Share

Hate to Love. 04

Andrian dan Aliika langsung menoleh kearah yang dipandang oleh Lola. Ternyata benar, Sagara berdiri disana. Menatap Lola dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Sedangkan di sisi lain seseorang menatap laki-laki itu dengan tatapan sendu.

“Sagara.. kamu disini?” tanya Lola lagi. Sagara masih terdiam di tempat tak menggubris ucapan yang sudah dua kali Lola lontarkan padanya.

Andrian yang sudah memendam amarah kepada Sagara langsung bangkit dari duduknya. Menatap tajam Sagara dengan ekspresi memperlihatkan sebuah dendam yang nampak tersirat.

“Ngapain kamu disini!”

Andrian kemudian berjalan mendekat ke arah Sagara dan telah berdiri tepat di hadapan laki-laki itu. Namun hal itu tidak membuat Sagara mengalihkan perhatiannya dari Lola.

“Kamu kenapa La?”

Bughh

Satu pertanyaan yang lolos dari bibir Sagara langsung dihadiahi oleh bogeman mentah dari Andrian. Membuat Sagara langsung tersungkur disana. Pengunjung lain langsung bergerombol ke tempat mereka. Mencari tahu apa yang terjadi.

“Kak Andrian!!” Aliika langsung melerai mereka berdua. Sedangkan Lola hanya bisa berteriak meminta mereka untuk berhenti.

“Kemana aja kamu selama ini? Brengsek!” Tanya Andrian dengan beringasnya. Aliika bersusah payah memisahkan mereka. Ia berada diantara Andrian dan Sagara. Berusaha mendorong dada kedua pria itu menjauh.

Sagara menaikkan sudut bibirnya, “Bukan urusanmu!” balas Sagara tinggi.

Bugggh

“Kak!! Udah…” jerit Aliika saat Andrian kembali memberi hantaman kepada Sagara.

Sagara kembali bangkit. Ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah dengan kasar. Sebuah senyum miring terpatri di wajah Sagara.

“Kau tau Sagara, selama ini kita sudah hidup baik-baik aja, terus kenapa kamu balik lagi? Bahkan kau membuat berantakan hidup sepupu ku.” Ucap Andrian dengan penuh penekanan. Aliika langsung menunduk.

“Apa yang kamu bilang ke sepupumu ini Al? kalau aku ngejar-ngejar kamu? Kalau aku udah bikin hidup mu berantakan karena obsesi ku itu? Iya?” Tanya Sagara pada Aliika. Sedangkan Aliika hanya diam, tak mengerti dengan perkataan Sagara.

Sagara berdecak, “Asal kau tahu, aku tidak pernah berniat untuk membuat hidup saudaramu itu berantakan. Itu semua karena dirinya sendiri, yang selalu gagal move on dariku.” Lanjut Sagara.

Buggh

Buggh

Andrian terus memukuli Sagara dengan bertubi-tubi. Namun kali ini Aliika hanya diam. Benar kata Sagara. Ini kesalahan dirinya sendiri yang tidak bisa move on dari laki-laki itu. Bukan, bukan tidak bisa. Namun memang Aliika tidak pernah berniat untuk pure melupakan Sagara. Dan ini adalah kesalahan terbesarnya. Kedua matanya terus mengeluarkan air mata yang mengalir begitu deras. Tak ada isakkan di bibirnya. Namun hatinya hancur. Dihantam oleh kenyataan.

Orang-orang disana memisahkan Andrian dan Sagara. Sagara sudah babak belur, begitu pula dengan Andrian. Tanpa mengatakan apapun, Sagara langsung pergi dari sana. Namun saat itulah Aliika tersadar dari lamunannya. Ia melangkah untuk mengikuti Sagara namun ditahan oleh Andrian.

Melihat wajah Aliika yang memelas dan matanya yang sudah kalut, akhirnya Andrian melepaskan Aliika. Membiarkan Aliika pergi menyusul Sagara.

Tok tok tok

Aliika mengetuk kaca mobil milik Sagara dengan pelan. Membuat laki-laki itu menoleh ke arahnya. Aliika melihat sudut bibir Sagara yang terluka ingin sekali dirinya membersihkan luka itu, gadis itu tidak tega melihat keadaan Sagara saat ini.

“Tolong izinkan aku untuk berbicara, please…” ucap Aliika dengan telapak tangan saling mengatup. Memohon pada Sagara agar mau mengizinkannya untuk berbicara padanya.

Sagara menghela nafasnya. Ia lalu memberi isyarat agar Aliika masuk ke mobilnya. Tanpa basa-basi lagi Aliika langsung masuk dan duduk disebelah Sagara. Untuk beberapa saat mereka saling diam. Sagara sibuk mengusap darah di sudut bibirnya dengan tisu. Entah keberanian dari mana, tangan Aliika terulur menyentuh tangan Sagara yang sedang sibuk itu.

Ia mengambil tisu yang dipegang oleh Sagara kemudian ia mulai membersihkan darah itu. Aliika membersihkan luka Sagara dengan telaten. Pelan dan begitu lembut penuh perasaan tulus. Namun air matanya terus mengalir. Aliika berusaha menahannya namun tidak bisa.

Sagara terus memperhatikan wajah itu. Tak sadar tangannya telah berada di pipi merah itu mengusap lembut air yang terus mengalir, mencoba untuk membuat celah agar air mata itu berhenti mengalir. Aliika yang sedari tadi fokus menatap luka Sagara reflek mendongak, kini kedua mata itu bertemu. Tatapan yang memiliki banyak arti. Sagara lalu menurunkan tangannya ia tidak ingin Aliika menganggapnya memberi harapan lebih.

Aliika menghentikan aktivitasnya lalu berkata, “Kak Sagara kenapa sih berubah, jahat banget sama aku?” tanya Aliika dengan suara bergetar.

“Dulu sama sekarang itu beda, setiap orang pasti berubah. Tergantung alur hidup yang mereka lalui selama hidup.” Balas Sagara tanpa menatap ke arah Aliika yang masih setia menatap wajah samping laki-laki itu.

“Jadi selama ini bagaimana alur hidup Kak Sagara? Seburuk itukah hingga membuat Kak Sagara berubah drastis?”

Kini tatapan mereka berdua saling terkunci. Sagara dapat melihat tatapan terluka di mata Aliika. Begitu pula dengan Aliika, ia melihat luka terpendam dimata Sagara. Luka yang timbul entah karena apa.

“Al…”

Panggil Sagara dengan lembut kali ini. Tatapannya masih terkunci dengan tatapan Aliika.

“Iya?” balas Aliika dengan suara bergetar. Dirinya sangat senang, karena baru kali ini Sagara berbicara lembut padanya setelah sekian lama.

“Tolak perjodohan ini.”

Aliika membelalakkan matanya, hatinya sakit seakan dijatuhkan setelah diterbangkan ke langit ketujuh. Aliika meneguk saliva susah payah, ia mencoba mencerna perkataan yang diucapkan oleh Sagara beberapa detik yang lalu.

“Ke.. kenapa?” tanya Aliika sedikit terbata-bata. Ia tak kuasa menahan sesak di dadanya.

“Kamu gak pantas untukku.” Ucap Sagara kini mengalihkan pandangannya ke arah lain.

Aliika kembali meneguk saliva untuk kedua kalinya dengan susah payah.

“Aku tahu, aku bukan orang yang sempurna. Tapi Kak, aku pengen egois untuk kali ini. Aku tetap ingin menerima perjodohan itu meski kau menolak. Meski aku tak pantas untuk Kak Sagara.” Ucap Aliika. Gadis itu kemudian mengusap air matanya dengan kasar. Lalu membuka pintu mobil dan keluar begitu saja.

“Aku yang tidak pantas untukmu Al. Kamu terlalu sempurna untukku. Aku hanya akan memberikan luka untukmu.” Lirih Sagara.

Sagara meninju setir mobilnya dengan keras. Untuk meluapkan kekesalan dan emosinya. Seandainya ia bisa jujur pada Aliika. Seandainya ia bisa mengatakan apa yang terjadi. Seandainya… Aliika tak mencintai dirinya, semua tak akan serumit ini.

Laki-laki itu mengacak rambutnya frustasi. Ia bingung harus bagaimana lagi untuk membuat Aliika menolak perjodohan ini dan melupakan dirinya.

*******

Rama menaikkan pandangannya kepada Andrian yang berdiri di depannya dengan nafas memburu. Rama tahu Andrian sedang marah, namun Rama tak tahu apa yang baru saja terjadi. Dapat Rama simpulkan jika Andrian baru saja terlibat perkelahian dengan seseorang, karena terlihat banyaknya lebam di wajah laki-laki itu.

“Ada apa? Kenapa lebam seperti itu? Kamu ada masalah sama siapa?” tanya Rama sambil meletakkan laptop yang sejak tadi dipangku olehnya. Kemudian Rama bangkit dan mulai meneliti wajah Andrian.

Syifana yang datang ke ruang keluarga membawa nampan berisi minuman untuk dirinya dan Rama, wanita itu benar-benar terkejut ketika melihat keponakannya berantakan seperti itu.

“Andrian! Kamu kenapa? Kok bisa seperti ini? Siapa yang melakukan ini ke kamu, Nak?” tanya Syifana bertubi-tubi sambil menelaah wajah Andrian. Melihat luka-luka di wajahnya.

“Sagara?” ucap Rama yang berhasil membuat Andrian mendongak menatap Om nya itu.

Rama menaikkan sebelah alisnya, “Ada apa kali ini?” tanya Rama dengan datar. Ia tahu kemana arah pembicaraan ini akan dibawa.

“Aku sangat menyesali pertemanan ku dulu dengannya setelah apa yang Sagara katakan soal Aliika. Dan aku benar-benar serius untuk tidak menyetujui perjodohan ini!”

Tolak Andrian mentah-mentah, laki-laki itu tak ingin Aliika merasakan sakit lagi. Bahkan sedari awal Sagara memperlakukan Aliika dengan tidak etis dan ramah. Sagara malah selalu berlaku kasar pada gadis itu.

Rama mengerutkan keningnya, “Apa yang Sagara katakan?” tanyanya penasaran.

“Dia bicara seolah-olah Aliika yang memohon-mohon untuk perjodohan ini.” Ucap Andrian yang membuat urat lehernya menegang menahan amarah.

“Memang itu kenyataannya Kak.” Saut Aliika yang tiba-tiba muncul. Semua orang langsung melihat ke arah Aliika yang sedang melangkah mendekat ke arah mereka.

Andrian menatap tajam sepupunya ini. Laki-laki itu benar-benar tak habis pikir dengannya, “Kenapa?”  tanya nya dengan rahang yang sudah mengeras.

“Aku mencintainya, dan aku yakin suatu saat nanti Kak Sagara akan kembali seperti yang dulu. Aku yakin itu.”

Andrian hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Aliika benar-benar keras kepala. Otaknya seperti sudah tercuci dengan cinta busuk laki-laki brengsek itu. Andrian kemudian mengalihkan pandangannya dan memilih untuk pergi dari sana. Aliika, Rama, dan Syifana melihat ke arah Andrian yang berlalu menuju kamarnya.

Sebenarnya, Rama juga mulai sedikit meragukan keputusannya untuk menjodohkan Aliika dengan Sagara setelah mendengar perdebatan Aliika dan Andrian. Namun disisi lain, ia tak ingin membuat Aliika kecewa. Jika Aliika saja yakin Sagara bisa berubah, kenapa dirinya tidak.

Syifana langsung memeluk Aliika yang terdiam mematung, gadis itu membalas pelukan Syifana sambil menangis di dalam pelukannya. Dan hal itu mampu membuat hati Aliika sedikit membaik. Syifana pun menyuruh Aliika untuk istirahat. Aliika tersenyum pada Syifana dan Rama kemudian berjalan menuju kamarnya.

Di dalam kamarnya Aliika dapat mendengar dengan jelas jika Andrian sedang menyetel musik dengan volume tinggi dikamarnya. Kebiasaan ketika pria itu sedang kesal. Begitulah dia memang sopan dan menghormati keluarga Aliika, tapi hanya satu kebiasannya yang sangat sulit untuk ia kontrol. Yaitu sifat temperamentalnya, dia mencoba untuk meredakan emosinya hanya dengan mendengarkan musik bervolume tinggi.

Dan Rama mencoba menghargai itu, selama ponakannya tidak melampiaskan kekasarannya di lingkungan rumah milik nya.

“KAK BERISIK! KECILIN NAPA! DIKIRA INI HUTAN APA? ADA MANUSIA JUGA DISINI!”

Meskipun sebenarnya genre musik mereka berbeda Aliika mencoba untuk menghargainya, namun jika cara Andrian memutar musiknya seperti itu tetap saja mengganggu Aliika yang bersebelahan dengan kamarnya. Dan itu sungguh membuat Aliika kesal.

Andrian yang kebetulan sedang menyandarkan tubuhnya di sofa panjang yang berada pinggiran dinding pembatas kamarnya dengan Aliika pun bisa mendengar teriakan Aliika. Meskipun tak jelas namun Andrian yakin gadis itu sedang marah. Andrian tersenyum jail. Ia semakin menaikkan volume musiknya. Bahkan Syifana dan Rama yang berada di ruang tengah dapat mendengar musik itu.

Brak!!

Tiba-tiba pintu kamar Andrian terbuka lebar. Menampilkan Aliika dengan wajah kesalnya. Dengan langkah menghentak Aliika mengambil sebuah remot di salah satu meja yang ada dikamar Andrian. Aliika menekan sebuah tombol yang membuat musik itu berhenti.

“Telingamu apa nggak sakit dengerin musik sekeras itu?” Andrian hanya mengedikkan bahunya tak peduli. Andrian malah kembali menekan layar ponselnya yang membuat musik kembali berbunyi kemudian Andrian memejamkan matanya lagi. Aliika tak habis pikir dengan telinga Andrian. Setebal apa, ia yang berada disitu sebentar saja merasa ngilu.

Tak mau berdebat lagi, Aliika langsung keluar dari kamar itu dengan menghentakkan kakinya kesal menuju kamarnya. Aliika menghempaskan tubuhnya diranjang. Memejamkan matanya dan menutup telinganya dengan bantal yang tebal lalu mulai mengistirahatkan tubuh dan matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status