Isabelle pun terpaksa membuka matanya dengan perlahan, ia menyangka jika James akan mencium bibirnya sebab itu ia memejamkan matanya.
“Apa kau sebelumnya sudah mengetahui jika Ayahku akan menjodohkan kita berdua?” tanya James pada Isabelle yang sudah berhasil membuka lebar matanya.“T-tidak Tuan, Ray menjemputku dari rumah sakit dan tiba-tiba membawaku kesini. Lalu Tuan Besar mengabari jika aku akan dijodohkan, dan ternyata itu adalah kau Tuan.” tutur Isabelle dengan menundukkan kepalanya. Ia tidak tahan melihat aura James yang begitu sangat dingin.James pun berjalan menjauh dari Isabelle, ia melihat ke arah jendela kamar dan menatap langit yang sudah menggelap. Tampaknya James sedikit terkejut dengan pernyataan yang Isabelle katakan. James ingin mempercayai apa yang isabelle katakan, namun ia juga enggan untuk percaya karena meyakini bahwa Isabelle adalah orang bayaran ayahnya yang sengaja disewa untuk memantau dirinya.“Kau, apakah sebelumnya pernah bertemu dengan Ayahku?” tanya James yang ragu akan kebenaran yang Isabelle katakan.“Tidak, aku tidak tahu jika akui akan dibawa bertemu dengan Ayahmu dan aku juga tidak pernah bertemu dengan Ayahmu sebelumnya. Atau jangan-jangan ini semua rencanamu?” tutur Isabelle menerka-nerka yang terjadi.“Apa kau bilang?, ini semua rencanaku?. Apa kau gila? jika ini rencanaku lalu mengapa aku harus terkejut dengan perjodohan ini.” tutur James seraya menoleh ke arah Isabelle.“Alasannya sudah jelas, kau dendam padaku karena malam itu temanku menjebakku hingga hal itu terjadi.” ucap Isabelle lagi mengungkit kejadian pahit di malam spesial untuk mereka saat itu.“Jangan asal bicara, tutup mulutmu atau aku akan menghabisimu!” geram James mendengar tuduhan Isabelle.“Semuanya jelas Tuan, dia Ayahmu dan Kau ingin membalas dendam padaku. Apalagi yang harus aku ragukan untuk hal itu, kau sengaja membuat cerita seolah olah Ayahmu lah yang menjodohkan.” tutur Isabelle lagi seraya berteriak.Prang!!! suara kaca pecah. Cermin yang semula berbentuk bundar, kini remuk dan tercecer di lantai.“Tuan, apa yang sedang terjadi?!” teriak Ray seraya membuka pintu kamar. James menoleh dan melihat Ray sudah berada di depan pintu.“Kau, beraninya kau menerobos masuk tanpa mengetuk pintu!” teriak James. Tanpa banyak bicara, Ray segera menutup pintu kembali dan membiarkan James berdua dengan Isabelle.Tangannya terluka hingga meneteskan darah segar, Isabelle yang melihat pun tampak panik.“Tuan, tanganmu terluka.” ucap Isabelle seraya melangkah mendekat.“Berhenti, jangan mencoba mendekat atau aku akan melakukan hal yang lebih gila!” ucap James seraya melebarkan tangannya ke arah Isabelle.Namun Isabelle tetap nekat dan mendekat ke arah James, James geram lalu kembali mengambil serpihan kaca dan menggenggamnya dengan kuat.“Tuan, apa kau sudah gila hah!” teriak Isabelle seraya berlari kecil ke arah James.“Aku sudah katakan, jangan pernah mendekat atau aku akan lebih gila lagi.Tanpa mau menghiraukan ucapan dari James, Isabelle memaksa mendekat dan berhasil meraih tangan James.“Lepaskan Tuan, lepaskan kepalan tanganmu dari kaca ini.” pinta Isabelle seraya memaksa membuka tangan James.Namun James tidak mau mendengar dan bersikeras menggenggam kaca di tangannya. Darah semakin menetes dan membasahi lantai marmer berwarna putih tulang itu.Namun Isabelle tidak kehabisan akal, ia segera memeluk James dan berbisik dengan lembut kepadanya.“Tuan aku mohon, kita bisa bicarakan ini baik-baik asalkan kau melepaskan kaca ini. tanganmu sudah cukup menderita dengan luka ini.” pinta isabelle dengan lembut.Entah apa yang melintas di pikiran James, ia luluh dan dengan kesadarannya melepaskan genggaman kaca yang ada di tangannya.Isabelle segera memanggil maid dan meminta membawakan kotak obat untuk mengobati luka di tangan kanan James.“Maid, Ray!!” teriak Isabelle dengan terus memegang tangan James dan berusaha menghentikan pendarahannya dengan membungkus tangan james dengan pakaiannya yang ia robek dari gaun yang baru saja ia kenakan.Maid dan Ray tidak ada datang dan masuk kedalam, Isabelle pun semakin cemas karena darah tidak kunjung berhenti.“Tuan, biarkan maid dan Ray masuk. Aku membutuhkan kotak obat untuk mengobati lukamu ini.” pinta Isabelle kepada James.“Tidak perlu, luka ini tidak seberapa sakitnya dibandingkan saat kau tidur bersama dengannya.” tutur James dengan suara datarnya.“Bisakah tidak membahas malam itu lagi, aku sudah muak dengan kejadian itu. Aku akan mengobati lukamu, minta maid dan Ray membawakan kotak obat.” titah Isabelle kepada James.James pun enggan berdebat dan segera memanggil Ray untuk membawakan kotak obat.“Ray!” teriak James hingga menembus pintu yang menjulang tinggi itu.Pintu pun terbuka dan Ray masuk, menemukan sang tuan muda terluka Ray segera berlari ke arah nakas dan mengambil kotak obat disana.“Tunggu, aku akan mengobati lukamu Tuan.” tutur Ray seraya membuka kotak obat yang baru saja ia ambil.“Tidak, aku sudah memiliki budak untuk mengobatiku. Kau, keluarlah.” tutur James mengusir Ray dengan kasar.“T-tapi Tuan, dia ini calon istrimu. Nona Muda juga tidak akan sanggup mengobati mu karena lukanya sangat lebar.” ucap Ray membantahJames menoleh dengan ekor mata tajamnya dan menatap intens ke arah Ray.“Apakah kau mau aku membuat luka baru di bagian tubuhku yang lain?” tanya James kepada Ray. tanpa banyak bicara lagi, Ray segera keluar dari sana dan meninggalkan lagi keduanya di dalam.Isabelle segera mengambil obat bius agar James tidak merasakan sakit dan nyeri saat dirinya menjahit beberapa luka robek di tangan james.“Tahan sebentar, aku akan menjahitnya. Mana tanganmu, aku akan membiusnya.” tutur Isabelle mengambil tangan dari James.“Tidak perlu, aku bisa menahan luka sesakit apapun, ini hanyalah luka kecil.” tutur James kepada mantan kekasihnya itu.Dengan berat hati, Isabelle pun tidak menghiraukan ucapan james dan menyimpan kembali obat bius itu ke dalam kotak obat.Perlahan dan satu persatu benang mulai terjahit di tangan James, ia terlihat mengernyitkan dahinya untuk menahan rasa sakit karena tusukan jarum.Isabelle pun tidak menghiraukan James yang kesakitan, ia sedikit kesal karena James tidak menerima biusan yang ditawarkannya. Selesai menjahit lukanya, Isabelle pun memasangkan perbannya di tangan kanan James yang terluka.“Selesai.” ucap Isabel singkat, setelah itu membereskan kembali peralatan yang ia gunakan baru saja.“Kau beristirahatlah, aku akan membersihkan ini semua.” ungkap Isabelle, namun James tidak bergeming dari posisi duduknya di lantai.Dengan berhati-hati, Isabelle pun membantu James untuk berdiri dan memintanya lagi dengan baik-baik untuk berpindah posisi ke tempat tidur.“Ayolah Tuan, apa kau ingin beristirahat di lantai?” tanya Isabelle seraya mengangkat tubuh kekar James.Tampaknya James melemah karena kehilangan banyak darah, wajahnya tampak pucat dan tubuhnya pun menggigil.“Kau demam?” tanya Isabelle seraya menempelkan tangannya di dahi James.Dengan cepat James menyingkirkan tangan Isabelle dari dahinya.“Jangan pernah menyentuhku!” ucap james dengan ketus.“Kau beristirahatlah, aku akan pergi menemui Ayahmu dan memintanya untuk membatalkan perjodohan ini. Aku juga akan segera pergi dari Mansion ini setelah itu, aku tidak tahu apakah jasad ayahku sudah diurus atau belum.” tutur Isabel dengan raut wajah dingin.James pun tampak heran melihat raut wajah Isabelle yang tiba-tiba saja berubah menjadi dingin.Sesuai yang dikatakan oleh Isabelle pada James, ia menemui Van der Mick dan mendiskusikan tentang perjodohannya dengan James.*Ayah, mengapa takdir seolah mempermainkanku. Aku dan James sudah lama berakhir, mengapa kini aku harus memulai kembali dengannya* batin Isabelle seraya melangkah dengan tangisan di matanya.Maid yang mengikuti tampak bingung sebab gaun yang Isabelle kenakan tampak koyak dan berlumuran darah. Maid mengikuti Isabelle melangkah, namun tiba-tiba Isabelle menghentikan langkahnya.“Tunjukkan dimana ruangan tuan Van, ada yang ingin aku bicarakan dengannya.” pinta Isabelle kepada maid yang membuntutinya.“M-maaf Nona Muda, tapi Tuan Besar untuk saat ini tidak bisa diganggu.” ucap maid dengan gugup.Isabelle pun tampak kesal mendengar jawaban dari maid, namun ia tidak ingin melewatkan sedetikpun kesempatan. Isabelle mengambil vas bunga dan memecahkannya, ia mengambil serpihan pecahan vas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.“Tunjukkan ruangan Tuan Van, atau aku
Pernikahan sang putra tunggal pun akhirnya terlaksana secara megah dan mewah. Semua kolega bisnis Van Der Mick datang untuk mengucapkan selamat, termasuk pesaing bisnis dari Van Der Mick yaitu Marvel De Roa. Anaknya Marvin pun ikut serta dalam acara tersebut memberikan selamat kepada Van Der Mick.“Tuan, akhirnya putramu menikah dengan gadis pujaannya.” tutur Marvin.“Ah ya, terimakasih Marvin. Aku pun sangat tidak menyangka jika putraku selama ini memiliki kekasih impiannya dan mau menikahinya.” ucap Van Der Mick dengan wajah datarnya.Marvel pun mendekat ke arah Van Der Mick dan juga Marvin yang tengah mengobrol.“Bagaimana perkembangan proyek tender yang kau menangkan tempo hari, apakah memberikan hasil yang melimpah?” tanya Marvel dengan sinis.Namun seketika Marvin menghentikan aksi sang ayah yang sepertinya bisa memicu emosi dari Van Der Mick.“Sudahlah Ayah, berhenti membicarakan tentang bisnis. Saat ini kita harus berbahagia atas pernikahan dari James dan juga Isabelle.” tutur
“Pergi dari sini, atau aku akan menghabisi nyawaku saat ini juga.” ancam Isabelle dengan memecahkan gelas berisi air ke nakas dan menaruhnya di atas urat nadi tangannya.“Tidak, jangan lakukan itu isabelle, hentikan aku mohon.” ucap James dengan sedikit memberi jarak dari Isabelle.Bukannya mendengarkan perkataan James, justru Isabelle semakin menempelkan pecahan kaca itu diatas nadinya. Terpaksa James merebut pecahan gelas dari tangan Isabelle dan alhasil melukai telapak tangannya.“Apa yang kau lakukan, kau pikir aku akan tersentuh dengan pengorbanan darah ditanganmu?. Sebanyak apapun darah yang kau tumpahkan, tidak akan pernah sebanding dengan darah keperawananku yang sudah kau renggut secara paksa James Van Der Mick.” ucap Isabelle.James yang mendengar hal tersebut pun tampak terkejut, sebab James tahu jika Isabelle sudah memanggil namanya dengan lengkap, tandanya amarah Isabelle sudah berada di puncak.“Aku mengerti Belle, dan Aku pun sadar jika aku bersalah padamu. Aku mohon ja
Melihat istrinya yang duduk dan tampak khawatir, membuat senyum mengembang di bibir James.“Jangan melihatku seperti itu, jangan kau pikir kau sedang terluka lalu hatiku akan melunak. Jangan terlalu berharap James, itu hanya angan angan mu saja.” tutur Isabelle lagi seraya membetulkan perban di tangan James.Selesai merawat suaminya, Isabelle segera kembali menuju kamarnya dan beristirahat. Namun James tampak menahan Isabelle dan memintanya untuk tinggal disana.“Apa kau tidak ingin menemaniku hingga aku pulih Belle?.” tanya james dengan wajah yang sedikit memelas kepada wanita yang masih bertahta di hatinya.“Untuk apa?, melihatmu sebentar saja aku sudah muak.” ucap Isabelle lalu pergi dari kamar James. James pun hanya bisa terdiam seraya melihat punggung isabelle yang sudah menghilang ditelan pintu.Ia tampak meratapi apa yang sudah terjadi, menyesal pun sepertinya sudah tidak ada gunanya lagi. James akan berfokus untuk mendapatkan maaf dari Isabelle, dan memperbaiki rumah tanggany
Suara tembakan yang semula tidak terdengar pun, kini berdesing saling bersahutan satu sama lainnya.James mengamankan Isabelle dalam pelukannya hingga berhasil masuk ke dalam mobil. Sedangkan Marvin tampak membantu Ray menghabisi kawanan penyerang James dan juga Isabelle.Sesampainya di dalam mobil, James segera mengemudi walaupun dalam keadaan dirinya yang masih belum sepenuhnya pulih.Isabelle pun tampak terdiam setelah kejadian tersebut, ia tampak shock karena nyawanya tadi sudah berada diujung tanduk.Beberapa pengawal mengikuti mobil James untuk berjaga jika ada penyerangan dadakan lagi.James yang melihat Isabelle hanya terdiam pun, hanya bisa ikut hening. James ingin meluapkan emosinya, namun sepertinya itu bukan hal yang bagus saat melihat istrinya yang sedang terguncang.Sementara itu, Ray masih berjibaku dengan para penyerang James. Untung saja Marvin berhasil mengejar dan mengamankan salah satu dari anggota penyerang tadi.“Kau, beraninya ingin melukai temanku!,” teriak Mar
Lima tahun kemudian, Isabelle berhasil melanjutkan hidupnya dan melahirkan seorang putra yang sangat tampan. Anak dari James itu tumbuh menjadi anak yang sangat lucu dan juga menggemaskan.“Sayang, tunggu dengan Nani ya. Mami ada pekerjaan yang harus diselesaikan,” ucap Isabelle pada sang putra.Namun tampaknya sang putra sedang tidak ingin ditinggalkan olehnya pagi itu.“Tidak, aku tidak ingin bersama Nani, aku ingin bersama Mami,” ucapnya dengan lantang.Memang kehidupan Isabelle sebelumnya tidak terlalu mapan seperti sekarang. Setiap hari Isabelle harus membawa sang putra yang masih kecil ke perusahaan, dan bekerja dengan mengasuh anaknya.“Tapi Nak, Mami ada rapat penting. Nani akan menjagamu dengan baik di rumah, mengerti,” ucap Isabelle dengan penuh kelembutan agar sang putra mengerti dan juga paham.“Tidak, aku tidak mau Mami. Jika kau meninggalkan ku dengan Nani, maka aku akan marah padamu,” ucap sang putra dengan menyilangkan kedua tangannya di dada.Tanpa mau menghiraukan sa
“Nona maaf kau siapa, dan ada kepentingan apa kau berada di ruangan Tuan J?,” tanya Thomas pada Isabelle.“Maaf Tuan, aku sedang mencari putraku dan tidak sengaja masuk ke dalam ruangan bos mu ini.” sahut Isabelle pada Thomas.Thomas pun hanya mengangguk paham.Jayden kembali memanggil lagi J dengan sebutan Papi, dan itu berhasil membuat J emosi.“Mengapa Papi sangat kasar, padahal aku hanya ingin memeluknya Mami,” ucap Jayden pada Isabelle.“Jay, tapi dia bukan Papi mu nak. mami sudah katakan jika Papi sudah meninggal,” ucap Isabelle memberikan pengertian kepada sang putra.“Berhenti memanggilku Papi, atau aku akan melaporkan semua ini ke polisi,” ucap J dengan sangat kasar.“Maaf Tuan, dia hanya anak kecil apa kau harus melibatkan polisi dalam kesalahpahaman ini?,” tanya isabelle yang jelas jelas merasa tersinggung dengan apa yang J katakan.Untuk menghindari semakin besar masalahnya, Thomas segera meminta Isabelle untuk membawa sang putra pergi dari sana.“Nona, lebih baik anda seg
“Kau ingin mengatakannya sekarang, atau aku akan mencari tahu sendiri melalui orang orangku Thom?,” tanya Ayah J yang sudah mulai geram dengan perkataan Thomas yang menolak untuk mengabarkan dimana keberadaan dari J.“Baiklah Tuan, Tuan J berada di rumah sakit pribadi keluarga VDM,” ucap Thomas pada ayah J.Seketika Isabelle pun tercengang mendengar nama rumah sakit tersebut. Ia baru sadar jika dirinya berada di rumah sakit VDM, nama tersebut memiliki kesamaan dengan nama belakang sang putra yang memiliki kepanjangan Van Der Mick.Namun Isabelle berusaha untuk berpositif thinking dan berharap jika dirinya tidak akan bertemu dengan siapapun yang berasal dari masa lalunya.“Aku segera kesana, dan kau jangan coba coba berani menyembunyikan kondisi J yang sebenarnya,” ucap Ayah J dengan masih penuh kekesalan.Thomas pun tidak banyak berkata, ia segera memutuskan sambungan telepon setelah Ayah J memarahinya.Isabelle yang penasaran pun segera bertanya pada Thomas mengenai rumah sakit VDM y