LOGINPagi itu langit London berwarna abu-abu lembut, khas Inggris di musim semi. Raymond sudah menunggu di depan hotel tempat Dara menginap sejak setengah jam yang lalu. Dia bahkan sudah memeriksa jam tangannya lima kali."Ray!" Dara berlari kecil menghampirinya, rambut panjangnya berkibar tertiup angin.Raymond tersenyum lebar. "Kamu sudah siap?""Sudah!" Dara mengangguk antusias. "Kemana kita akan pergi?""Ikut saja." Raymond meraih tangan Dara dengan lembut, menggenggamnya. "Hari ini aku akan tunjukkan negaraku padamu."Mereka berjalan beriringan menuju mobil Raymond yang terparkir di pinggir jalan. Dara memperhatikan jalanan yang mulai ramai, orang-orang berjas berjalan terburu-buru, bus-bus merah bertingkat berlalu lalang."Inggris itu... indah ya Ray." gumam Dara sambil memandang keluar jendela mobil.Raymond melirik ke arah Dara sekilas. "Tunggu sampai kamu lihat semuanya."Destinasi pertama mereka adalah Big Ben dan Westminster. Saat mobil berhenti, Dara langsung keluar dengan mata
“Victor bagaimana masalahnya?” Begitu tiba di kantornya Raymond langsung mewawancarai asistennya. “Sepertinya memang ada yang meretas keamanan perusahaan Pak, semua data penting kita juga dicuri, desain-desain semua hilang.” Lapor Victor. Raymond mengepalkan tangannya, siapa yang berani membuat masalah dengannya! “Kamu atur dulu Victor.” Titah Raymond. “Harus anda langsung yang menyelesaikan masalah ini,” sahut Victor. Raymond dan Victor keluar bersama untuk menyelesaikan masalah perusahaan. Victor meminta hacker ahli dari negara tersebut untuk memperbaiki sistem perusahaan mereka. Seharian Victor dan Raymond di luar dan tepat di jam kantor akan selesai, mereka baru kembali ke perusahaan. “Aku lelah sekali.” Raymond menyandarkan kepala di sandaran sofa. “Masalah ini benar-benar menguras tenaga kita Pak.” Sahut Victor. Asyik membahas masalah perusahaan tiba-tiba Victor mengganti topik. Dia justru mempertanyakan wanita yang selalu Raymond ceritakan. “Bagaimana Pak, di
Raymond mengulang pertanyaannya berharap Rara mengungkapkan perasaannya. “Come on Ra, jawablah. Aku bukan cenayang yang tahu isi hatimu.” Punya Raymond. Raymond sedikit frustasi meskipun Dara tidak menolaknya tapi dia juga tidak tahu apa yang Rara rasakan.“Akan aku kasih tahu setelah kamu kembali lagi kesini.” Rara mencubit pipi Raymond. “Ah nggak asik sekali kamu tinggal bilang aja kenapa sih harus nunggu aku kembali kalau gini kan di sana aku tidak tenang.” Raymond menghela nafas dalam-dalam namun Rara malah tertawa. “Nggak Tuan Bule, nantilah saja kalau kamu kembali akan aku kasih tahu bagaimana perasaanku padamu.” Sahut Rara. Mau nggak mau Raymond harus menunggu hari dimana dia kembali. Esok harinya Raymond malah sudah bersiap hal ini membuat Rara kesal katanya minggu depan baru ke luar negeri tapi malah bersiap hari ini. “Maaf aku harus kembali besok masalah di perusahaan tidak bisa ditunda lagi,” sambil memeluk Rara. “Lusa rencananya kita kembali ke ibukota katanya kam
Buru-buru Raymond membuang pikirannya, mana mungkin hal itu terjadi, kalaupun memang Dara yang mengirim email itu pasti dia akan bilang. Keesokan harinya saat rara sedang berada di samping villa, Raymond datang mendekat. “Ra.” Suara khas Raymond mengejutkan Rara. “Eh Tuan Bule, ada apa?” Sambil menengok ke arah sumber suara. “Apa jadwal kamu hari ini Ra?” tanya Raymond. “Tidak ada. Bagaimana kalau kita jalan-jalan.” Rara yang sudah jatuh hati kepada Raymond ingin terus bersama pria itu. “Baiklah.” Lalu Raymond menggandeng tangan Rara. Ketika masuk terlihat Citra dan Laura sedang mengobrol di ruang tengah. “Ma pinjam mobil.” Citra menatap mereka berdua, yang lagi kasmaran bawaannya berdua terus. Bersamaan Dara turun, melihat Rara dan Ray mau keluar gadis itu melepas jaket miliknya. “Ra kamu itu suka sekali memakai pakaian minim nggak dingin apa.” Dara memakaikan jaketnya pada Rara. “Benar tuh Dara, kamu tuh sudah besar selalu saja berpakaian minim seperti bayi.” Sahut Citr
Dara hanya tersenyum jelas beda, orang yang selama ini menemaninya adalah dirinya bukan Rara. “Setiap orang bisa berubah kapan saja.” Dara tersenyum menatap Raymond. “Kamu benar tapi…” Raymond menggantung ucapannya. “Sudahlah lupakan saja mungkin aku yang berpikir berlebihan.” Katanya kemudian. Dara mengangguk lalu menatap buku kisah cinta yang dia pinjam. “Jadi ceritakan padaku kisah cinta apa yang paling kamu sukai?” Raymond begitu antusias, entah mengapa ketika mengobrol dengan Dara dia merasa sangat bahagia. “Sebenarnya aku sangat menyukai kisah cinta Laila Majnun tapi karena endingnya yang sedih aku mencoba untuk tidak menyukainya lagi dan berpaling ke kisah cinta karya Jane Austen.” Jawab Dara. Manik cantik gadis itu membuat Raymond tersenyum, meski tak secantik Rara tapi Dara amatlah manis. Dipandang tak membuat pria itu bosan. “Pride and Prejudice kan.” Terka Raymond. “Betul sekali aku sangat menyukai Elizabeth dan juga Mr Darsi, mereka akhirnya bersatu dan hidup bahag
Darah bermonolog dengan dirinya sendiri lalu dia membuang pandangannya ke depan sambil tersenyum. Sudahlah ini adalah konsekuensi yang harus diterima karena dulu menulis nama Rara di setiap emailnya. Setelah berkendara cukup lama mereka akhirnya tiba di villa papa Angga, Rara berlari masuk ke dalam yang kemudian disusul oleh Raymond, sementara Dara hanya berdiri menatap mereka sambil menunggu mama dan Papanya. “Ayo masuk sayang.” David merangkul sang anak kemudian mengajaknya masuk ke dalam Villa. Karena memiliki banyak kamar, jadi setiap orang bisa memilih kamar mereka sendiri. Dara memilih kamar yang menghadap ke bukit, sementara Rara memilih kamar yang menghadap kolam renang. Setelah memilih kamar masing-masing, mereka berdua mengobrol di balkon. “Terima kasih ya Rara kamu sudah membantuku.” Dara berterima kasih. “Sama-sama, untung dia sangat tampan coba kalau nggak entah bagaimana nasibku.” Sahut Rara tertawa. Dari arah belakang, Raymond turut bergabung. “Hai ladies bole







