Beranda / Romansa / Hasrat Liar Hot Duda / Terkurung dalam Sangkar Emas

Share

Terkurung dalam Sangkar Emas

Penulis: Rein Azahra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-01 06:57:27

Amber terbelalak saat mendengar ancaman dari Dave. Lagi-lagi pria itu mengancamnya dengan alasan uang yang membuat Amber tidak bisa berkutik lagi.

Amber menghela napas berat. Tak pernah terbayangkan sebelumnya jika ia harus menikah dengan pria seperti Dave yang dingin dan penuh misteri.

Mobil mewah itu berjalan menuju rumah megah Dave. Setibanya di sana, seperti biasa para pelayan akan menyambut kedatangan mereka.

"Masuk ke dalam kamarmu Amber dan jangan pernah berani untuk keluar lagi tanpa seizin dariku, " titah Dave dengan tegas.

Amber hanya mengangguk. Ia segera naik ke lantai atas menuju kamarnya.

"Alfred!" Pandangan Dave beralih pada kepala pelayannya.

"Ya Tuan." Alfred maju selangkah.

"Mulai sekarang, awasi perempuan itu, jangan sampai dia keluyuran tidak jelas."

"Baik Tuan." Alfred mengangguk. Sejujurnya, dia merasa kasihan pada Amber yang pastinya akan sangat merasa tertekan dengan sikap aneh Dave ini. Tapi mau bagaimana lagi, perintah Dave memang tidak ada yang berani membantahnya.

Dave melangkahkan kakinya menuju ruang pribadinya. Entah apa yang akan dikerjakan lelaki itu di sana. Namun yang jelas kesempatan itu Alfred gunakan untuk menemui Amber.

"Non Amber, tolong buka pintunya. Ini saya Alfred."

Amber yang sedang duduk termenung di tepi pembaringan pun terkejut dan segera membuka pintu.

"Ada apa Alfred?" tanya Amber.

"Nona Amber, saya mohon tetaplah kuat untuk menghadapi Tuan Dave. Dia mungkin terlihat kasar di luar tapi sebenarnya dia adalah pria berhati lembut," jelas Alfred.

Amber tidak tahu harus menjawab apa, dia hanya tersenyum getir.

"Suka atau tidak suka aku memang harus tetap berada di samping dia bukan?" Amber tersenyum sinis.

Alfred sedikit merasa bersalah, tapi jawaban Amber setidaknya membuatnya lega karena perempuan itu tidak akan meninggalkan Dave.

"Baiklah kalau begitu, istirahatlah Nona." Alfred kembali pamit dari hadapan Amber.

*

*

"Apa?! Kamu sudah menikah dengan Dave?" Terdengar suara Clara yang tersentak di ujung telepon.

"Iya benar, ini pernikahan mendadak dan aku tidak sempat memberitahukan siapapun termasuk ibuku," keluh Amber.

"Dan sialnya, gara-gara kejadian kemarin aku menjadi tahanan rumah sekarang," lanjut Amber dengan kesal.

"Amber, aku mengkhawatirkanmu. Kamu sendiri tahu bagaimana rumor Dave di luaran. Ia tidak pernah suka pada wanita. Aku takut dia akan memperlakukanmu dengan kasar." Clara menekan kalimat terakhirnya.

Amber tertegun. Dave memang kasar tapi soal rumor dia tidak menyukai wanita rasanya seperti ada yang salah. Pria itu tampaknya masih normal.

"Clara, soal itu kalian sepertinya salah. Dave lelaki normal," jelas Amber.

"Apa kamu yakin?"

"Emmm, aku yakin," jawab Amber setelah berpikir sejenak.

Terdengar helaan napas Clara. Gadis itu seperti menyangsikan ucapan temannya itu. Namun saat ini Clara tak bisa melakukan apapun untuk membantu Amber.

"Jaga dirimu baik-baik, pokoknya aku tidak mau sesuatu yang buruk terjadi padamu." Clara mengakhiri pembicaraan mereka saat itu.

"Jangan khawatir Cla, aku pasti melakukan itu."

Amber menutup teleponnya. Gadis yang tengah telentang di atas pembaringan itu menatap plafon bercat putih di atasnya. Rasanya ia terpenjara di dalam sangkar emas.

Sudah tiga hari berlalu dan ia tidak tahu sampai kapan Dave akan mengurungnya di rumah ini. Ia bosan dan tertekan. Ia ingin keluar menemui ibu dan ayahnya yang sedang sakit.

Amber keluar dari dalam kamarnya. Ia berpapasan dengan Alfred. Lelaki itu membungkuk hormat pada Amber.

"Nona, apa ada yang Anda butuhkan?" tanya Alfred dengan sopan.

"Tidak Alfred, aku hanya ingin menghirup udara segar di taman. Aku bosan berada di kamar," jawab Amber.

"Baiklah, Nona. Tapi sesuai perintah Tuan Dave, anda tidak boleh keluar dari rumah ini. Anda masih berada dalam masa hukuman."

Amber terdiam. Dia merasa jengah. " Iya, aku ingat itu Alfred." Amber membuang napas kasar.

"Kalau begitu saya permisi dulu Nona, panggil saya bila anda memerlukan sesuatu."

Amber hanya mengangguk dan membiarkan Alfred pergi dari tempat itu.

Rumah ini begitu luas. Lebih luas dari rumah lama Amber yang telah dilelang. Ada banyak ruangan yang Amber sendiri tidak tahu ruangan apa itu.

Gadis cantik berambut pirang itu melangkahkan kaki menyusuri setiap sudut rumah ini. Ia ingin tahu keseluruhan detail rumah ini.

Ada beberapa kamar tidur di lantai dua rumah ini, namun hanya ada dua kamar yang ditempati. Yaitu kamar Dave dan juga dirinya.

Balkon rumah itu ada dua, balkon yang menghadap ke taman depan dan balkon yang menghadap ke taman belakang. Semuanya menyuguhkan pemandangan indah.

Amber berdiri di balkon depan. Terlihat beberapa rumah mewah yang juga berada di kawasan elit itu.

Komplek perumahan ini rata-rata diisi oleh para pengusaha sukses berpenghasilan tinggi. Kawasan Kensington palace ini memang menyuguhkan kenyamanan dan prestise tinggi untuk pemiliknya.

Tak heran jika orang-orang yang tinggal di sini bukanlah orang sembarangan melainkan orang yang berpengaruh di dunia bisnis. Dan Dave salah satu pemilik raksasa bisnis yang menggurita itu.

Amber menghela napasnya. Ia tidak menyangka kalau saat ini ia resmi menjadi istri pengusaha sukses itu. Harusnya ia bahagia, namun kenapa yang ia rasakan saat ini adalah ketakutan luar biasa.

Dave begitu sulit ditebak. Sikapnya begitu fluktuatif. Kadang dia baik namun di saat yang bersamaan dia jadi sekejam harimau.

Amber kembali masuk, ia ingin melihat semua ruangan di rumah itu. Satu persatu ruangan itu ia periksa, hingga ia menemukan sebuah ruangan yang menarik perhatiannya.

Amber memasuki ruangan itu yang menurutnya lebih mirip dengan sebuah gudang.

Sebuah bingkai foto berukuran besar menyita perhatian Amber. Foto tersebut memperlihatkan pasangan pengantin Dave dengan seorang wanita cantik. Mungkin dia adalah mantan istri Dave.

Amber harus mengakui kalau wanita yang berdiri di samping Dave itu memiliki wajah yang sangat cantik. Pantas jika ia menjadi istri dari pria itu.

Amber menatap lekat foto di depannya, tampak foto ini sudah tidak terawat karena banyak debu yang menempel di atasnya.

"Apa dia masih mencintai mantan istrinya?Kenapa dia belum membuang foto pernikahan mereka?" tanya Amber bergumam.

Ia pun kembali menelisik seluruh ruangan itu. Terdapat banyak barang yang ditutup dengan kain putih. Pandangan Amber pun tertuju pada sebuah gaun yang menggantung di dalam lemari pakaian yang telah usang. Gaun itu masih terbungkus dengan plastik hingga terhindar dari debu.

Amber pun mendekat, ia mengambil gaun berwarna putih tulang itu. Gaun selutut yang tampak cantik. Amber terpesona melihatnya.

Wanita itu pun membawa gaun tersebut ke dalam kamarnya. Ia ingin mencoba memakai gaun itu sepertinya ukurannya cocok dengan tubuh Amber.

Dia begitu cantik saat memakai gaun itu, apalagi jika rambutnya yang kini tergerai ditata dengan rapih. Mungkin dia akan terlihat lebih cantik lagi.

"Sayang sekali gaun secantik ini harus teronggok di gudang. Kenapa tidak aku pakai saja?" Amber tersenyum, mendadak menemukan ide untuk memungut pakaian itu.

Amber pun pergi keluar kamar. Ia berdiri di atas balkon, memandang taman belakang yang dipenuhi oleh bunga-bunga cantik. Hanya dengan menemukan gaun cantik ini saja telah mengubah mood-nya saat ini.

Seutas senyum tersemat di bibirnya, sekali lagi ia memandangi gaun yang kini tengah ia pakai. Ia yakin untuk mengambil gaun ini daripada teronggok begitu saja di dalam ruangan tadi.

"Bella?!"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hasrat Liar Hot Duda   Kembali ke Rumah

    Setelah beberapa hari menghabiskan waktu di pantai, Dave dan Amber memutuskan untuk kembali. Perjalanan pulang terasa sunyi, namun hangat. Ethan tertidur di jok belakang, sementara Amber duduk di depan di samping Dave yang menyetir.Sesekali mencuri pandang ke arah istrinya itu. Amber menangkap pandangan itu dan tersenyum tipis, lalu kembali menatap keluar jendela, membiarkan angin sore mengayun rambutnya yang tergerai."Aku senang sekali Sayang. Akhirnya kita bisa bersama lagi setelah bertahun-tahun berpisah. Kita bahkan seperti sepasang pengantin baru lagi. Apa kamu juga senang, Sayang?" tanya Dave sambil melirik ke arah Amber yang tersipu. "Apa masih perlu aku jawab? Kau tidak melihat ekspresiku? Kau juga tidak menyadari kalau selama liburan ini aku selalu patuh padamu dan melakukan apapun maumu termasuk menyerahkan diriku sepenuhnya padamu Dave?" Amber balik bertanya. "Hei, jangan terlalu banyak pertanyaannya. Aku jadi pusing, Sayang." Dave terkekeh pelan. Ia menatap gemas lalu

  • Hasrat Liar Hot Duda   Janji yang Terucap

    Malam perlahan turun. Lampu-lampu di resort menyala temaram, memantulkan cahaya hangat di antara rindangnya pepohonan dan semilir angin laut. Ethan sudah tertidur pulas setelah puas bermain seharian, sementara Amber duduk di sofa balkon dengan selimut tipis menyelimuti tubuhnya. Dave datang membawa dua cangkir teh hangat dan duduk di sebelahnya. Dia tidak langsung bicara, hanya memandangi wajah Amber yang tampak lelah, namun jauh lebih tenang dibanding beberapa hari terakhir. “Terima kasih,” ucap Amber lirih, menerima cangkir dari tangan Dave. Dave mengangguk, “Terima kasih karena sudah mau ikut ke sini.” Amber menatap lautan di depan mereka. “Kau tahu, aku takut. Takut kalau semua ini hanya akan mengulang luka yang sama.” Dave memutar tubuhnya sedikit agar bisa memandangi Amber lebih jelas. “Aku paham, Amber. Dan aku tak menuntut jawaban sekarang. Aku hanya ingin kau tahu… aku serius. Aku ingin memperbaiki semuanya. Demi kau dan Ethan.” Amber menggigit bibirnya, menahan gempu

  • Hasrat Liar Hot Duda   Bulan Madu Kedua

    Mobil berhenti di depan sebuah resort mewah di pinggir pantai. Angin laut membawa aroma asin yang menenangkan. Amber turun dari mobil dengan Ethan yang tertidur di gendongannya, sementara Dave membantu membawakan barang-barang kecil mereka."Tempat ini..." Amber bergumam begitu matanya menangkap pemandangan yang akrab.Dave tersenyum hangat, memperhatikan ekspresi wanita yang begitu dicintainya. "Masih ingat? Ini tempat kita bulan madu kita dulu."Amber menoleh padanya, matanya membulat sedikit. Tentu saja ia masih ingat. Ini adalah tempat di mana mereka berdua dulu tertawa, bercanda, dan bermimpi akan membangun keluarga kecil yang bahagia. Amber sempat berpikir tempat ini sudah terkubur bersama semua kenangan pahit mereka. Tapi kini, Dave membawanya kembali ke sini, seolah menghidupkan kembali semua kenangan itu."Aku sudah lama ingin membawamu ke sini," kata Dave pelan, mengambil tas dari tangan Amber. "Aku ingin kau ingat, betapa dulu kita pernah berjanji menjadikan tempat ini seb

  • Hasrat Liar Hot Duda   Mulai Luluh

    Amber baru saja selesai mengantarkan pesanan ke meja pelanggan saat pintu restoran berdenting. Ia menoleh tanpa banyak pikir, dan jantungnya sontak berdegup kencang saat melihat siapa yang baru saja masuk.Dave.Dengan setelan santai namun tetap memancarkan kharisma, pria itu melangkah masuk, matanya langsung mencari keberadaan Amber. Ketika pandangan mereka bertemu, Amber seketika merasa seluruh dunia mengecil, hanya menyisakan dia dan Dave.Amber buru-buru memalingkan wajah dan pura-pura sibuk membereskan meja. Ia berharap Dave akan pergi. Tapi langkah berat Dave justru mendekat, dan sebelum Amber sempat menghindar, Dave sudah berdiri tepat di depannya."Amber," suara itu terdengar penuh emosi. "Kita perlu bicara."Beberapa karyawan dan pelanggan mulai memperhatikan mereka, bisik-bisik kecil terdengar di sekeliling. Amber merasa wajahnya mulai memanas. Ia menggeleng dengan cepat."Aku sedang bekerja, Dave. Pergilah," bisiknya ketus.Namun Dave tidak bergeming. Ia justru melakukan se

  • Hasrat Liar Hot Duda   Ancaman Dave

    Dave menghela napas panjang di dalam mobilnya, tangannya mengepal erat di atas setir. Suasana di dalam kendaraan itu terasa sesak, seolah-olah udara tidak cukup untuk menahan beban di dadanya. Kilasan wajah Amber yang marah dan penuh luka terbayang terus di benaknya. Dave memejamkan mata, mencoba mengendalikan rasa frustrasinya.Ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa membiarkan Amber berjuang sendirian menghadapi tuntutan konyol dari ayahnya. Ia tidak akan membiarkan siapa pun mengambil Ethan dari Amber, anak yang bahkan baru saja diakuinya sebagai darah dagingnya.Telepon genggamnya bergetar di saku jaket. Dengan cepat, Dave mengangkatnya. Di layar tertera nama Julian."Dave, aku sudah mencari tahu," suara Julian terdengar tergesa. "Ayahmu sudah menyiapkan pengacara terbaik di kota ini untuk memenangkan kasus hak asuh Ethan."Dave mengumpat pelan. "Aku harus bertemu denganmu sekarang."Mereka bertemu di sebuah kafe kecil yang cukup sepi. Begitu Julian duduk, Dave langsung mengutar

  • Hasrat Liar Hot Duda   Tuan Martin membuat semuanya kacau

    Julian membuka pintu ruang kerja Dave dengan tergesa, napasnya sedikit memburu. Dave yang tengah menatap layar laptop langsung mengangkat kepala, alisnya bertaut ketika melihat ekspresi serius di wajah tangan kanannya itu. "Ada apa, Julian?" tanya Dave, nada suaranya tenang tapi tajam. Julian menelan ludah. "Dave, ini bahaya.""Ada apa?" tanya Dave dengan alis berkerut. "Tuan Martin baru saja melayangkan gugatan hak asuh anak terhadap Amber," jawab Julian dengan wajah tegang. "Apa?" Dave langsung berdiri, kursi kerjanya bergeser dengan kasar. “Aku baru saja mendapat informasi dari kenalanku di pengadilan. Gugatan itu resmi. Suratnya sudah dikirim ke rumah Nenek Rose.” Wajah Dave langsung mengeras. Matanya dipenuhi amarah yang tak terbendung. "Shit! Kenapa Papa berani-beraninya mencampuri urusanku dengan Amber dan Ethan?!” gumamnya geram."Tenang dulu Dave, kau bisa membicarakan hal ini baik-baik dengan Tuan Martin siapa tahu dia bisa menarik gugatannya kembali. Kau juga h

  • Hasrat Liar Hot Duda   Serangan Tuan Martin Oliver

    Nyonya Eliza menatap suaminya dengan cemas dari balik cangkir teh yang belum sempat ia seruput. Wajah Tuan Martin tampak berubah drastis setelah mendengar kabar yang baru saja ia sampaikan. Sesuatu yang selama ini tidak pernah ia sangka bahwa Amber ternyata memiliki anak dari Dave. “Ulangi sekali lagi, Eliza. Anak itu… Ethan… dia anak Dave?” Tuan Martin bertanya dengan suara tertahan namun jelas menunjukkan kemarahan yang ditahannya. Nyonya Eliza mengangguk pelan. “Iya. Namanya Ethan, usianya sekitar dua tahun. Aku baru saja bertemu dengannya. Dia sangat mirip Dave saat masih kecil.” Tuan Martin berdiri dari kursinya dengan ekspresi tak percaya. Ia berjalan mondar-mandir di ruang keluarga sambil menghela napas panjang. “Kenapa baru sekarang aku tahu soal ini?! Kenapa Dave tidak mengatakan apapun padaku?!” “Karena dia juga baru tahu, Pa. Dan dia sangat emosional setelah mengetahuinya. Anak itu adalah darah dagingnya. Itu alasan Dave begitu ngotot ingin memperbaiki hubungannya den

  • Hasrat Liar Hot Duda   Dinner Romantis

    Amber akhirnya memutuskan untuk tetap bekerja di restoran milik Tuan Grayson. Keputusan itu diambil setelah berbagai pertimbangan yang matang, meskipun ia sadar situasinya kini tidak lagi sama. Banyak rekan kerja yang tetap mencibirnya di belakang, tetapi setidaknya mereka tidak berani terang-terangan mengusik dirinya seperti sebelumnya. Namun, keputusan itu membuat Dave sedikit kesal. Bukan karena ia tidak mendukung pilihan Amber, tetapi karena dalam hatinya, ia lebih ingin Amber tidak perlu lagi bekerja di tempat itu. “Kenapa kamu tetap ingin bekerja di sini?” tanya Dave dengan nada yang sulit ditebak. Amber menghela napas. “Karena aku masih ingin mencari uang untuk biaya hidupku, Dave. Aku ingin tetap bekerja dan tidak bergantung pada siapa pun.” Dave mengusap wajahnya dengan frustrasi. Ia tahu Amber adalah wanita yang keras kepala, tetapi tetap saja, ia berharap Amber lebih mempertimbangkan posisinya sekarang. "Aku bisa memberimu uang tanpa harus bekerja di sini. Bila perl

  • Hasrat Liar Hot Duda   fitnah keji

    Amber sudah merasa ada yang tidak beres dengan sikap beberapa rekan kerjanya sejak beberapa hari ini. Sikap lunak Tuan Grayson yang biasanya selalu tegas dan tanpa ampun jika ada karyawannya yang melakukan kesalahan menjadi penyebabnya. Mereka berpikir kalau Tuan. Grayson telah dirayu oleh Amber hingga dia memaafkan kesalahan pria itu. Beberapa dari mereka sering berbisik-bisik saat Amber lewat, dan tatapan mereka penuh sindiran. "Aku yakin dia pasti punya hubungan spesial dengan Tuan Grayson," bisik salah satu dari mereka saat Amber berjalan melewati pantry. "Jelas. Kalau tidak, mana mungkin dia masih bekerja di sini setelah semua kesalahan yang dia buat?" sahut yang lain dengan nada sinis. "Amber menghentikan langkahnya dan menatap ke arah mereka yang membicarakannya. " Ngomong apa sih kalian? Amber bukan wanita seperti itu!" Rachel ikut geram. "Darimana kau tahu?" "Aku mengenal Amber dan aku yakin Amber tidak mungkin merendahkan dirinya seperti itu." "Sudahlah

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status