipih itu lalu melihat ke layar ponselnya. Kedua matanya membola saat melihat nama seorang wanita yang ia curigai tengah menjalin hubungan dengan sang suami. Iya, nama Rina terlihat sedang menelpon Helmi. "Rina! Sedang apa wanita itu menelepon suamiku? Apa jangan-jangan dugaanku benar!" batin Tasya semakin yakin. Diam-diam ia membuka tombol terima dan ia menempelkan ponsel itu di telinganya. Sungguh, apa yang terjadi kali ini lebih menyayat hatinya. Pasalnya, itu benar-benar Rina dan wanita itu sedang berbicara mesra kepada Helmi. "Mas, ya ampun lama banget sih angkatnya, kamu udah pulang belum? Tahu nggak sih, aku masih pingin main sama kamu lagi! Tadi kita mainnya kurang lama, gara-gara istri kamu nelpon kamu buru-buru keluar dehh! Jadinya aku masih belum puas! Emmm gimana kalau besok sepulang kerja kita ke rumahku, ya? Atau kita cek in sekarang, gimana?" Tasya berusaha untuk tidak bersuara, namun telinganya merekam sangat jelas bahwa Rina benar-benar adalah selingkuhan suaminya. Di saat yang bersamaan, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka. Helmi telah menyelesaikan mandinya. Seketika itu Tasya langsung mereject panggilan dari Rina dan meletakkan ponsel itu kembali ke tempat semula. BERSAMBUNGTak berhenti di situ, Tasya pun juga membalasnya dengan mengajak Helmi sekalian. "Oh ya, Mas! Aku juga mau ngajak kamu pergi ke Bali sekalian. Acaranya lima hari di Bali. Aku dan Kenny kan satu angkatan yang sama, Kenny aja ngajak Lisa, terus aku ngajak siapa dong kalau bukan kamu. Biar aku ada yang jagain, mau, ya? Pliss!" ucap Tasya kepada suaminya. Helmi pun tersenyum dan mengiyakan permintaan sang istri. Tidak ada salahnya ia ikut, daripada dirinya harus direpotkan dengan kehamilan Rina, lebih baik ia pergi berlibur bersama Tasya. "Lima hari di Bali? Hmmm biar nanti aku atur, aku usahakan, ya!" jawab Helmi. "Makasih ya, Mas!" "Sama-sama, di Bali kita pasti punya lebih banyak waktu untuk berdua, siapa tahu pulang dari Bali kamu segera hamil!" Ucapan Helmi, seketika membuat Kenny tak kuat untuk mendengarnya. Pria itu pun pamit pergi sebelum makan malam selesai. "Maaf, aku sudah kenyang, aku pergi dulu, permisi!" Kenny beranjak pergi keluar rumah. "Mas, kamu mau ke mana?" teria
Ekspresi Kenny masih datar, tak ada respon apa pun, Kenny tak merasakan sesuatu saat tangan Lisa mengusap-usap miliknya, bahkan Lisa sampai berusaha untuk membangkitkan gairah sang suami dengan memainkan lidahnya di bawah sana. Namun tetap saja, sesuai tuduhan Lisa kepada suaminya, milik Kenny tidak menegang sama sekali, justru benda itu nyaris tidur.Sangat berbeda jika dirinya dihadapkan dengan Tasya. Hanya dengan memandang tubuh wanita itu saja, hasrat Kenny langsung bangkit dan ingin sekali menerkamnya.Setelah beberapa saat Lisa bermain pada tongkat kesaktian suaminya. Mendadak wanita itu bertanya dengan nada menelisik."Mas, kamu habis klimaks, ya?"Kenny terkesiap mendengar pertanyaan istrinya. Sisa-sisa percintaan dirinya dengan Tasya masih sangat basah, sehingga membuat Lisa tahu bahwa Kenny baru saja melakukan aktivitas seksual atau mungkin mimpi basah, pria itu harus mencari alasan agar Lisa tidak curiga."Ohhh, iya tadi... Aku, aku mimpi basah, iya begitulah, aku belum sem
Lisa telah sampai di lantai atas, wanita itu hendak berjalan menuju ke kamarnya. Namun ketika ia hendak membuka handle pintu, Lisa kembali berputar arah, ia lupa salah satu belanjaan tertinggal di dalam mobil. "Astaga! Bisa-bisanya aku lupa!" Akhirnya, wanita itu kembali turun untuk mengambil tas belanjaan yang ada di dalam mobil. Di sisi lain, setelah menikmati hangatnya cinta yang membara itu, Tasya segera memakai lagi pakaiannya. Wanita itu harus buru-buru agar sang suami tidak curiga dan bertanya-tanya. Sedangkan Kenny, pria itu masih berada di atas tempat tidur sambil tersenyum memperhatikan kakak iparnya yang sedang memakai pakaian. "Aku harus pergi! Semoga saja Mas Helmi tidak tanya macam-macam!" ucap wanita itu sambil melirik wajah Kenny yang sedang menatapnya penuh cinta. "Biarin saja dia nyariin kamu. Aku adalah Rahwana yang sedang mencuri Dewi Shinta dari tangan Helmi. Tapi sayangnya, Helmi bukan seorang Rama. Tapi dia itu lebih buruk dari seorang Rahwana. Dan sekarang,
"Kamu itu gimana sih, ceroboh sekali. Gimana ceritanya remote bisa kamu tindihin, hati-hati dong! Jangan sering ngerusak barang-barang di rumah ini. Aku belinya susah payah dengan uangku, kamu tinggal lihat TV aja pakai nindih remot nya, dasar ceroboh!" sungut Helmi."Iya aku minta maaf, lagipula remot nya nggak rusak kok, baiklah kalau begitu aku matikan saja TV nya!" Tasya langsung mematikan televisi tersebut dan wanita itu segera pergi meninggalkan Helmi di sana.Tasya pergi ke kamarnya setelah dimarahi oleh suaminya. Wanita itu pun merutuki dirinya sendiri karena sudah ceroboh menindih remote tersebut saat permainan panas mereka."Hihhh bodoh! Bisa-bisanya ketindihan tuh remote, untung aja nggak ketahuan!" gerutu Tasya sambil berjalan menuju ke kamarnya. Di saat wanita itu hendak sampai di kamarnya, tiba-tiba saja Kenny menarik tangan wanita itu dari arah kamarnya yang tidak jauh dari kamar Tasya dan Helmi."Hah!" Tasya sangat terkejut ketika Kenny membawanya masuk ke dalam kamar
Pria itu berdiri setelah melihat Helmi yang sedang keluar membeli sesuatu. Kenny berjalan mengendap-endap menuju ke tempat sofa di mana Tasya berada. Pria itu tersenyum miring sembari melihat situasi, kebetulan para pelayan juga libur, hanya satpam penjaga dan tukang kebun yang ada di luar rumah sehingga tidak mungkin mereka mengetahui kejadian di dalam rumah. Setelah dirasa aman, Kenny mulai mengejutkan Tasya yang saat itu sedang dalam posisi tiduran. Pria itu tiba-tiba mengecup kening Kakak iparnya dari atas. Tasya langsung terbangun dan melihat wajah Kenny yang sedang tersenyum. "Kenny, sedang apa kamu di sini? Nanti ada yang lihat!" kata Tasya panik. Wanita itu memperhatikan sekeliling bila saja ada orang yang melihat mereka sedang berdua. "Nggak bakalan ada yang lihat. Suamimu sudah pergi pakai mobil, di rumah ini cuma kita berdua saja, hanya kita!" balas Kenny sembari duduk di samping Tasya dan langsung menciumi leher wanita itu. "Ah Ken, jangan sekarang, aku takut!" Tasya b
"Apa? Ka-kamu hamil! Kok bisa? Aku selalu memakai kondom pas kita bermain, mana bisa hamil!" sahut Helmi tak percaya dengan wajah cemas, sesekali ia menoleh ke arah sang istri, khawatir jika Tasya mendengarkannya. "Ya bisa lah, Mas! Kita kan sering melakukannya, dan kondom itu bisa aja kan bocor, gimana sihh! Ayo buruan nikahin aku, Mas! Dan ceraikan istri kamu! Udah kubilang kan, istri kamu itu mandul nggak bisa ngasih kamu anak!" desak Rina. "Shit! Ya nggak bisa gitu dong, Rin! Aku nggak bisa nikahin kamu untuk saat ini!" kata Helmi menolak. "Kalau kamu nggak mau nikahin aku, terus gimana dengan nasib anak ini!" desak Rina lagi. "Gugurkan! Aku kasih cek sekarang juga dan gugurkan kandunganmu!" kata Helmi dengan serius. "Hah, kamu sudah gila, Mas! Aku nggak mau gugurin kandungan ini. Aku tetap minta pertanggungjawaban kamu, kalau kamu nggak mau nikahin aku, aku bakalan datang ke rumah kamu dan bilang ke semua orang bahwa aku sedang hamil darah dagingmu!" ancam Rina, setelah itu i