Share

Hasrat Terlarang Sang Bos
Hasrat Terlarang Sang Bos
Penulis: Betzy viona

Hari Pertama

“Apa kamu buta?!”

Renata Amelia terkejut mendengar bentakan wanita di sampingnya. Padahal jelas-jelas wanita itu yang menabrak bahunya ketika ia berjalan menuju meja kerjanya.

"Maaf, saya sungguh-sungguh tidak hati-hati," Renata mencoba mengungkapkan penyesalannya dengan nada yang rendah.

Renata baru saja memulai petualangan baru di Axidira Company, tapi sudah membuat kesan tidak mengenakan untuk salah satu orang di gedung ini. Ia pun hanya diam ketika wanita itu menggelengkan kepala dengan sikap angkuh yang terpancar dari setiap gerakannya.

"Lain kali, gunakan matamu dengan bijak saat masih diberi kesempatan untuk melihat!" gertaknya dengan nada yang penuh dengan keangkuhan dan kepuasan diri.

Renata merasa tersinggung dengan kata-kata wanita itu, tetapi dia mencoba tetap tenang. Dia tahu bahwa dia harus menjaga sikap profesional di tempat kerja. Meskipun ia tidak tahu apakah wanita ini akan menjadi rekan kerjanya atau tidak.

Wanita itu cukup glamor untuk ukuran karyawan. Lihat saja dress merah ketat yang dipakainya itu, dan make up tebalnya.

"Dia tidak bersalah, Velicia. Jangan membuat masalah yang tidak perlu," ucap suara bass dengan tegas, memecah keheningan yang mulai terasa tegang.

Renata bergeming sejenak, menatap ke arah suara yang baru saja muncul. Seorang pria, berdiri di sana dengan tatapan tajam yang menembus pandangan mereka.

Keberadaan pria itu memberikan kehadiran yang kuat dan mengubah dinamika situasi dengan sekejap.

"Maaf atas sikapnya, silahkan lanjutkan pekerjaanmu," kata pria itu dengan suara lembut.

Renata tersenyum dengan penuh pengertian, "Tidak apa-apa, Pak. Saya mengerti."

Wanita itu menghela nafas dan menatap Renata dengan pandangan sinis sebelum akhirnya berjalan ke sebuah ruangan..

Renata dan pria itu saling bertatapan setelah wanita itu pergi. Ada sesuatu yang lain, yang dirasakan Renata dari tatapan pria itu. Ia tiba-tiba merasa gerah, tapi dalam arti yang aneh.

Karena canggung, Renata melepaskan pandangan dan segera menuju meja kerjanya.

Hari pertamanya bekerja di Axidira Company, Renata tidak terlalu kesulitan. Ia merasa sangat bersyukur karena memiliki rekan kerja yang menyenangkan. Ada Arini, atasan nya yang sangat ramah, meskipun suka menyuruh tiba-tiba.

Seperti saat ini. Ketika hampir menjelang makan siang, Arini menyerahkan sebuah berkas kepadanya. Ada setumpuk berkas yang tebal sehingga membuat Renata membulatkan mata.

“Kamu antarkan beberapa berkas ini ke ruangan Pak Addison, ya. Aku punya rapat setelah ini, jadi aku tidak bisa melakukannya sendiri. Bisa, kan? Tolong ya!"

Arini memelas, menunjukkan ekspresi yang memohon dengan penuh harap.

"I-iya, Rin," Renata terkekeh kecil melihat tingkah lucu teman barunya itu, merasa senang bisa membantu Arini.

“Oh iya, dan pastikan kamu dapatkan tanda tangannya langsung. Ini penting banget,” tambah Arini, sebelum keluar dari ruangan itu buru-buru.

Renata mengambil berkas itu dan berjalan menuju ruangan bosnya. Dia sempatkan berkaca terlebih dahulu memperbaiki penampilan agar terlihat rapih saat bertemu bosnya.

Dengan sopan, dia mengetuk pintu kaca yang dilapisi stiker blur, menciptakan efek misterius yang membuatnya tidak dapat melihat ke dalam ruangan.

Renata terdiam sejenak, saat mendengar suara desahan yang samar-samar terdengar dari balik pintu.

"Sebentar," jawab seseorang di dalam ruangan tersebut.

Renata tau itu pasti suara sang bos.

"Biarkan saja, Sayang. Tidak penting juga," terdengar suara wanita yang membalas

"Sabarlah, ini kantorku. Semua yang ada di sini pasti penting untukku," balas sang pria, sebelum meminta Renata masuk. "Masuk!"

Renata mengetuk pintu kembali tiga kali dengan hati-hati, menunjukkan rasa hormatnya, sebelum akhirnya melangkah masuk dengan perasaan canggung yang sedikit menggelitik.

Wangi ruangan itu khas dengan aroma bunga. Dia merasa terkejut melihat wanita yang tadi menabraknya duduk dengan anggun di atas meja bosnya, memegang segelas wine yang memancarkan aroma yang menggoda di tangannya.

Renata semakin terkejut saat menyadari bahwa bos perusahaan ini adalah lelaki yang tadi melerai mereka. Dia tertegun sejenak, otaknya mencerna pemandangan di hadapannya dengan rasa kagum yang tak terelakkan.

Dalam pikirannya, seorang bos seharusnya adalah seorang bapak-bapak dengan kumis yang tebal dan perut buncit, mengenakan jas yang terlihat kaku dan konservatif.

Tapi ternyata bosnya itu adalah seorang pria tampan dengan rambut klimis yang teratur, hidung yang mancung yang menambahkan pesona pada wajahnya, dan mata yang memancarkan kecerdasan dan ketajaman.

Apalagi saat itu dia mengenakan kemeja putih dengan dua kancing atas yang dibiarkan terbuka, mungkin sengaja memamerkan dadanya yang bidang atau baru saja selesai bermesraan dengan pasangannya.

"Hei, matamu hampir copot!" kata wanita itu dengan senyuman yang terlihat meremehkan, mengirimkan getaran yang tidak menyenangkan ke dalam hati Renata.

"Maaf, Bu. Saya disuruh mengantarkan berkas dari Bu Arini," Renata menjawab dengan rasa gugup yang berusaha dia sembunyikan di balik senyuman sopan.

'Astaga, kenapa aku bisa seperti ini,' pikirnya dalam hati, merasa sedikit cemas dengan situasi yang tidak biasa ini.

Renata berharap dapat menunjukkan kemampuannya dengan baik kepada wanita ini, meskipun suasana yang tercipta begitu tegang.

"Taruh saja di situ," lanjut wanita itu dengan gerakan tangan yang elegan, menunjuk ke meja dengan penuh keanggunan.

“Tapi, ini harus mendapat tanda tangan langsung dari Pak Addison,” ucap Renata sedikit gugup.

Wanita itu memutar bola mata. “Nanti juga akan dikerjakan! Kamu ini menganggu kita tau!”

“Tapi…”

“Kamu keluar saja,” ucap Alvin, yang duduk di mejanya tanpa mengalihkan tatapan dari berkas.

“Apa?” tanya Renata bingung dengan suara pelan.

Sedangkan wanita yang duduk di meja itu tampak menunjukkan senyum kemenangan.

“Tapi berkasnya…”

“Bukan kamu,” potong Alvin, dan mengangkat pandangan kepada wanita berpakaian merah itu. “Tapi kamu, Velicia."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status