Share

Chapter 6(kembali)

Dan pada akhirnya Abimanyu lah yang mengantarkan Senja mengajar keesokan paginya. Bayangkan jam enam pagi Abi sudah ngetem di depan rumahnya. Mau marah juga bagaimana, karena ini kan juga rumahnya. Disepanjang perjalanan, Senja terus saja menekuk mukanya karena kesal diintilin terus oleh Abi. Senja baru bereaksi saat tiba-tiba Abi mengambil rute yang berbeda dari arah yang seharusnya.

"Lho..lho Mas, Kita  mau kemana ini? Perasaan kalau mau ke tempat Senja mengajar nggak lewat sini deh Mas. Mas nggak salah jalan?"

"Lho mana Mas tahu lokasi kamu mengajar itu dimana, orang kamu gak bilang, diem aja dari tadi. Ya Mas pikir kali aja Kamu mau ikut Mas ke kantor karena rindu banget sama Mas." Abi menjawab santai.

"Kalau nggak tahu ya tanya dong Mas. Itu punya mulut buat apa coba?" Senja rasanya pengen banget ngegetok kepala Abi dengan dongkrak mobil.

"Selain buat nyium kamu maksudnya? ya buat makan, minum dan ngobrol seperti inilah. Apa Mas salah? atau kamu mau nambahin lagi beberapa fungsi lainnya?" Abi lagi-lagi menggoda Senja. Rasanya sudah lama sekali Abi tidak bersenda gurau dengan mantan istrinya ini. Abi aslinya adalah orang yang sangat kaku dan bertempramen tinggi. Sangat jarang sekali dia mau bercanda yang menurutnya omong kosong tiada berguna selain unfaedah juga. Tapi bila Dia dekat dengan Senja, semua kata-kata yang biasa disebutnya sebagai pemborosan kata-kata malah berhamburan keluar sendiri dari mulutnya.

Setiba di sekolah, Senja cepat-cepat turun sebelum rekan-rekan atau murid-muridnya memergokinya yang baru saja turun dari mobil Abi. Bukan apa-apa, Senja adalah typical orang yang tidak suka di obrak-abrik kehidupan pribadinya. Baginya tugasnya disini adalah sebagai seorang guru, yaitu mendidik dan mengajar muridnya dengan sebaik-baiknya dengan segenap ilmu yang dia punya. Titik. Baru saja ayunan kakinya masuk selangkah ke ruang guru, dia sudah disambut oleh suitan cie cie dari beberapa staff pengajar yang rupanya tadi sempat memergokinya turun dari mobil mewah dengan supir yang kualitas super premium juga.

"Duh Bu Senja pantesan aja waktu di sodorin babang Sabda yang tamvan rupawan menggoda iman anteng-anteng aja, rupanya udah punya babang tamvan lainnya di hatinya. Kenalin dong sama kita-kita Bu, kali aja ntar di kenalin juga sama temen-temen yang sekualitas dirinya." Bu Zahra salah satu rekan seprofesinya mulai menggoda Senja yang cuma misuh-misuh saja di ledekin teman-temannya.

"Just for your information,

He is my oldest brother,

sistaaaa.

Bukan pacar saya. Jelas pemirsaaaa?" Senja merasa pagi ini dirinya akan masuk bulletin siang dalam dunia pergossipan dikantor sekolah. Dengan kepala yang mulai berdenyut karena harus terus dan terus mengulang-ulang kata, Senja mendadak ingin sekali menulis kalimat dia kakak saya besar-besar dikeningnya.

Brukkk!!!

"Aduhhhh!!" Senja merasa jidatnya kepentok tembok, eh tembok manusia tepatnya. Karena terus melamun diujung koridor, Senja tanpa menabrak bahu Revan yang baru mau masuk ke kelas.

"Ibu kenapa? duh kepala ibu nyium bahu saya ya?makanya kalau jalan jangan sambil ngelamunin saya dong Bu? Kan kepentok jadinya. "Revan si murid rasa guru kini sedang memijat eh lebih tepatnya mengelus-elus kening mulus Senja yang mulai sedikit memerah.

"Kamu ini ya? Tidak ada sopan-sopannya sama guru sendiri!!"

"Lho Saya tidak sopan dibagian mananya sama Ibu coba?"

Revan menjinjitkan alis tebalnya, menantang kata-kata Senja.

"Lha itu, Kamu ya anak kecil malah berani mengelus-elus kening saya sebagai orang yang lebih tua. Bukannya itu termasuk dalam kategori tidak sopan?!!"

"Ya dilihat dari sudut mana dulu dulu dong Bu. Misal nya nih, ada seorang ibu yang sudah katakanlah sepuh, tiba-tiba saja kepalanya pusing, terus jatuh dan kepalanya kepentok odong-odong. Nah Kang Odong-odong nya tuh masih abege. Karena kepala si Ibu sepuh tadi benjol, maka si anak abege itu pun berinisiatif menolong dengan cara membalurkan minyak gosok ke kepala si Ibu Sepuh. Pertanyaannya, apakah itu juga bisa dikategorikan sebagai perbuatan yang tidak so—"

"Sudah! sudah faham Saya kamu mau ngomong kearah mana sebenarnya. Saya lagi nggak mood buat membahas analogi ngawur kamu." Dan Senja pun langsung pergi meninggalkan murid edannya dengan langkah lebar-lebar begitu saja.

Sementara dibalik pilar, Sabda berusaha menahan tawa melihat kelakuan menggemaskan adik dari adik iparnya tersebut.

"Eeeehh Bu Senja, Saya boleh minta pendapat ibu sedikit tidak Bu?" Miss Citra, guru bahasa inggris yang centilnya terkenal sejagat sekolah tiba-tiba saja menghentikan langkah Senja.

"Ya ada apa Miss? Ada yang bisa Saya banting?!

Eh Saya

bantu maksudnya?"

"Begini Bu Senja, menurut ibu lebih ganteng yang mana antara Pak Sabda dengan kakak sulungnya Bu Senja?jawab dengan jujur ya Bu?" Miss Citra mengedip-ngedipkan bulu mata palsu nya yang selentik desy bebek.

Astaghfirullah!!

Allahu Akbar!!

Ternyata pertanyaan unfaedah seperti ini yang ingin ditanyakan.

" Nggak bisa disamain lah Bu. Mereka kan dua individu yang berbeda. Jadi bisa dipukul rata." Jawab Senja ogah-ogahan.

"Wajah mereka berdua mirip apa Bu?" Miss Citra belum mau menyerah juga sebelum mendapat pencerahan dari Senja.

"Karena Saya ini guru dibidang studi matematika, Saya akan menjawab sesuai dengan keahlian bidang studi Saya. Menurut Saya Pak Sabda itu mirip trapesium dan kakak sulung Saya itu mirip jajaran genjang. Permisi!!"

Kali ini Senja tidak lagi berjalan lebar-lebar menuju kelasnya. Senja bahkan berlari!!

Dan kali ini Sabda tidak tahan untuk tidak menyemburkan tawa gelinya saat melihat Senja yang berlari tergesa meninggalkan Miss Citra yang mendadak bengong ditempat.

Karena setahu Miss Citra, bentuk wajah orang itu kalau tidak oval ya bulat telur, atau malah persegi. Penampakan wajah model trapesium dan jajaran genjang itu koq seperti nya tidak bisa dia bayangkan sama sekali!!

===================

Waktu menunjukkan pukul pukul empat sore lebih tigapuluh menit saat Senja keluar dari gedung sekolah. Dia memang sengaja mengulur-ulur waktu untuk pulang kerumah mertuanya yang sekarang harus diakuinya sebagai rumah orang tuanya. Setelah mendapatkan driver dari aplikasi ponselnya, Senja pun segera meluncur pulang menuju rumahnya. Baru saja berkendara selama sepuluh menitan, Senja sudah dikejutkan oleh dua kelompok anak-anak SMU yang sedang tawuran. Mata tajam Senja pun segera menangkap beberapa wajah yang begitu familiar yang sedang terlibat baku hantam dan lempar-lemparan dengan anak SMU tetangga.

"Stop!! stop disini aja Pak."

"Kenapa berhenti disini Bu?bahaya!! Anak-anak SMU ini pada tawuran, Bu!!"

Si driver gojek tetap keukeuh tidak mau berhenti ditengah-tengah situasi yang begitu krusial.

"Justru itu Pak. Mereka itu siswa-siswa Saya. Saya sebagai guru mereka bertanggung jawab untuk melindungi mereka semua."

Setelah membayar ongkos sesuai tarif awal pemesanan, Senja pun mulai berlari kencang menuju ke arah siswa-siswanya yan tampak mulai kewalahan karena jumlah massa yang begitu tidak berimbang.

"Astaga Bu Senja, ngapain sih Ibu kesini?!!" Revan tampak begitu kesal melihat Senja yang langsung terjun ditengah-tengah situasi yang makin memanas pada dua belah kubu yang bersebrangan.

"Mau ngajarin kamu Trigonometri!! Ya mau bantuin kamu lah, pakai nanya lagi?!!"

"Ck!!

bikin susah aja." Walaupun Revan mengucapkan kata-kata itu cukup pelan bahkan nyaris berbisik, tetapi Senja masih bisa mendengarnya.

"Dasar murid tidak tahu terima kasih! Dibantuin malah ngedumel nggak jelas."Kata Senja sambil dengan refleks mendorong tubuh Revan saat sebuah lemparan batu mengarah tepat pada kepalanya.

"Lihat nih! ini gunanya Saya disini. Coba tadi Kamu tidak Saya dorong, sudah innalilahi kali Kamu karena batunya seperti gilingan cabe gedenya yang dilempar ke arah Ka—"

"Awas Bu!!"

KRAKKK!!

Senja ditarik kuat kearah samping oleh Revan saat tiba-tiba saja mereka dikelilingi kelompok kecil dari musuh mereka. Kemeja putih Senja sampai robek karena kuatnya tarikan tangan Revan saat tongkat bisbol lawan tadi nyaris menghantam kepalanya. Suara sirene polisi yang tiba ditempat kejadian membuat Senja menarik nafas lega, tetapi malah membuat Revan memaki kasar.

Satu persatu siswa yang ikut tawuran dari kedua kubu dinaikkan kemobil polisi. Ketika tiba giliran nya dan Revan, salah satu petugas itu mengomel.

"Kamu ini anak perempuan masih saja sempat-sempatnya ikut tawuran seperti ini hah? Mau jadi apa Kamu kalau masih sekolah saja kerjanya cuma tawuran seperti ini? Saya tidak tahu bagaimana reaksi guru-guru Kamu nanti saat mendapati murid perempuannya ikut-ikutan tawuran seperti ini." Petugas itu menaikkan Senja ke mobilnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat keadaannya dengan muka cemong-cemong dan baju yang robek cukup lebar.

Hehhh,

itu si bapak polisi tidak tahu saja kalau guru yang dia sebut-sebut itu sebenarnya ada dimari !!!

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
ngakak sih baca bab ini ......
goodnovel comment avatar
Dilla Doni
absurd bgt ceritanya...tapi lucu bgt si Revan ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status