Home / Young Adult / Hasrat Terlarang Abang Ipar / Part 52. Cinta yang Semakin Mekar

Share

Part 52. Cinta yang Semakin Mekar

Author: Rich Ghali
last update Last Updated: 2025-05-31 05:59:53

“Aku tidak bisa memutuskan, Pa. Itu tergantung Mas Mahen. Dia berhak memilih wanita yang dia inginkan.” Maudy menjawab dengan sungkan.

Awalnya Mahen memang menggebu-gebu menginginkannya. Namun, kini terlihat tidak seperti sebelumnya. Jadi, Maudy berpikir jika Mahen telah mulai melupakan perasaannya.

“Mahen pasti mau. Sekarang tinggal kau saja, semuanya berada di tanganmu. Jangan sampai kau menyesal karena menikah dengan lelaki yang salah.” Tama mengingatkan.

Maudy menghela napas dengan dalam. Ia tidak tahu harus membuat keputusan apa. Putra sangat jelas mencintai dan menginginkannya. Lelaki itu juga sangat menyayangi Sean layaknya anak sendiri. Namun, hubungan mereka ditentang oleh orang tua Putra. Sementara Mahen, tidak jelas perasannya sekarang seperti apa. Namun, di balik lelaki itu ada Tama yang mendukung hubungan mereka. Terlebih Maudy mulai ada rasa. Ia bingung harus bagaimana.

“Papa tahu kau tidak mencintai Putra. Mahen sudah menjelaskannya pada papa, Liam meninggalkan wasiat a
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 63. Ayah untuk Sean

    Tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya Mahen diperbolehkan untuk pulang. Siang ini, Maudy yang mengurus semuanya. Mengurus administrasi untuk kepulangan, memesan taksi karena Maudy tidak bisa menyetir sendiri, memapah Mahen dari halaman rumah sakit menuju taksi, juga dari taksi menuju kamar.Wanita berambut hitam pekat itu mengurus Mahen dengan sangat baik. Seolah lelaki itu adalah pasangan hidupnya.Mahen masih sedikit lemah dengan wajah yang terlihat pucat.Lelaki bertubuh tinggi tegap itu rebahan di atas ranjang dengan dibantu oleh Maudy. Sesekali terdengar batuk yang berasal darinya.“Mau ke mana?” Mahen bertanya ketika melihat Maudy berjalan menuju pintu keluar setelah menyelimuti tubuhnya dengan selimut tebal.“Keluar.” Maudy menjawab dengan lembut.“Kenapa?”“Kenapa apanya?” Kening Maudy tampak berkerut.“Selama di rumah sakit, kau selalu menemaniku. Kau tidak ingin meninggalkanku sama sekali. Mengapa di sini kau tidak ingin menetap di kamarku?”“Ini dan itu berbeda. Sekara

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 62. Jangan Menggodaku

    Mahen benar-benar senang ketika ia mendapat satu kecupan dari Maudy. Itu berupa vitamin baginya, membuat kesembuhannya dua kali lipat berangsur pulih lebih cepat.Siang ini Mahen sudah bisa duduk cukup lama tanpa bersandar sama sekali. Wajahnya yang pucat perlahan mulai terlihat lebih segar. Kini ia sendirian. Sebab, Maudy belum datang, sementara Tama telah berangkat kerja.Pintu ruangan Mahen terbuka. Ia menoleh dengan senyuman ketika mendapati seorang wanita yang masuk dari sana. Namun, senyum itu menghilang ketika Susan yang datang, bukan Maudy.Dari mana wanita itu tahu jika Mahen tengah dirawat di rumah sakit? Mahen menyorotnya dengan bingung. Keningnya berkerut, ia menatap Susan dengan sorot penuh tanda tanya.Susan mendekat dengan senyum manis di bibirnya. Ia membawa keranjang buah, menaruhnya di nakas ketika ia berhenti tepat di samping brankar.“Bagaimana keadaanmu?” Susan bertanya dengan penuh perhatian. Senyum dan tatapannya terlihat sangat tulus.“Sedang apa kau di sini?”

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 61. Dilarikan ke Rumah Sakit

    “Sebaiknya dibawa ke rumah sakit saja.” Dokter menyarankan setelah tubuh Mahen diperiksa.“Dia sakit apa, Dok?” Maudy semakin dibuat panik. Sebab, dokter sampai menyarankan agar Mahen dibawa ke rumah sakit. Bukankah itu pertanda jika kondisinya cukup mengkhawatirkan.“Dia kena tifus.”Maudy menghela napas dengan kasar. Pantas saja Mahen terlihat sangat lemah, ternyata dia terkena tifus. Bukan demam biasa karena kelelahan bekerja. Demamnya sampai separah itu.“Kau dokter, harusnya kau tahu apa yang baik untuk tubuhmu. Kau harusnya lebih peduli pada kesehatanmu.” Maudy memberi nasihat pada Mahen. Wajahnya tidak bisa berbohong jika ia sangat peduli pada kesehatan lelaki itu. Matanya menunjukkan kekhawatiran yang begitu besar. Tifus salah satu penyakit mematikan jika tidak ditangani dengan sangat baik.Mahen hanya tersenyum tipis, tidak melakukan pembelaan sama sekali.“Jangan senyam-senyum kalau diberitahu. Jika kau tidak peduli pada kesehatanmu, pikirkan orang-orang yang menyayangimu.”

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 60. Memperbaiki Diri

    Maudy menatap pintu kamar Mahen dengan pikiran yang dipenuhi oleh tanda tanya. Ini sudah jam delapan pagi, tapi lelaki itu tidak kunjung keluar dari kamar. Ia bahkan telah melewatkan jadwal sarapan pagi ini.“Hanum, tadi malam Mas Mahen pulang jam berapa?” Maudy bertanya pada Hanum yang tengah mengepel lantai ruang tengah.“Kurang tau, Mbak. Aku sudah tidur pas Tuan Mahen pulang.” Hanum menjawab seraya terus mengepel lantai.Maudy menghela napas dengan dalam. Ia raih ponselnya yang berada di atas meja. Ia tekan icon memanggil setelah menemukan nomor lelaki itu.Suara dering terdengar hingga ke tempat Maudy, tapi tidak ada tanggapan sama sekali. Ponsel itu tetap dibiarkan berdering hingga mati sendiri. Maudy mengulangi hingga beberapa kali. Namun, tetap saja tidak ada tanggapan sama sekali.Maudy semakin dibuat khawatir. Ia kembali menekan icon memanggil. Kali ini panggilan diterima oleh Mahen.“Halo.” Suara lelaki itu terdengar serak dan lemah. Seperti orang yang tengah sakit.“Mas, k

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 59. Lakukan Sedikit Adegan Dewasa

    Pagi-pagi sekali, Mahen sudah siap-siap untuk berangkat kerja menuju rumah sakit. Ia cukup terkejut ketika mendapati bucket bunga semalam kini berada di dalam tong sampah di halaman. Ia mengerutkan kening, Maudy sangat senang dan suka pada bucket itu, mengapa kini tiba-tiba Maudy membuangnya? Atas alasan apa?Mahen mengerutkan kening karena bingung. Bukannya memajang bunga itu dengan senang hati hingga layu, malah dibuang ke tong sampah seakan tidak berharga sama sekali.Namun, Mahen mengabaikan. Itu bukan masalah penting. Ia lekas bergegas menuju mobil untuk memanaskan mesin.“Mas.” Maudy memanggil dengan lembut. Wanita itu datang dengan bekal makanan di tangan. “Buat makan siang.” Maudy menyodorkan kotak bekal itu pada Mahen.Mahen menerima dengan senyuman. “Makasih.” Ia berucap dengan sangat lembut.Maudy hanya mengangguk, senyumnya semakin lebar dan mekar.“Kau membuangnya?” Mahen menoleh pada tong sampah di sudut kanan halaman. Raut wajah itu tampak kebingungan, ingin tahu apa al

  • Hasrat Terlarang Abang Ipar   Part 58. Salah paham

    Suara bel menjelang siang terdengar memecah keheningan di rumah mewah itu. Maudy yang tengah duduk dan bersandar di kaki sofa, bangkit berdiri dan beranjak membukakan pintu karena Hanum ataupun Bi Ani tidak kunjung membukakan.Seorang kurir berdiri di depan pintu.“Dengan Ibu Maudy?” Kurir itu bertanya memastikan.“Ya, saya sendiri. Ada apa?” Kening wanita itu berkerut menatap.“Ada kiriman untuk Ibu Maudy.” Lelaki itu menyerahkan bucket mawar putih yang lumayan besar.“Bunga? Dari siapa?” Maudy menerima bucket itu dengan wajah semringah. Hatinya berbunga-bunga. Pipinya bersemu merah. Ia tersipu, sebab Mahen sampai mengiriminya bunga meski lelaki itu sangat sibuk bekerja.“Saya tidak tahu dari siapa, nama pengirimnya anonym.” Kurir itu memberitahu. Meminta tanda tangan Maudy, lalu bergegas pergi setelah paket bucket bunga sampai ke tangan penerima dengan selamat.Maudy menutup pintu dengan wajah berseri. Ia tersenyum sendiri, malu-malu seperti remaja yang baru pertama kali pacaran. Pi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status