Share

Chapter 7(tawuran)

Setibanya dikantor polisi, mereka semua dikumpulkan pada satu ruangan yang cukup besar sebenarnya. Tetapi karena jumlah mereka yang sangat banyak, ruangan itu menjadi langsung sesak dengan banyaknya manusia dan berkuranganya pasokan O2 diruangan yang sekarang rasanya perlu tambahan oksigen itu.

Baru sebentar begini aja di kantor polisi Senja sudah merasa sesak nafas. Apa kabar yang dipenjara seumur hidup ya?

"Aduhhh!!"

Senja kesakitan saat secara tidak sengaja bahunya bersinggungan dengan siswa SMA lawan yang sedang mencoba meregangkan tubuhnya.

"Maaf ya Sis, Gue nggak sengaja. Habisnya sempit banget nih ruangan. Pegel semua badan Gue nggak digerakin dari tadi."

Seorang remaja belia seumuran Revan meminta maaf singkat sambil kembali memiringkan badannya ke kiri, agar muat diruangan yang rasanya semakin lama semakin mirip dengan ruangan sauna ini.

"Hati-hati lo Nyet!! Niat banget sih Lo nempel-nempel kalo liat yang beningan dikit?!! Fiz, kita tuker posisi aja. Bu Sen biar di ujung tembok aja, biar nggak kesenggol-senggol sama ini tikus sawah."

Revan kemudian menempatkan Senja diujung tembok. Kemudian dia duduk tepat disebelahnya. Memisahkan ketua gang sekolah tetangga, Cakra dengan Senja. Senja melirik sejenak wajah datar Cakra saat Revan memprovokasinya. Tapi sepertinya Cakra sama sekali tidak terprovokasi. Dia hanya duduk diam dengan ekspresi wajah bosan. Bagaimanalah type manusia setengah bisu begini bisa menjadi biang onar disekolahnya?!!

"Sebenarnya ada masalah apa sih diantara kalian semua sampai pada tawuran? Kalau pun memang ada masalah, bukankah lebih baik dicari solusi bersama? win win solution gitu. Apa nggak bisa? Zaman aja bisa berubah sesuai era, eh ini kalian semua masih pada tawuran aja."

"Lo siapa, pake nasehatin gue segala? Kayak diri Lo udah bener aja. Kalo Lo emang anak baik-baik nggak mungkin juga kan Lo ikutan ketangkul disini barengan kita semua?!!"

Si tepung Cakra Kembar melirik Senja sinis. Bujubune kutukupret!!beneran minta di tampol bacotnya ini anak kecil!

"Eh dengar ya Kamu tepung Cakra Kembar. Saya ini guru di Bina Bangsa Jaya. Saya tadi ada ditengah-tengah arena pertempuran, demi untuk menyelamatkan anak didik Saya yang kalian keroyok tadi. Faham?!!" Senja memelototkan mata indahnya pada Cakra.

" Nggak yakin Gue kalo Lo ini gurunya si kadal buntung ini. Coba Gue lihat wajah Lo yang ngaku-ngaku jadi guru."

Dan dengan kurang ajarnya Cakra memegang dagu Senja, kemudian memiringkannya ke kanan dan kekiri.

" Nggak ada pantes-pantesnya Gue lihat." Senja segera menepis kasar tangan Cakra yang diikuti dengan ayunan kepalan tangan Raven ke arah wajah Cakra.

"Lo itu yang nggak ada sopan-sopannya ya sama guru Gue, Bangsat!!"

"Udah!!! UDAHHHH!!

Kalian ini di kantor polisi aja masih aja berantem. Mau nih malam ini kita semua menginap disini jadi santapan nyamuk. Mau?!!"

Tiba-tiba terdengar suara-suara canda tawa dari beberapa orang saling bersahutan, dan juga suara hentakan kaki khas polisi dari beberapa orang yang berjalan secara bersamaan. Wajah Senja memucat seketika saat menyadari ada Irjen Elang Pramudya diantara para polisi gagah yang sedang berjalan kearah tempat mereka ditahan.

"Ini semua para pelajar yang ikut dalam tawuran tadi sore ya?" Tanya Elang pada salah satu anggota polisi yang sedang bertugas disana.

"Benar Komandan!! Siap Komandan!!" Sahut anggota polisi itu dengan lantang. Senja pun semakin menundukkan wajahnya dan menyembunyikan tubuh mungilnya di belakang punggung Revan. Dia sangat malu dipergoki sebagai salah seorang peserta tawuran.

"Eh Kamu anak perempuan juga ikut-ikutan tawuran?!! Tidak malu kamu?!! Dan kalian semua disini, apa tidak terbersit sedikitpun di benak kalian, bagaimana kecewanya para orang tua kalian yang mencari nafkah siang malam buat membiayai sekolah kalian?!!tapi apa yang kalian semua lakukan??!! Malah tawuran dijalanan!!"

"Kalian tahu, kalian bukan hanya melukai orang lain atau diri kalian sendiri karena saling serang, tetapi juga meresahkan masyarakat, merusak fasilitas-fasilitas umum yang sudah dengan susah payah dibangun oleh pemerintah melalui devisa negara. Devisa negara itu di dapat dari pembayaran pajak yang dibayarkan oleh orang-orang tua kalian juga. Yang mana artinya, itu sama saja dengan kalian sudah merusak apa yang sudah orang tua bangun dengan susah payah!! MENGERTI!!"

Suasana diruangan pun menjadi hening seketika. Senja yang nota bene adalah seorang guru, juga turut gentar mendengar kemarahan Elang.

"Mengapa kalian semua tidak menjawab? Apa kalian semua yang ada disini menjadi bisu mendadak?"

"TIDAK PAKKK!!!" Suara koor pun menyahuti pertanyaan Elang Pramudya.

"Kamu yang anak perempuan coba maju ke depan sini?"

Mampus Gue!!batin Senja.

"Kamu selain bisu apa tuli juga?" Senja sampai meringis ngeri mendengar nada seram Elang. Dengan perlahan dia berjalan kedepan menghadap Elang. Tangan kanannya terus saja berusaha menaikkan robekan baju di bahunya yang terus saja melorot turun.

"Dia tidak tahu apa-apa Pak. Dia cuma ada disaat yang tidak tepat dan terjebak ditengah-tengah kekacauanan. Kalau Bapak ingin mencari tahu sebab musabab tawuran, Bapak silahkan mengintrogasi Saya atau si Breng- eh Cakra Wisesa, Pak."

Revan langsung berdiri dan mendorong Senja ke belakang tubuhnya.

"SAYA TIDAK BUTUH NASIHAT KAMU!!!" Elang tambah naik darah melihat Revan yang terus saja berusaha mengintervensi perintahnya.

"Udah Revan, biar Ibu coba jelaskan kronologis kejadiannya dengan Bapak Polisi ini."

Senja berbisik pelan ke telinga Revan. Revan pun akhirnya diam dan duduk kembali di lantai. Tetapi matanya menatap penuh amarah pada Elang terus saja membentak-bentak Senja.

"Senjahari!! ini Kamu yang ngekost di rumah Ibu Saya kemarin kan? Yang membawa Ibu Saya kerumah sakit?!! Bagaimana ceritanya Kamu malah ikut tawuran dengan anak-anak SMU ini?!!"

"Ehmmm begini ceritanya Pak. Saya ini guru mereka di sekolah Bina Bangsa Jaya. Sewaktu mereka sedang tawuran, Saya mencoba menghentikannya, sebelum akhirnya dihentikan oleh bapak-bapak polisi yang sedang bertugas tadi."

Senja menjawab tegas. Elang terlihat menarik nafas panjang.

"Kamu sudah menghubungi penjamin atau pengacara Kamu? Kalau tidak, nanti Kamu bisa bermalam disini, Nja."

Setelah berulang-ulang kali menarik nafas panjang, Senja pun akhirnya mulai menghubungi ponsel Abimanyu.

Abi pun langsung mengangkat telepon dari Senja begitu nama Senja memanggil tampak di layar ponselnya.

Ya Senja, ada apa Kamu menelepon Mas? Kamu baik-baik saja kan?Atau...ada sesuatu yang sedang terjadi, Nja?

Radar Mas Abi memang sensitif sekali. Sedari bayi merah sampai dewasa selalu bersama dan pernah menjadi suaminya selama beberapa bulan, menjadikannya sangat faham akan sifat Senja. Jika tidak terjadi sesuatu hal yang fatal, Senja tidak akan pernah meminta bantuannya. Radarnya rupanya sudah mulai mencium ada sesuatu hal yang tidak beres pada adiknya sekaligus mantan istrinya itu.

"Ka-kalau Mas ada waktu luang, Mas bisa tolong ke kantor polisi nggak Mas?Senja di tahan disini Mas. Da-dan Senja butuh penjamin, so-"

Kamu WA alamatnya sekarang juga, Mas akan langsung bergerak kesana!!

Saat Senja baru saja mengetikkan alamat via WA, saat tiba-tiba pintu ruangan terbuka dan tampak seorang pria dewasa rupawan berusia sekitar empat puluhan memasuki ruangan sambil menatap tajam Cakra. Sementara yang ditatap cuma melengos saja.

"Ini terakhir kalinya Papa mau mengurus kamu dikantor polisi untuk masalah unfaedah seperti ini ya Cakra!! Besok-besok kalau Kamu berulah lagi, Papa akan biarkan Kamu membusuk dipenjara, kalau Kamu memang niat banget pengen ngerasain tinggal disini. Ayo pulang!!"

Serem banget! nggak Bapak nggak anak, itu ekspresi mukanya pada nggak ngenakin banget. Cakra cuma cuma bungkam tanpa membalas sesuku katapun kata-kata ayahnya. Tapi matanya tampak membangkang saat sekilas menatap wajah ayahnya. Senja yakin suasana dirumah mereka pasti panas seperti sedang tinggal dinegara api nya avatar.

Sekonyong-konyong ayahnya Cakra menatap Senja yang saat itu juga tengah menatapnya. Senja merasa laki-laki itu tampak sedikit terkejut menatapnya. Mungkin dia berfikir Senja anak nakal yang hobby tawuran juga. Saat mereka saling berpandangan entah kenapa suasana jadi berubah magis. Senja seolah-olah bisa merasakan waktu seakan terhenti. Tatapan laki-laki itu tampak melembut dan Senja pun entah mengapa dia merasa jantungnya berdebar-debar. Dia seperti terhipnotis.

"Baju kamu robek, ini pakai saja jaket Saya." Dia membuka jaket military army nya dan kemudian menghampiri Senja yang sedang duduk dilantai sambil memakaikan jaket itu dibahu mungilnya.

"Kamu itu anak perempuan. Jangan suka ikut tawuran. Nanti ayahmu jantungan. Saya pulang dulu. Permisi."

Dia mengelus pelan puncak kepala Senja. Dan anehnya Senja menerima perlakuan itu dengan...senang!!Astagaaaa dia bertingkah seperti abg labil sekarang!!!

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Cilon Kecil
jangan² ayah Cakra ayahnya Senja juga nih
goodnovel comment avatar
Ana💞
ada perasaan nyaman..apakah dia ayah kandung senja???
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status