Home / Rumah Tangga / Hasrat Liar Paman Suamiku / Olahrag Di Atas Meja Makan

Share

Olahrag Di Atas Meja Makan

Author: CitraAurora
last update Last Updated: 2025-09-10 08:05:34

Pagi itu, setelah membuka mata, Laura tak mendapati Rendra di sampingnya.

“Ternyata apa yang dikatakan Paman semalam benar, Mas Rendra tidak pulang,” gumam Laura murung.

Baru saja dia hendak bangkit, terdengar suara pintu terbuka.

Rendra berjalan masuk kemudian duduk di sofa. “Sayang, kamu baru bangun?” tanya pria itu.

Netra Rendra memutar melihat tempat tidur yang sedikit acak-acakan.

“Kamu semalam habis ngapain saja, kenapa tempat tidur berantakan begitu?”

Sontak Laura memelototkan mata. Dia tidak menyadari hal itu.

Netranya turun memutar melihat tempat tidurnya.

Wanita itu menggigit bibir, berusaha memutar otak untuk mencari alasan agar tidak membuat Rendra curiga.

“Itu Mas… semalam aku kesal sehingga sedikit tantrum,” cicitnya sambil menatap Rendra takut-takut.

Pria itu menghela nafas, kemudian duduk di samping sang istri.

“Sayang, aku kerja demi kamu, demi keluarga kita. Tolong mengertilah,” kata Rendra lembut. “Jangan marah ya…” Tangan Rendra mengelus pipi sang istri.

Laura menjatuhkan kepala di dada Rendra. Dia merasa bersalah karena terus-terusan berbohong pada suaminya.

Tapi ia tidak tahu harus bagaimana lagi.

Tak lama kemudian, mereka berkumpul di meja makan.

Pagi ini Laura memasak nasi goreng dan telur mata sapi untuk David dan Rendra.

“Sayang, kamu bisa masak nggak sih? Kenapa rasanya seperti ini?” kata Rendra sembari menjauhkan piringnya. Raut wajahnya tampak tidak senang.

Buru-buru Laura mengoreksi rasa masakannya. Tidak ada yang aneh, hanya saja memang sedikit pedas.

“Mas… ini enak kok, hanya sedikit pedas,” kata Laura.

Namun, raut wajah Rendra tidak berubah. Dia tampak kehilangan selera makan.

“Sudahlah, aku berangkat dulu. Kamu saja yang menghabiskan nasi goreng ini!”

Rendra bangkit dan pergi, mengabaikan panggilan Laura.

“Mas, tunggu.” Laura juga bangkit dan ingin mengejar Rendra, namun tangannya ditahan oleh David.

“Biarkan saja dia, tidak usah dikejar,” kata pria itu.

“Tapi dia marah, Paman,” sahut Laura sedih.

Melihat sikap Rendra barusan, David sedikit geram. Hanya karena hal sepele, dia tidak menghargai kerja keras istrinya pagi ini.

“Duduklah, lalu lanjutkan sarapanmu,” kata David lagi, terdengar tenang tapi tidak mau dibantah.

Laura menyerah. Dia kembali duduk dan menikmati sarapan tanpa minat.

Sementara itu, David makan dengan lahap. Nasi goreng memang salah satu makanan favoritnya.

“Paman apa tidak kepedasan?” tanya Laura terheran-heran saat piring pria itu nyaris bersih tanpa sisa.

“Pedas sedikit tak masalah. Nasi goreng buatanmu benar-benar enak, Laura.”

Puja-puji keluar dari mulut pria itu, membuat Laura sedikit tersipu.

Dia meminta Laura untuk mengambilkannya lagi.

Melihat David yang makan dengan lahap, Laura jadi senang. Ia merasa dihargai atas usahanya pagi ini.

“Ah … kenyang sekali.” Sambil mengelus perutnya yang sangat penuh, David tersenyum senang.

Senyuman Laura ikut merekah, bahkan wanita itu tertawa mendengar perkataan David.

“Makan tiga piring, sudah pasti penuh,” lirihnya geli.

Karena sarapan mereka selesai, Laura bangkit untuk membereskan piring-piring kotor. Tapi tangannya ditarik oleh David, sehingga dia kini jatuh di pangkuan pria itu.

“Paman … nanti ada yang lihat,” kata Laura sambil mencoba berdiri.

“Tidak ada, dia sudah aku suruh keluar,” bisik David, merujuk pada pelayan di rumah itu.

Tangan pria itu mengelus pipi Laura dengan lembut. “Kelihatannya aku harus olahraga terlebih dahulu sebelum berangkat ke kantor,” katanya dengan nada menggoda. Senyuman miring mencuat di wajahnya yang rupawan.

Kata ‘olahraga’ cukup membuat Laura waswas, apalagi David tersenyum seperti itu padanya. Ia tahu arti senyuman itu….

“Kalau Paman mau olahraga, silakan saja. Saya mau bersih-bersih piring kotor,” kata Laura, berusaha menelan kegugupannya.

David tidak menggubris. Ia bangkit berdiri dan meletakkan wanita itu di atas meja makan.

“Kita olahraga di sini saja.”

Ucapan pria itu membuat Laura membelalak. Apalagi saat David mulai melepas dasi yang sudah terpasang rapi.

“Paman … jangan.” Laura mencoba turun, tapi tangannya malah diikat oleh David pakai dasi itu.

Laura terkesiap, tapi tidak bisa menghindar saat David menghujaninya dengan kecupan-kecupan ringan yang lama-kelamaan menjadi liar dan menuntut.

Laura berusaha setengah mati menahan desahan. Ia berusaha meraup akal sehatnya yang tercerai-berai saat tangan kekar David menelusup ke dalam pakaiannya.

“Mmh… Paman… hentikan….” lenguh Laura terbata-bata. Sekeras apapun logikanya menolak, tapi tubuhnya tak bisa berbohong.

“Kamu basah, Laura…,” bisik David dengan nada penuh kemenangan.

‘Olahraga’ pagi itu pun terjadi di atas meja makan. Suara desahan mereka menggema di rumah besar itu.

Usai mendapatkan pelepasannya, Laura meminta David untuk melepaskan dasi yang mengikat tangannya.

Nafasnya tersengal. “Paman benar-benar sudah gila,” katanya.

“Bukankah kamu juga menikmatinya, Sayang?” Pria itu tersenyum melihat wajah Laura yang kini merah padam.

Nyatanya, David memang mampu mengeluarkan sisi liar yang tak pernah Laura tahu. Ia tidak menyangka dirinya bisa mengeluarkan suara kotor seperti itu. Saat milik David tenggelam dalam dirinya, bibirnya terus mendesah, seolah menikmati setiap sentuhan yang diberikan oleh sang paman.

Sungguh, Laura benar-benar malu.

Kini, David sudah rapi. Sebelum pergi, dia kembali mencuri ciuman di bibir istri keponakannya yang membuat candu itu.

“Paman!” Tangan Laura mendorong tubuh David kuat-kuat ketika pria itu tampak siap untuk kembali menerkamnya.

“Bibir kamu manis sekali, Laura. Membuatku kecanduan.”

Entah mengapa, Laura deg-degan mendengar ucapan pria itu.

David lantas memutar badan dan berjalan menjauh. Tapi baru beberapa langkah dia berhenti.

“Masih ingatkan pesanku kemarin Laura?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (5)
goodnovel comment avatar
Sulistiyowati
renda bajingan dan menyebabkan kekacauan
goodnovel comment avatar
NACL
Rendra menyebalkan banget
goodnovel comment avatar
Sari Aldia
pasti pertunjukan rendi selingkuh tu dm seketaris nya sendiri
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Hamil

    “Sayang besok aku harus ke luar negeri selama 3 hari, kamu nggak papa kan aku tinggal sendiri.” David nampak cemas meninggalkan istrinya sendiri tapi dia juga harus ke luar negeri untuk mengurusi bisnisnya. Laura menggeleng tentu dia tidak apa-apa toh di rumah ada ART dan juga Rendra. “Nggak papa Mas, kan ada Mas Rendra dan juga Art.” Laura tersenyum menatap suaminya.David sangat was-was, takut kalau Laura kenapa-kenapa di rumah selama dia tidak ada.Pukul 06.00 pagi David, Revan dan Laura sudah berada di bandara, Laura melambaikan tangan ketika David sudah masuk ke dalam. “Cepat pulang ya Mas.” teriak Laura sambil tersenyum.Selepas mengantar David, Laura langsung pulang, hari ini David melarangnya pergi ke kantor karena memang tidak ada pekerjaan. Wanita itu menurut saja kebetulan dirinya juga kurang enak badan. Saat melihat makanan di meja makan, tiba-tiba perutnya bergejolak. “Aku kenapa ya kenapa mual begini.” Gumam Laura heran. Menunggu rasa mualnya menghilang Laura berg

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Cobaan Makan

    “Pak dia bisa mati.” Bisik Gio. Setelah berpikir sejenak, pria itu melepaskan cekikannya. “Sekali lagi kamu berkata buruk tentang Laura, siap-siap menemui malaikat maut!” Hardik Erik. Anisa bergegas pergi sebelum dia benar-benar bertemu malaikat maut. Di depan gerbang kantor Erik, Anisa mengumpat lagi. Dia mengutuk Erik dan Laura agar tidak selamat. “Semoga kamu yang akan bertemu malaikat maut!” Teriaknya kesal. Kini Anisa bingung sendiri, Rendra sudah tidak bisa diharapkan, apakah dia harus kembali ke kotanya dengan tangan kosong? Apakah impian menjadi istri David harus pupus? “Sudahlah yang penting cari aman dulu, nanti bisa kembali lagi di waktu yang pas.” #####Sore itu Setibanya di rumah Erik langsung masuk ke dalam kamarnya ketika dia membuka pintu terlihat pemandangan yang sangat indah. Air liurnya mengucur deras, hasrat yang selama ini tak pernah bangun tiba-tiba merengek, meronta ingin dipenuhi. “Wanita ini bisa-bisa tak memakai pakaian sama sekali.” Kakinya melang

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Dipecat

    Anisa merebut ponsel yang dibawa David, alangkah terkejutnya dia melihat dirinya sendiri dalam video itu. “Laura kamu!” Dia menatap tajam ke arah Laura ternyata Laura tak selugu yang dia kira, siapa sangka dia sudah menyiapkan diri. “Mau apa sekarang?” Tantang Laura kemudian mengambil ponselnya kembali. “Trik-trik seperti ini sudah aku pelajari, kamu pikir aku tidak tahu akal busukmu Anisa!” David benar-benar tak habis pikir dengan sikap Anisa, siapa sangka teman masa kecilnya itu kini berubah menjadi wanita licik dan penuh intrik. “Sikapmu kali ini benar-benar keterlaluan Anisa! Sepertinya kamu sengaja ingin membuat aku dan Laura salah paham.” Ujarnya tegas. Dengan air mata yang berderai, Anisa mencoba menjelaskan kalau ada salah paham. “Bukan seperti itu David, ada salah paham disini.” Ucapannya menatap David dan Laura secara bergantian. Salah paham? David dan Laura tertawa kecil, sudah jelas kalau Anisa ingin berulah. “Salah paham, apa matamu buta! Di video itu jelas-jelas

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Kembali Berulah

    Netra Anisa menatap David, berharap dia itu mencegah istrinya untuk bertindak lebih. “David apa kamu juga akan mengusirku dari sini?” tanyanya. “Kalau istriku berkata demikian aku bisa apa,” jawab David yang membuat tubuh Anisa terhuyung ke belakang. Kakinya terasa lemas ia tak percaya kalau teman masa kecilnya itu akan mengusirnya. Anisa sangat kesal kalau dia tidak tinggal di rumah David lantas bagaimana bisa membuat David menjadikannya istri kedua? “Aku tidak mau David, aku mohon.” Wanita itu menangis, merengek pada teman masa kecilnya itu. Saat bersamaan Rendra datang, “Ada apa Anisa?” Tanya Rendra yang turut bergabung dengan mereka semua. “David dan Laura meminta aku pergi dari sini Ren?” Dia mencoba mengadu pada Rendra. “Memang begitu seharusnya.” Ternyata Rendra juga setuju kalau Anisa tidak tinggal bersama dengan mereka. Mendengar respon Rendra, sepertinya dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. “Besok berkemaslah biar Rendra yang akan mengantar ke hunianmu yang baru.”

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Keputusan Tepat

    “Aku menyuruhmu untuk lembur dan menyelesaikan pekerjaan ini tapi kenapa sampai sekarang masih belum kamu kerjakan?” atasan Citra membanting berkas tepat di hadapannya.Wanita itu tersentak, baru saja sampai ruangan sudah dimarahi. “Maaf Bu hari sabtu kemarin saya sudah ada janji jadi harus segera pulang.” Jawab Citra sambil menatap atasannya sebentar kemudian menunduk. Wanita paruh baya itu menarik kursi kemudian duduk sambil menatap Citra dengan tajam. “Seharusnya masalah pekerjaan kamu selesaikan terlebih dahulu.” Ujarnya. Citra menjelaskan kalau janjinya tidak bisa ditunda bahkan pekerjaan ini tidak lebih penting dari janjinya. Mendengar ucapan Citra atasan itu menjadi murka, darahnya seakan mendidih. Baru kali ini ada bawahan yang berani mengesampingkan pekerjaan kantor demi janji yang mungkin nggak penting. “Kalau begitu pergilah ke ruangan HRD dan minta pesangon! mulai hari ini kamu aku pecat!” Citra menggeleng memohon pada atasannya itu supaya tidak dipecat. “Saya moho

  • Hasrat Liar Paman Suamiku    Sebaliknya

    Namun semua berbeda, Citra justru berjalan di depan Erik. Wanita itu seolah menjadi bodyguard bagi Erik. Apakah Citra yang akan menjadi Heronya? “Citra kamu apa-apaan! kalau ada hantu, apa kamu nggak takut?” Erik langsung protes mendapati dirinya justru dilindungi Citra, hal ini jelas membuat harga dirinya jatuh. “Tenang saja saya nggak takut sama hantu hantu jadi-jadian, hantu beneran saja malah saya ajak bicara.” Sahut Citra. Erik melongo menatap punggung istrinya sepertinya dia salah tempat mengajak Citra masuk ke dalam rumah hantu. “Astaga dia malah pawangnya.” Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Saat mereka berjalan tiba-tiba di samping Erik ada tuyul yang mengikutinya, pria itu berteriak bukan karena takut tapi terkejut. Melihat ekspresi Erik Citra tertawa, “Anda takut?” Terdengar mengejek. “Siapa yang takut! aku hanya terkejut tiba-tiba ada anak kecil di sampingku!” Sambil mengelus dadanya karena jantungnya masih belum berhenti berdegup. Tuyul itu tersenyum

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status