Share

4 ~ Pria Masa Lalu

Author: MAMAZAN
last update Last Updated: 2024-12-06 22:07:40

Irene terkejut mendengar suara berat pria yang saat ini berbisik di telinganya, terasa familiar, suara yang tak dapat ia lupakan, suara seorang pria yang sudah mengambil ciuman pertamanya saat itu, "Tu-tuan Gerald?" paraunya.

Pria bertopeng itu pun cukup terkejut saat Irene masih mengingatnya, ia tersenyum tipis dan merengkuh pinggang Irene, membuat tubuh mereka semakin rapat, "Mulai detik ini, tidak kuizinkan orang lain memilikimu!"

Deg! Irene terperanjat. "Ma-maaf-"

Tanpa melanjutkan perkataan Irene, Gerald meraih dagu Irene, menyapu bibir wanita cantik di depannya. Irene kembali dibuat terkejut, "Ciuman ini..." Irene segera tersadar dan menarik tubuhnya.

Irene dapat melihat senyuman tipis tersirat di wajah pria bertopeng di depannya. Tanpa diduga Gerald membuka jas yang ia kenakan dan menaruh di bahu Irene, menutup pakaian seksi yang melekat ditubuh Irene. lalu meraih tangan Irene, membawanya turun dari atas panggung.

Owen menajamkan pandangan dan pendengarannya, "Apa yang mereka bicarakan?"

Saat mereka turun dari panggung, Irene merasa dunianya berputar. Ciuman Gerald masih terasa di bibirnya, membuatnya bingung dengan perasaannya sendiri.

"Tunggu!" Owen bergegas menghampiri mereka, namun langkahnya terhenti saat beberapa pria berbadan kekar menghalangi jalannya.

Gerald terus menuntun Irene menuju mobil mewahnya yang terparkir di luar. Tangannya menggenggam erat jemari Irene yang gemetar.

"Kita akan ke mana?" tanya Irene lirih, masih tidak percaya dengan situasi yang terjadi. Ia menoleh sesaat melihat suaminya yang ingin mendekatinya.

Gerald diam, membuat Irene tidak dapat menyembunyikan perasaan takutnya, tapi kenapa Sentuhan Gerald di tangannya terasa hangat dan menenangkan, berbeda dengan Owen yang selalu membuatnya ketakutan.

"Ingat Irene! Pria ini yang telah membelimu!" Irene segera menyadarkan dirinya dari situasi saat ini. Dimana artinya dia akan melayani Gerald. Dadanya terasa sakit. "Yah, inilah akhirku..."

Di saat Irene larut dalam pikiriannya, "Masuklah." suara Gerald membuyarkan lamunannya. "Ah iya." jawabnya dengan raut wajah datar. Hal itu membuat Gerald menaikkan satu alisnya.

Begitu Irene masuk ke dalam mobil, ia pun ikut masuk, "Jalan." titahnya kepada tangan kanannya untuk membawa mereka ke suatu tempat.

Mobil mewah itu melaju dengan cepat, meninggalkan keriuhan malam di belakang. Irene memandang ke luar jendela, mencoba mengumpulkan pikirannya yang masih bercabang. Gerald duduk di sebelahnya, diam dan tidak bergerak, namun Irene bisa merasakan pandangannya yang terus-menerus mengawasinya.

Gerald membuka topeng yang ia kenakan, kemudian mendekat ke arah Irene, ia menarik pengait topeng merah yang Irene kenakan. Wajahnya yang tampan terpampang jelas di depan Irene, membuat jantungnya berdegup lebih kencang.

Irene mengepalkan tangannya erat, jantungnya berdegup kencang. "Apa yang ingin dia lakukan?" pikirnya, mencoba menenangkan diri.

Waktu bergulir dalam diam, Gerald tak melakukan apapun. Ia hanya memandang Irene dengan mata yang dalam, seolah-olah bisa melihat ke dalam jiwa Irene. Irene merasa tidak nyaman dengan pandangan itu, namun tidak bisa menarik pandangannya.

Hingga mereka tiba di sebuah mansion yang mewah, takut? tentu saja Irene takut, bersama pria asing yang telah memberikan penawaran tertinggi padanya. Pria yang membelinya tentu saja menginginkan tubuhnya bukan? pikir Irene, membuat dadanya terasa sakit.

Deg! Irene tersentak saat pintu di sampingnya terbuka, "Turunlah." sambil mengulurkan tangannya. Suara Gerald terdengar santai, namun Irene bisa merasakan tekanan di baliknya.

Irene menggigit bibir bawahnya, saat tangannya hendak meraih tangan Gerald, ia mengepalkan dan menarik tangannya kembali. Tapi sayangnya tangan Gerald lebih cepat, menggapit tangan Irene. "Jangan takut, Irene," katanya, suaranya lembut namun penuh otoritas. "Aku tidak akan menyakitimu."

Irene menatap wajah Gerald, mencoba mencari tahu apa yang tersembunyi di balik mata tampan itu. Namun, yang ia temukan hanya kepastian bahwa ia tidak bisa melawan pria ini. Dengan perlahan, Irene membiarkan Gerald menariknya turun dari mobil, memasuki mansion yang mewah dan misterius.

Saat mereka memasuki mansion, Irene dipenuhi dengan decak kagum. Interior yang mewah dan elegan, membuatnya terasa seperti di dalam dongeng. Namun, perasaan itu segera hilang, digantikan dengan ketakutan yang mendalam. Apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang diinginkan Gerald darinya?

Gerald menarik Irene ke dalam ruangan yang lebih dalam, membuatnya merasa seperti terjebak dalam labirin.

Irene menelan ludah, mencoba menemukan suaranya. "Apa... apa yang ingin tuan lakukan denganku?" tanyanya, suaranya terdengar lirih.

Gerald menoleh sesaat, "Berhenti memanggilku dengan sebutan Tuan." Matanya menatap Irene dengan intens, seolah-olah memastikan ia memahami perintahnya.

Irene membekap mulutnya, "Tapi..." Suaranya terputus, tidak berani melanjutkan protesnya.

Gerald menghela napas pelan, pria tampan dan manik berwarna hijau emerald itu berdiri menatap Irene, "Lakukan apa yang aku katakan." Suaranya tegas, tidak ada ruang untuk negosiasi.

Irene mengepalkan tangannya, "Ma-maaf." Suaranya lirih, menunjukkan kepatuhannya.

"Duduklah." Gerald pun melepaskan tautan tangannya, berjalan menuju sebuah meja mengambil wine untuk mereka berdua. Irene mematuhinya, duduk di sofa yang disediakan, masih terasa tidak nyaman.

Deg! Betapa terkejutnya Gerald saat berbalik mendapat Irene sudah melepaskan jas yang ia sematkan dan menurunkan dress merah yang melekat di tubuhnya. "Kamu bisa memulainya sekarang," suara Irene terdengar gemetar. Dimana tubuhnya saat ini terekspos di depan pria asing.

"Irene... Kau?" Gerald mengambil langkah lebar, berdiri tepat di depan Irene yang saat ini tertunduk. Ekspresi wajahnya sulit dibaca, namun matanya bersinar dengan api yang tidak tersembunyi.

Pria bertubuh tegap itu menatap Irene begitu intens dan dingin, ia meneguk habis wine yang ada di gelas dan melemparnya asal ke lantai. Membuat suara pecahan kaca yang membuat Irene terkejut dan mengangkat wajahnya.

Tepat Irene menaikkan wajahnya, Gerald menyambar bibir Irene kembali, membuat wine yang ada di mulutnya berpindah ke mulut Irene.

Membuat Irene seketika bergidik mendapatkan jilatan yang intens di leher jenjangnya. Tubuhnya terasa meleleh di bawah sentuhan Gerald, membuatnya kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.

Gerald menarik Irene ke dalam pelukannya, membuat tubuh mereka saling menempel. ""Aku tak berniat melakukan ini, tapi kamu yang memulainya, Irene"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
thea&jared
mamahhh... Ada visual nya gak niihhh...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   68. Membuat Jalan

    Bab 68Setelah mendapatkan persetujuan dari Bertha, tanpa menunggu lama, Owen langsung membawa pergi box yang ada di tangannya saat ini. Melangkah pergi keluar kamar.Bertha mengernyitkan alisnya, “Kamu langsung pergi?” tanyanya sembari menyusul langkah Owen.“Hmm, aku akan langsung pergi ke kantor salah satu pengacara untuk mengurus dokumen rumah ini,” jawabnya tanpa menoleh ke arah Bertha. Ia tetap melanjutkan langkah kakinya menuju ruang tamu.“Tapi Owen, hal itu ‘kan bisa kamu urus nanti… Atau aku ikut denganmu? Mungkin aku bisa membantumu?”Owen berhenti, “Yah kau bisa membantu jika kau mendapatkan surat-surat aslinya.”“Hahh… Kau tahu akan hal itu, aku tidak pernah melihat surat-surat penting di brankas milik pak tua itu! Bahkan di saat ia sekarat pun, ia tidak memberitahukan hal itu padaku!” geram Bertha menghela napas kasar.“Kau tahu jawabannya, jadi biar aku menyelesaikan masalah ini dengan cepat,” ujar Owen kemudian mendekati Bertha mencium pipi wanita itu dan berbisik, “ag

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   67 ~ Liciknya Owen (21+)

    Bab 67 Dalam sekejap, Owen bergegas menuju tempat Bertha berada. Ia berharap jika apa yang di temukan Bertha di kamar Irene adalah sesuatu yang penting. Karena dia ingat Irene pernah menceritakan tentang peti yang di berikan oleh sang Ibu. Dan Irene tidak pernah mengatakan di mana letak peti tersebut kepada dirinya. “Semoga saja peti itu yang di dapatkan Bertha!” gumamnya seraya masuk ke dalam rumah mewah tersebut. Terlihat Bertha berbalut gaun berwarna merah maroon yang begitu seksi datang menghampiri Owen yang saat ini sedang berjalan masuk. "Hai Owen sayang," panggil Bertha tanpa ragu di depan para pelayan rumah, memanggil pria yang merupakan suami dari anak tirinya. Owen tersenyum lebar, menyambut Bertha yang kini sudah masuk ke dalam pelukannya. "Hai my baby..." Ia meraih dan menarik tangan Bertha, membawa wanita itu masuk ke dalam rumah mewah itu, lebih tepatnya membawa Bertha naik ke kamar milik Irene, "Jadi, apa yang kamu dapatkan, baby?" Bertha tersenyum

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   66 ~ Perjanjian di atas Perjanjian

    Bab 66Keluar dari apartment, Irene yang sedari tadi penasaran langsung menoleh ke arah Gerald, "Ge..." "Nanti sayang." Gerald merengkuh pinggang Irene, membawa wanita cantiknya itu, berjalan menuju mobil yang terparkir. Irene menyipitkan matanya, menghembus napas kesal akan rasa penasarannya, tetapi alhasil membuat kekehan kecil lolos dari Gerald, "Hah! Menggemaskan!" batinnya. Senang? Tentu saja. Sekarang wanitanya tidak lagi terikat dengan seseorang, dia akan membuat Irene menjadi miliknya. Secepatnya! Itulah yang ada dipikirannya saat ini. "Ada apa?" tanya Irene sambil mendongakkan kepalanya ke atas untuk melihat wajah Gerald. Gerald tersenyum tipis, ia mendekatkan wajahnya tepat di telinga Irene, "Aku ingin memakanmu, sayang." Blush! Wajah Irene memerah dan memanas, ia mengalihkan pandangannya. Meskipun sudah sering mendengar kata-kata erotis itu, ia masih tidak terbiasa, bahkan mungkin akan tidak pernah terbiasa. Hingga mereka benar-benar tiba di depan mobil, di mana Vic

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   65 ~ Apakah Berhasil?

    Irene menggigit bibir bawahnya dan menjawab, "Surat cerai!" dengan lugasnya. "Su-surat cerai?" kaget Owen yang kini memperlihatkan dia kembali daru alam bawah sadarnya.Seperti baru saja di sambar petir, Owen melangkah, mendekat ke arah Irene. "Aku tidak akan menyetujuinya, Irene!" sahut Owen dengan wajah menahan amarah. Gerald dengan cepat langsung berdiri di depan Irene, membuat posisinya menjadi garda terdepan untuk sang wanita. Dan hal itu berhasil, Owen terkesiap, membuat pria itu berhenti, bahkan mundur selangkah.Tubuh tegap pria besar itu hampir menutupi tubuh Irene yg berada tepat di belakangnya. Aura intimidasi terasa begitu kuat. Owen mengepal erat tangannya menahan amarah yang kini ia rasakan harus tertelan didalam perasaan mencekam."Tuan Gerald, bisa anda memberikan waktu pada aku dan istriku?""Tidak!" jawab Gerald dingin. "Kamu hanya perlu menandatangani ini dan selesaikan semuanya!"Ia mengambil map yang ada ditangan Irene, menyodorkannya pada Owen. "Aku berikan w

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   64 ~ Membawanya

    Bab 64“Dimana dia sekarang berada?” tanya Gerald pada Victor begitu masuk ke dalam mobil setelah Irene. Suaranya terdengar tegas, namun dengan nada yang santai.“Di apartment Tuan,” jawab Victor sembari menutup pintu mobil. Kemudian mengitari badan mobil, mengambil tempat di posisi pengemudi.Begitu Victor duduk, Gerald berkata, "Langsung ke sana saja.""Baik Tuan Gerald." Victor memulai mesin mobil dan mulai melaju ke tujuan.Irene mengerutkan keningnya, kemudian menoleh ke Gerald, "Kita mau kemana Gerald?" Ia bertanya dengan nada penasaran, matanya berkilau dengan rasa ingin tahu.Gerald tersenyum tipis, "Tentu saja menyelesaikan semuanya hari ini sayang." Suaranya terdengar lembut, namun dengan nada yang tegas."Ya?" Irene kembali bingung, kemudian sadar kemana arah Gerald, "Maksud kamu menemui Owen?" Ia bertanya dengan nada yang sedikit ragu, matanya terlihat khawatir."Iya sayang, aku tidak ingin menundanya barang sedetik pun," ucap Gerald lugas. Lalu menatap wajah cantik wanita

  • Hasrat Terlarang : Dijual Suami Dimanja Presdir   63 ~ Surat Gugatan

    Bab 63Gerald pun menceritakan siapa Evan sebenarnya, di mana Evan adalah seorang Kepala di bagian pemerintahan, dan Evan adalah sepupu dari Austin Harold. Suaranya terdengar santai, namun dengan nada yang serius. "Evan adalah salah satu orang terpercaya di pemerintahan ini, dan ia juga sepupu dari Austin Harold."Irene cukup terkejut dan akhirnya paham kenapa Gerald terlihat akrab dengan Evan. Mengingat bagaimana Gerald dan pria bernama Austin saat malam itu layaknya saudara. "Hmm ok Gerald." jawab Irene mengerti, ia tersenyum lembut. Matanya berkilau dengan rasa penasaran, namun juga terlihat lega karena sudah memahami hubungan antara Gerald dan Evan yang terlihat begitu dekat.Beberapa menit pun berlalu hingga pintu kembali terbuka, terlihat Evan berjalan masuk dengan dua map kulit berwarna coklat dan biru di tangannya. Perhatian Gerald dan Irene pun teralihkan, pandangan mereka terfokus pada Evan yang berjalan mendekat.Evan meletakkan map berwarna biru terlebih dahulu di atas mej

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status