Home / Romansa / Hasrat Terlarang Kakak Ipar / BAB 20. SENTUHAN TERLARANG

Share

BAB 20. SENTUHAN TERLARANG

Author: Rich Mama
last update Last Updated: 2025-09-05 16:10:42
Ari sempat hendak menolak. “Aku nggak enak, Yu. Tidur di kamarmu.”

“Sudah, jangan keras kepala. Kamu butuh tidur.” Ayu menatapnya tegas, tapi sorot matanya penuh kelembutan.

Ari akhirnya menyerah. Dengan rintihan kecil, ia merebahkan tubuhnya di kasur Ayu. Aroma wangi sabun bayi dan bedak halus menyeruak, membuatnya merasa hangat.

“Bau kamarmu nggak berubah dari dulu,” gumam Ari sebelum perlahan matanya terpejam.

Ayu menatap lama ke arah tubuh Ari yang akhirnya tertidur. Napasnya teratur, dadanya naik turun pelan.

Ada rasa damai yang menyelusup ke dalam dada Ayu, bercampur dengan getir. Ia tahu, apa yang mereka jalani berisiko menambah panjang gosip di luar sana. Tapi di saat yang sama, ia merasa Ari adalah satu-satunya orang yang membuatnya kuat.

Ia menghela napas, lalu bangkit perlahan.

Di ruang kecil sebelah dapur, Ayu menyiapkan peralatan pompa ASI. Tangannya cekatan, tapi pikirannya melayang-layang.

Mesin kecil berdengung pelan, mengisi kesunyian. Setiap tetes s
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 37. TIDAK BOLEH MENYERAH

    Ari tidak menjawab. Ia hanya berjalan ke jendela, menatap malam yang pekat. Dimas, yang sedari tadi diam, kini menatap Ari. Matanya yang bulat memancarkan kekhawatiran. “Mas Ari, sebenarnya Mbak Ayu ke mana? Dimas kangen.” Pertanyaan itu menusuk Ari, mengingatkannya pada prioritas utamanya. Novia mendongakkan kepala. “Sudah cukup, Ari. Semua sudah cukup. Biarkan Ayu tenang di kota. Dia pasti sudah bisa menata hidupnya. Jangan buat malu lagi.” Ari berbalik. Matanya penuh tekad yang membara. “Tidak, Bu.” Ia berjalan mendekat, menatap Novia lurus-lurus. “Ayu hanya akan aman dan tenang jika disampingku. Aku tidak akan membiarkannya sendirian di sana. Ibu tidak tahu bagaimana tatapan warga kampung padanya, Bu. Dia hancur dan semua itu karena aku dan Ningsih.” “Aku sudah bercerai dengan Ningsih,” tegas Ari. “Aku harus membuktikan kepada Ayu bahwa aku tidak main-main dengannya. Aku akan bawa dia pulang.” Novia melihat tekad yang belum pernah ia lihat pada putranya. Ia hanya bisa

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 36. JAHAT

    Langit Desa Kemuning benar-benar muram, sama seperti hari-hari sejak kepergian Ayu. Namun, di dalam rumah Ari dan Ningsih yang kecil, suasana jauh lebih tegang dari sekadar mendung. Ari, dengan wajah tegang yang keras seperti batu, duduk di kursi ruang tamu. Ia tidak sendirian.Di sofa, duduk juga Novia, ibunya. Wajahnya bengkak, matanya merah, perpaduan antara rasa malu atas aib yang terjadi dan kekhawatiran yang mendalam pada Ari. Di sampingnya, ada Dimas, anak kecil yang duduk bingung di pangkuan Novia, matanya yang polos menatap Ari.Di seberang mereka, duduk Ayah dan Ibu Ningsih. Wajah mereka pucat pasi, dipenuhi rasa bingung, takut, dan cemas. Ari telah memanggil mereka dengan alasan mendesak, tanpa memberikan petunjuk sedikit pun.“Nak Ari, kenapa bisa jadi begini?” tanya Ibu Ningsih, suaranya bergetar. “Di mana Ningsih sekarang?”Ari hanya menatap mereka dengan tatapan yang dingin dan tajam. “Dia sebentar lagi datang,” jawab Ari datar, suaranya rendah dan penuh bahaya. Ia me

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 35. MENEMUKANMU

    Langit siang Desa Kemuning tampak mendung. Seakan ikut menanggung beban berat di dada Ari. Sejak kemarin, pikirannya tidak bisa tenang. Ia berkali-kali mencoba menghubungi nomor Ayu, tapi yang terdengar hanya suara operator. “Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif.” “Ayu, kamu di mana sekarang?” gumamnya lirih, matanya memandang kosong layar ponsel. Hatinya digelayuti rasa bersalah yang begitu dalam. “Aku bodoh. Kenapa aku biarin semua orang memperlakukan kamu begitu? Aku harusnya melindungi kamu bukan malah membiarkan mereka menyakitimu.” Ari berdiri di tepi ranjang kamarnya, memukul kepalanya sendiri dengan frustrasi. Bayangan wajah Ayu yang menangis semalam terus menghantui pikirannya. Tatapan Ayu yang ketakutan saat dirinya dibawa polisi, tangan Ayu yang sempat meraih namun gagal ia genggam. Semua itu seperti pisau yang menusuk hati. Beberapa waktu lalu, polisi yang menahannya dadi kemarin akhirnya pergi bersama Ningsih dengan motornya. Ari akhirnya memanfaatkan kese

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 34. LUKA

    Gemerlap kota menyambut Ayu tanpa mampu mengusir kesedihan di hatinya. Kota itu terasa begitu asing bagi Ayu. Sejak turun dari bus, ia hanya berjalan tanpa arah di trotoar yang ramai orang. Orang-orang lalu-lalang dengan wajah ketus. Tak seorang pun peduli ada seorang perempuan muda dengan mata sembab, langkah gontai, dan wajah penuh kelelahan. “Di mana aku harus tinggal sekarang?” bisiknya pada diri sendiri. Udara kota terasa berbeda. Pengap, penuh debu, dan dingin sekaligus menusuk. Ia menahan rasa sakit di kakinya karena terlalu lama menenteng koper. Setiap langkah terasa berat, bukan hanya karena bawaan, melainkan karena beban hidup yang menghimpit dadanya. Sesekali Ayu berhenti, duduk di kursi halte kosong. Ia menunduk, mengusap wajahnya dengan telapak tangan yang bergetar. Di dalam kepalanya, bayangan warga kampung, tatapan sinis Novia, amarah Om dan Tantenya, semua berputar seperti mimpi buruk yang tak kunjung usai. “Apa aku memang sehina itu? Sampai-sampai mereka t

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 33. TAKUT SENDIRIAN

    BRAK! Suara pintu didobrak membuat Ari dan Ayu terlonjak dari posisi mereka. Pakaian yang berantakan, nafas yang masih memburu, kini berubah menjadi ketegangan mencekam. “Astaga, kalian!” teriak suara perempuan dari luar. Ayu membeku. Matanya melebar melihat sosok Ningsih berdiri di ambang pintu, wajahnya memerah penuh amarah. Di belakangnya, Pak RT, Bu RT, beberapa warga, dan seorang pria berseragam polisi ikut masuk. “Mas, aku takut.” Ayu berbisik panik, tubuhnya masih menempel di dada Ari. Namun mereka tak punya kesempatan untuk menjelaskan. Dalam sekejap, teriakan warga memenuhi ruang tamu sempit itu. “Ketahuan sudah! Perbuatan memalukan di kampung kita!” “Janda nggak tahu diri!” “Astaga, Ari! Kau suami orang, ya Allah!” Ari berdiri cepat, berusaha menutupi Ayu dengan tubuhnya. “Tolong jangan kasar, ini nggak seperti yang kalian lihat!” suaranya parau, mencoba membela. Namun tangan-tangan warga sudah maju, menarik Ari ke samping. Polisi yang rupanya teman lam

  • Hasrat Terlarang Kakak Ipar   BAB 32. RASANYA NIKMAT SEKALI

    “Iya, Mas.” Ayu mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan pelan. “Ah, Mas ....” Kedua tangan Ayu mencengkeram bahu Ari. Kepalanya mendongak. Matanya terpejam, tapi bibirnya tak berhenti mengeluarkan desahan. “Rasanya nikmat sekali, Mas.” Ari menggeram penuh nikmat. Tangannya menurunkan tali tipis di pundak Ayu. Kemudian ia meremas bongkahan payudara besar di hadapannya. “Terus, Yu. Mas suka banget.” Ayu menggigit bibirnya, tak kuasa membalas kata-kata itu. Hanya desah lirih yang lolos, menandakan tubuhnya pun mulai menyerah pada keadaan. Tangannya semakin kuat mencengkeram bahu Ari, merasakan setiap alur otot di balik kemeja tipis itu. Ari mengusap punggungnya dengan lembut, sementara wajahnya semakin dekat. Hembusan napas mereka bertemu, panas dan menggoda. Hingga akhirnya bibir Ari menemukan bibir Ayu. Ciuman itu awalnya lembut, penuh kehati-hatian, namun dengan cepat berubah menjadi dalam dan menuntut. Ayu terhanyut, matanya terpejam rapat, tubuhnya gemet

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status