Share

26. Mr. Perfect

Author: Merspenstory
last update Last Updated: 2025-01-30 08:34:20

Meski sebelumnya sempat membuat Lea merasa dipermainkan dengan perkataannya, Kayden tetap mengabulkan permintaan Lea dan mengajak wanita itu bersenang-senang. Seolah sudah direncanakan sebelumnya, semuanya dipersiapkan dengan matang. Hari ini mereka akan melakukan tur di salah satu hutan tropis di Mahe.

Di depan mereka, Jonas berdiri dengan tegap sambil menjelaskan beberapa hal—termasuk rute yang akan mereka lalui. Pria itu tampak berpengalaman, seolah ia begitu mengenal seluk-beluk hutan tersebut.

“Apa kita tidak memerlukan pemandu?” tanya Lea sedikit ragu. Meskipun Jonas tampak berpengalaman, entah mengapa ada sesuatu yang membuatnya merasa kurang yakin.

Kayden hanya tersenyum miring, seolah pertanyaan itu tidak layak untuk dijawab. Tanpa berkata banyak, ia langsung memberi perintah kepada semua orang untuk masuk ke mobil.

Lea menyemburkan napas pelan, matanya menatap punggung Kayden yang melangkah ke mobil. ‘Dasar pria menyebalkan!’ umpatnya dalam hati.

Pada akhirnya, Lea ikut masu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   27. Misteri di Ujung Jalur

    “Setidaknya kamu bisa berjalan lagi. Ayo! Kita tidak punya waktu untuk berhenti lama,” ucap Kayden sambil menarik Lea berdiri. Suara tawanya terdengar ringan, tapi mengandung nada mengejek yang membuat darah Lea terasa mendidih.Lea mendengus keras sambil menahan rasa sakit di lututnya. Dengan sedikit pincang, ia mengikuti Kayden yang melangkah tanpa sedikit pun menoleh ke belakang.‘Pria ini benar-benar tidak punya empati!’ Lea mengumpat dalam hati.Langkah mereka diiringi suara burung tropis dan gemerisik dedaunan. Namun tak lama kemudian, Kayden tiba-tiba berhenti di depan, membuat Lea hampir menabrak punggungnya.“Berhenti,” ucapnya singkat.Lea memandang pria itu dengan bingung. “Ada apa sekarang?” tanyanya.Kayden tidak menjawab. Sebagai gantinya, ia meraih pergelangan tangan Lea dengan gerakan yang membuat wanita itu terkejut, lalu menariknya ke sisi jalur di mana pohon besar membentuk celah alami. Dari sana, pemandangan pantai berkilauan terlihat jelas.Mata Lea sontak melebar

    Last Updated : 2025-01-30
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   28. Berhenti Menggodaku!

    Semua orang mengikuti arah jari Lea. Di antara air yang mengalir deras dari tebing, terlihat sebuah benda gelap yang tersangkut di sela-sela bebatuan. Kayden segera bergerak maju tanpa merasa ragu, sementara yang lain tetap di tempat dengan perasaan cemas.Saat Kayden mencapai air terjun, ia memperhatikan benda itu lebih dekat. Perlahan, ia meraih batu besar untuk mendapatkan posisi yang lebih baik. Dengan satu gerakan cepat, ia menarik benda itu keluar dari aliran air.“Sebuah tas …?” gumamnya pelan.Kayden memeriksa tas itu dengan ekspresi datar. Namun saat ia membuka ritsletingnya, sesuatu di dalam tas itu membuat alisnya sedikit berkerut. Ia menoleh ke arah Lea dan Jonas yang masih berdiri dengan wajah penuh tanda tanya.“Apa itu, Sir?” tanya Jonas hati-hati.Kayden menarik keluar isi tas. Sebuah buku catatan yang sudah usang, beberapa foto yang warnanya memudar, dan sebuah pisau kecil yang terlihat tajam meski sudah berkarat. Kayden memegang buku catatan itu sejenak, lalu menatap

    Last Updated : 2025-01-30
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   29. Pembuktian Diri

    Kayden menyunggingkan senyum kecil, lalu mendorong tubuh Lea yang masih memeluknya dengan gerakan lembut. “Aku tidak menggodamu, Lea Rose,” ucapnya. “Tapi kalau aku benar-benar melakukannya, kamu pasti akan tahu bedanya.”Lea sontak mendongak, matanya membelalak dan wajahnya memerah seketika. Entah rasa marah, malu, atau gabungan keduanya, hal itu membanjiri pikirannya.“Kamu …,” gumamnya tertahan, kemudian memutuskan untuk menjauh sedikit.Kayden mengamati perubahan ekspresi Lea dengan intens. “Kamu terlalu mudah takut, Lea Rose. Kalau terus begini, bagaimana kamu akan bertahan di dunia yang jauh lebih keras daripada perjalanan kecil seperti ini?” katanya. Nada suaranya kini terdengar serius, hampir seperti teguran.Lea menggigit bibir bawahnya dengan ragu. “Aku bisa bertahan. Dan aku tidak butuh ceramah darimu tentang cara melakukannya,” balasnya berusaha terlihat tegas.“Benarkah?” Kayden memiringkan kepala, disusul dengan seulas senyum miring tersungging di bibirnya. “Karena sejau

    Last Updated : 2025-01-31
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   30. Aku Mohon, Bertahanlah!

    Lea menuruni gunung dengan langkah cepat dan tekad yang membara. Kata-kata Kayden berhasil menggoyahkan dirinya. Dan sekarang Lea bersumpah tidak akan membiarkan pria itu menang.Saat Lea melewati tenda Jonas dan teman wanitanya, Jonas terkejut dan langsung berlari keluar memanggilnya. “Nyonya Rose, Anda mau ke mana? Cuaca sekarang sangat buruk!” teriaknya, tapi Lea terus berjalan tanpa menoleh.Jonas berdecak frustasi, lalu segera berlari menuju tenda Kayden dengan langkah panik. “Sir, apa yang terjadi? Kenapa Nyonya Rose pergi di tengah cuaca seperti ini?” tanyanya tampak begitu khawatir.Kayden hanya menghembuskan napas berat. Ia menatap Jonas dengan sorot yang sulit diterjemahkan. Jonas menunggu jawaban dengan cemas, namun hanya disambut keheningan.“Sir, ini sangat berbahaya. Jalanan licin dan—” Ucapan Jonas terhenti saat Kayden tiba-tiba bangkit dan meraih jas hujan dengan gerakan tenang.“Diam, Jonas. Aku yang akan turun menyusulnya,” kata Kayden dengan suara tegas.Jonas hampi

    Last Updated : 2025-01-31
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   31. Di Ambang Kehilangan

    Jonas berdiri di tepi jurang dengan napas memburu. Wajahnya tampak tegang, sementara kedua tangannya sibuk mengacak rambut seolah berharap hal itu bisa mengurangi rasa frustrasinya.“Demi Tuhan!” geramnya seraya menatap ke kedalaman jurang yang mencekam. “Jika sesuatu terjadi padanya, habislah aku.”Jonas tahu betul konsekuensi yang akan dihadapinya jika sesuatu yang buruk terjadi pada pewaris keluarga Easton tersebut. Sejak pertama kali bekerja untuk Kayden, tugasnya tak hanya sebagai asisten pribadi. Robert Easton memintanya untuk memastikan keselamatan Kayden di mana pun putranya itu berada.Dan kini, sang pewaris itu jatuh ke jurang. Konyol, mengingat Kayden bukan amatir dalam mendaki. Tapi musibah selalu datang tanpa aba-aba.'Apakah ini murni kecelakaan atau ada tangan lain yang berperan?' Pemikiran itu tiba-tiba terlintas di kepala Jonas.Jonas mengalihkan pandangannya ke Lea dan teman wanitanya, lalu mengambil keputusan cepat. “Kita turun dari gunung sekarang. Saya akan mencari

    Last Updated : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   32. Evakuasi

    Perjalanan menuju lokasi terasa sangat panjang meskipun tim penyelamat bergerak secepat mungkin. Hujan masih mengguyur deras, membuat pandangan terhalang dan jalan setapak yang licin menjadi tantangan besar. Jonas tetap berada di depan, membantu menunjuk arah kepada penjaga hutan dan tim penyelamat.“Jalur ini sangat curam. Berhati-hatilah saat mendekati area jurang,” katanya sambil berusaha keras mengatasi gemetar pada suaranya.Setelah mendaki beberapa waktu, mereka akhirnya tiba di lokasi Kayden jatuh. Jonas mendekati tepi jurang dengan hati-hati, lalu menyorotkan senter ke bawah. Hujan membuat penglihatannya terbatas, tetapi ia yakin Kayden masih di sana.“Terakhir kali, dia berada di sana,” kata Jonas sambil menunjuk ke sisi jurang yang penuh semak dan ranting yang patah. “Kita harus turun.”Salah satu anggota tim penyelamat dengan tali pengaman di bahunya, menepuk Jonas di punggung. “Kami yang akan menangani ini, Tuan. Tetaplah di sini dan biarkan kami bekerja,” katanya.Jonas me

    Last Updated : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   33. Merasa Bersalah

    Sambil menunggu kabar, Lea dan Jonas duduk di ruang tunggu klinik yang dikelilingi oleh jendela besar. Dari sana, Lea bisa melihat laut biru dan bukit-bukit tropis Mahe. Suara burung tropis yang melintas sesekali terdengar, seolah mengingatkan bahwa hidup tetap berjalan meski hari yang berat baru saja mereka lalui.Lea tak henti-hentinya menggigiti kuku jarinya, kebiasaan yang selalu muncul ketika ia sedang cemas. “Tuan Beckett,” panggilnya pelan, “dia akan baik-baik saja, ‘kan?”Jonas menatap Lea sejenak sebelum menjawab. “Saya yakin, Nyonya Rose. Kayden Easton adalah pria tangguh. Bahkan jika dia terlihat seolah tidak peduli pada apa pun, dia tidak akan menyerah begitu saja.”Lea menghela napas panjang, mencoba meyakinkan dirinya dengan kata-kata Jonas. Namun rasa bersalah terus menghantuinya. Ia merasa seolah semua kejadian ini adalah salahnya.Beberapa waktu kemudian, seorang dokter dengan rambut keriting dan logat lokal khas Seychelles keluar dari ruang perawatan. “Tuan Kayden Eas

    Last Updated : 2025-02-01
  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   34. Permintaan Sederhana?

    Kedua mata Lea seketika melebar dan ia langsung menggigit bibir. Untuk sesaat, wanita bermata hazel itu hanya terpaku sambil menimbang permintaan sang kakak iparnya tersebut.Mengeramas rambut jelas bukan hal yang sulit, hanya saja … hal itu terlalu intim. Namun saat ia menatap Kayden yang bersandar santai dengan ekspresi menantang, Lea tahu tidak ada gunanya menolak.Lea menatap Kayden dengan ragu. Permintaannya begitu tiba-tiba dan aneh. Mengeramasi rambutnya? Itu bukan sesuatu yang pernah Lea bayangkan akan lakukan untuk pria seperti Kayden."Kenapa aku harus melakukannya?" tanya Lea dengan alis berkerut.Kayden tersenyum tipis, sementara pandangannya masih terkunci pada sosok Lea yang berdiri canggung. "Kamu yang bilang ingin merawatku. Ini permintaan sederhana, kan?"Lea kembali menggigit bibirnya. Ia memang merasa bersalah pada Kayden, tapi tetap saja ... situasi ini terlalu canggung. Namun menolak Kayden bukan perkara mudah, maka dari itu Lea akhirnya mengangguk."Baiklah," guma

    Last Updated : 2025-02-01

Latest chapter

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   200. Happy Ending

    Langit Santorini memancarkan semburat oranye keemasan saat senja menuruni cakrawala. Laut biru membentang luas di hadapan mereka, sementara angin laut yang hangat menyapu perlahan kulit mereka.Di balkon vila pribadi yang menghadap laut, Lea bersandar di dada Kayden, dibalut gaun putih tipis dengan rambut tergerai lembut tertiup angin.“Aku masih tidak percaya kita sudah menikah,” bisik Lea, jemarinya menggenggam tangan Kayden yang melingkari pinggangnya dari belakang.Kayden menunduk, mencium pelipis Lea dengan pelan. “Kalau begitu, aku harus lebih sering mengingatkanmu.”Lea terkekeh kecil. “Dengan apa? Ciuman? Pelukan? Atau ... sesuatu yang lain?”Kayden tertawa pelan di telinganya. “Semua itu. Dan lebih.”Ia membalik tubuh Lea perlahan agar menghadap padanya. Mata mereka bertemu, dan sesaat dunia terasa hening. Jemari Kayden mengusap lembut rahang Lea, kemudian menyelip ke belakang lehernya.“Kamu tahu,” ucap Kayden pelan, “sejak pertama kali melihatmu, aku tahu kamu akan menghanc

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   199. Janji Suci

    Gedung megah itu berdiri anggun di jantung Manhattan, seluruh dinding kacanya memantulkan cahaya matahari sore yang perlahan menurun.Dikelilingi taman pribadi dan air mancur yang menjulang di tengah pelataran marmer putih, lokasi itu dipilih Kayden sendiri.Tempat eksklusif yang tak pernah dibuka untuk umum, hanya untuk perayaan yang benar-benar berarti.Sore itu, ballroom dengan dinding kaca sepenuhnya berubah menjadi taman impian. Kelopak mawar putih berjatuhan dari langit-langit kaca, sementara pilar-pilar klasik dihiasi anggrek dan bunga lili yang dirangkai dengan kristal halus.Suara denting harpa mengalun lembut di latar, mengisi ruang dengan kemegahan tanpa kesan berlebihan. Hanya tamu pilihan yang hadir. Orang-orang yang benar-benar berarti dalam hidup Lea dan Kayden.Julianne tampak anggun dengan gaun berwarna champagne, berdiri di sisi kursi tamu bersama Indi dan Rhaelil. Silas mengenakan tuksedo hitam pekat, berdiri di dekat altar sebagai pendamping utama Kayden.Kaelyn Br

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   198. Mawar, Cincin, dan Takdir

    Lea menatap Kayden dengan mata membulat, tak percaya pada apa yang baru saja terjadi di hadapannya. Seluruh pikirannya membeku sejenak, digantikan oleh satu gelombang emosi yang tak tertahan—kaget, haru, bahagia, semuanya berbaur jadi satu.Cincin berlian itu berkilau indah. Namun bukan kilau cincin yang membuat hatinya bergetar hebat, melainkan pria yang saat ini berlutut di hadapannya.“Kayden …,” bisik Lea, matanya mulai basah.Kayden tetap menatapnya penuh keyakinan. “Aku tahu semua yang kamu lewati tidak mudah, dan aku tidak bisa mengubah masa lalu. Tapi hari ini, dan setiap hari setelah ini, aku ingin menjadi orang yang berdiri di sampingmu. Menjadi rumahmu, pelindungmu, teman sekaligus kekasihmu.”Lea menutup mulutnya, berusaha menahan isak yang mulai pecah.“Aku tahu kamu kuat tanpaku, Little Rose. Tapi izinkan aku menjadi orang yang membuat hidupmu sedikit lebih ringan. Lebih hangat. Selamanya,” ucap Kayden lembut namun tegas.Tangan Lea bergetar saat menutupi dadanya, tak sa

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   197. Beneath the Roses

    Pagi itu, langit New York tampak cerah.Lea duduk santai di atas sofa, melipat kedua kakinya dan membiarkan tubuhnya bersandar nyaman ke sisi Kayden. Ia mengenakan kaus tipis dan celana santai. Dan sebotol air mineral setengah kosong tergeletak di meja kopi di depannya.Suara pembawa acara berita lokal mengisi keheningan apartemen dari layar televisi.“Breaking news. Astrid Galen resmi ditahan tanpa jaminan atas dakwaan percobaan pembunuhan terhadap Lea Rose Thompson,” suara pembawa berita terdengar tajam. “Selain itu, bukti penggelapan dana dan pencucian uang yang melibatkan yayasan keluarga Thompson kini menyeret nama suaminya, Liam Thompson, dalam penyelidikan lanjutan.”Napas Lea tercekat sesaat. Ia menatap layar televisi dengan jantung yang berdebar tak terkendali. Akhirnya... hari itu datang juga.Kayden yang duduk di sebelahnya lantas mencondongkan tubuh sedikit, kemudian mengulur tangan dan membelai lengan Lea perlahan.Di televisi, potongan video memperlihatkan Astrid mengena

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   196. Senyum Licik Namun Menawan

    Lea sedang menikmati minuman soda rasa jeruk ketika ponselnya bergetar. Ia melihat nama di layar. Mama.Dengan gerakan tenang, ia meletakkan kaleng soda di atas meja dan menyambungkan panggilan.“Halo, Ma?” sapanya.Suara ibunya terdengar tenang di seberang, menyatu dengan dengung samar mesin mobil. Julianne sedang dalam perjalanan kembali ke hotel.“Sebastian Langley sudah mulai goyah,” katanya tanpa basa-basi. “Dia berpura-pura ragu, tapi nada suaranya, pilihan katanya, semua menunjukkan hal yang sama. Dia tertarik. Kalau semuanya sesuai rencana, Astrid hanya tinggal menunggu waktu sebelum ia tak punya tempat lagi untuk berdiri.”Lea menyandarkan punggung ke kursi, tatapannya fokus ke luar jendela.“Bagus,” gumamnya. “Aku sudah cukup lama menunggu momen ini.”Julianne terdengar menarik napas di seberang sebelum melanjutkan dengan nada lebih hangat. “Anggap saja ini bagian kecil dari penebusan atas kesalahan masa laluku, Lea. Karena dulu aku meninggalkanmu di rumah itu. Hidup bersama

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   195. Sebuah Tawaran

    Setelah keluar dari ruang interogasi, Sebastian menerima pesan singkat.[Kita perlu bicara. Ini tentang Astrid. Hotel Aurelle, suite 907. – J.R.]Sebastian menatap layar ponselnya lama. Rahangnya mengeras.Inisial itu saja sudah cukup menjelaskan segalanya.“Akhirnya aku berurusan dengan orang sepertinya,” gumamnya pelan.Ia menyelipkan ponsel kembali ke saku jas, lalu melangkah pergi. Ia tahu, pertemuan itu akan mempersulit kasus yang seharusnya bisa selesai dengan mudah.Beberapa jam kemudian, Sebastian Langley datang tepat waktu.Julianne sudah duduk di sana, segelas bourbon setengah penuh di tangannya. Ia tak bangkit. Hanya menatap Sebastian dengan tatapan yang membuat siapa pun merasa sedang duduk di depan hakim, bukan seorang pengacara.Sebastian berdiri di tengah ruangan. Ia tampak tegang, tapi tak benar-benar menunjukkannya.“Aku tahu kamu akan datang,” kata Julianne tanpa basa-basi.Sebastian duduk, lalu membuka jasnya sedikit. “Dan aku tahu kamu takkan tinggal diam. Jadi, ki

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   194. Ditangkap

    Pagi itu, Astrid baru saja keluar dari rumahnya dengan langkah tenang dan senyum percaya diri. Angin musim semi menerpa rambutnya yang terurai sempurna. Namun senyumnya langsung memudar saat melihat dua mobil polisi berhenti di halaman depan.Detik berikutnya, dua petugas keluar, langkah mereka cepat dan tegas.“Astrid Galen?” tanya salah satu petugas dengan suara dingin dan berwibawa.Astrid mengerutkan kening. Ia berhenti, menatap mereka dengan sorot tak suka. “Ya?” jawabnya, alisnya terangkat dan nada suaranya penuh keangkuhan.“Kami memiliki surat perintah penangkapan untuk Anda.” Petugas itu menunjukkan dokumen dengan segel resmi.Astrid membaca cepat. Matanya membelalak ketika membaca tuduhan yang tertera—penyalahgunaan kekuasaan, pemalsuan dokumen, dan pembunuhan berencana.“Apa ini lelucon? Siapa yang menyuruh kalian?!” suara Astrid meninggi, nadanya berubah tajam. “Kalian sadar siapa aku?! Aku bisa membuat kalian kehilangan pekerjaan hanya dengan satu panggilan!”Petugas teta

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   193. Kecemburuan Kayden pada Silas dan Rhael

    Setelah makan malam selesai...Di luar ruang makan privat, Kayden menyentuh ringan lengan Lea untuk menahannya tetap di tempat. Yang lain sudah lebih dulu keluar.“Aku perlu tahu sesuatu,” ucapnya pelan.Lea menoleh. “Ada apa?”“Silas.” Kayden menatap Lea tajam. “Sejak kapan kalian sedekat itu?”Lea mengernyit, sedikit bingung. “Aku tinggal di kediaman Ravenwood selama setahun. Dia orang yang sopan.”“Dia terlalu tahu banyak tentangmu,” tukas Kayden. “Dan cara dia memandangmu barusan, itu bukan sekadar sopan.”Lea menghela napas. “Kami tinggal serumah cukup lama. Wajar kalau dia tahu beberapa hal.”“Dan Rhael?” tanya Kayden tanpa memberi jeda. “Sejak kapan dia juga jadi bagian dari lingkaran dekatmu?”Nada bicara Kayden terdengar tenang, tapi ada tekanan yang jelas terasa di wajahnya.Lea menatapnya tajam. “Mereka bukan ancaman. Tidak ada yang berubah, Kayden.”Kayden tidak menjawab langsung. Ia hanya menatap wajah Lea, seolah mencari tanda-tanda bahwa wanita itu berbohong. Tangannya

  • Hasrat Liar Sang Kakak Ipar   192. Undangan Makan Malam

    Ruang Makan Privat – Sebuah Restoran Mewah di Midtown ManhattanPintu kaca geser terbuka perlahan. Lea melangkah masuk lebih dulu, diikuti oleh Kayden yang berjalan di belakangnya dengan langkah tenang. Ruangan itu bernuansa hangat dengan meja makan bundar yang ditata rapi dengan linen putih.Julianne menyambut mereka dengan senyum hangat, sementara Rhael hanya melirik sekilas tanpa menunjukkan ekspresi berarti.“Ma,” sapa Lea sembari menghampiri dan memeluk Julianne dengan lembut.Julianne membalas pelukan itu. “Kamu tampak lebih segar dari terakhir kali kita bertemu.”Lea tersenyum singkat, lalu menoleh ke arah Rhael. “Kamu juga datang.”“Aku tidak datang untukmu,” sahut Rhael pelan, lalu bersandar santai ke kursi. “Aku hanya penasaran ingin melihat siapa pria yang membuatmu tak bisa berpaling ke lain hati.”Lea menahan napas sejenak sebelum menoleh ke arah Kayden. “Ma, Rhael … ini Kayden.”Kayden mengangguk sopan dan melangkah maju. “Senang akhirnya bisa bertemu denganmu secara lan

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status