Share

part 9

Author: Senja Aruna
last update Last Updated: 2025-08-22 11:34:21

Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Sejak gosip tentang dirinya dan Arthur bereda. Awalnya ia berusaha cuek, tapi ternyata gosip yang tadi nya hanya seringan bulu itu sudah jauh meluas dan menjadi besar.

Terlebih lagi, saat itu ada saksi mata yang melihat dengan jelas Arthur sedang menunggu Nura di depan kelas. Ia melihat Arthur sengaja membawa buku partitur yang kemarin dibelinya untuk diberikan pada Nura. Hal itu pun memicu kesalahpahaman lain

“Eh, itu kayanya bukan anak musik deh.

"Mana..mana?"

"Itu loh, cowo tinggi yang berdiri depan kelas Accordion B"

"Ooh.. iyaa itumah emang bukan anak sini.. kalo ga salah dia anak fakultas hukum deh, siapa ya namanya? duuh pake lupa segala lagi"

"Arthur gaes”

"Nah iyaa itu, lah kok kamu bisa tau namanya? kenal sama dia?"

"Wkwk seantero kampus sekarang pada tau kali, viral noh.. ada gosip beredar tau deh darimana"

"Dia ngapain berdiri aja disitu kek anak ilang, tinggal masuk kalo emang ada perlu mah"

"Ya paling mau nemuin si Nura, udah biarin aja deh urusan mereka. Yuk kantin, laper nih"

"Okee, mau pada makan apaan kalian?"

obrolan mereka terhenti bersamaan dengan langkah kaki yang semakin menjauh, tapi tanpa di duga semua perbincangan mereka sudah terekam jelas di telinga Mecca.

Ia yang kebetulan lewat, langsung memasang ekspresi penuh arti. “Ra, siap-siap traktirannya ya" batinnya sambil melirik.

Sementara itu grup chat kelas belakangan ini rame banget, bukan lagi tugas ataupun materi yang mereka obrolin tapi soal gosip hubungan Nura - Arthur

“Kayanya bener deh apa yang dibilang Mecca kemaren, soalnya tadi ada anak-anak yang liat Arthur nungguin di depan kelas kita sambil bawa sesuatu gitu.. pasti sih buat Nura lah, secara kan di antara kita gaada yang kenal deket sama Arthur"

“Seriusan? Wihh pasangan baru kampus nih. Anak musik ketemu anak hukum.. yaa masih cocok lah wkwk”

"Iya beneran, aku juga sempet liat sih dari jendela.."

"Eh udah udah deh pada bubar, jangan ngomongin gosip mulu lagian belum tentu juga itu bener.. btw ini grup kelas loh kalo kalian lupa"

Untungnya ada penengah bijak di antara huru hara ini, nggak lama dari itu grup yang tadinya rame kini senyap. Nura bernafas sedikit lega, tapi itu nggak berlangsung lama, karena dari jauh Mecca dengan muka usil nya langsung menghampiri

“Ra, Ra, jujur sama aku… kamu ada apa sih sebenernya sama Arthur? Rame banget loh itu gosip kamu sama dia.. lagi Hot News udah kaya berita seleb hollywood aja”

Nura menatap sahabatnya dengan tatapan sendu “gatau deh ca, aku lagi pusing banget ini semuanya pada ngomongin sambil bisik-bisik tiap aku lewat.. barusan di grup kelas juga pada berisik banget ngomongin, untung ada si Ilham yang jadi penengah.. bingung juga gatau darimana sih awalnya? kok tiba-tiba banget, padahal aku sama dia aja nggak ada apa-apa.”

“Tapi kalian keliatan deket banget lho ra. Di café bareng, terus kemaren juga aku liat kalian ngobrol serius banget di perpustakaan. Mana tadi juga Arthur nungguin kamu kan di depan kelas”

“Itu cuma kebetulan, Ca. Jangan-jangan kamu juga percaya ya sama gosip itu?”

Mecca cuma bisa cengengesan, masang muka seolah polos tanpa dosa padahal semua gosip itu bermula dari keusilannya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati yang Tak Direstui   bab 16

    Setelah menemukan musholla, Nura langsung bergegas mengambil wudhu, tapi sebelum itu ia sempat berkata pada Arthur, "Thur aku sholat dulu ya, kamu mau nungguin aku sampe beres sholat atau mau langsung pulang duluan?""Sans aja Ra, aku nggak buru-buru banget pulang kok lagian di rumah suasana nya lagi ngga kondusif, kan kamu tau sendiri wkwk.. Nikmatin aja waktu kamu berdua sama Tuhan ya, aku nunggu kamu disini..""Ooh okee kalo gitu.. wait yaaa""Ra.. raa, aku sekalian nitip doa yaa hehe"Cuma jempol yang jadi jawaban untuk Arthur, selanjutnya sosok Nura sudah hilang di balik tembok.Sembari menunggu Nura, Arthur sibuk menelaah kembali semua yang terjadi padanya belakangan ini.. mulai dari pertemuan pertama mereka, kejadian di cafe, gosip yang sempat menyebar seantero kampus, kecanggungan mereka, kekaguman Arthur sama Nura waktu liat perform nya di acara kampus, sampe masalah dia dan ayahnya dan hari ini pertemuan kesekian mereka, semuanya terputas jelas di otak Arthur, dan dia menyad

  • Hati yang Tak Direstui   bab 15

    Langit sore kali ini berwarna jingga keemasan, seolah sedang melukis ketenangan setelah hari-hari kemarin yang penuh hiruk pikuk.Burung-burung kecil melintas di antara pohon cemara yang mulai gugur, sementara semilir angin membawa aroma tanah dan daun basah sisa hujan tadi siang.Di bangku taman yang agak tersembunyi di sudut barat, Nura duduk sambil memainkan gantungan kunci berbentuk treble clef, kesayangannya. Ia melirik jam tangan, lalu tersenyum kecil ketika sosok yang ditunggunya akhirnya muncul — Arthur, dengan kemeja biru muda yang digulung sampai siku dan rambut sedikit berantakan. Iya, setelah 2 hari yang lalu mereka bertukar cerita via telepon, akhirnya hari ini mereka memutuskan untuk bertemu secara langsung di taman kota. “Maaf ya ra aku telat dikit hehe” katanya sambil mengangkat dua gelas minuman dingin. “Aku tadi sempet nyasar soalnya taman ini ternyata luas banget ya.” Nura terkekeh. “Padahal aku udah kasih shareloc, loh thur.” Arthur duduk di sampingnya, m

  • Hati yang Tak Direstui   bab 14

    Sudah beberapa hari berlalu sejak obrolan panjang malam itu, tapi setiap kali Nura mengingatnya, bibirnya selalu tanpa sadar tersenyum. Percakapan lewat telepon yang awalnya hanya basa-basi ringan kini berubah jadi kebiasaan kecil yang ia tunggu setiap malam.Namun sore itu, ada sesuatu yang terasa berbeda. Notif pesan yang ia tunggu, tidak juga muncul. Padahal biasanya Arthur selalu rajin mengiriminya chat seperti "kamu lagi apa ra? “udah makan belum?” atau “hari ini pulang jam berapa? bareng yuk”. "Arthur kemana ya? ko tumben banget seharian ini dia nggak ada ngehubungin"Nura menatap layar ponsel nya yang tetap sepi, lalu menghela napas. Ia mencoba mengalihkan diri dengan latihan biola, tapi fokusnya buyar setiap beberapa menit. Nada-nada yang seharusnya lembut malah terdengar goyah.“Udah gapapa nura kamu harus tetep fokus, positif aja mungkin dia ketiduran, sibuk atau gaada kuota.. mending lanjut lagi deh latihannya” gumamnya, separuh kesal pada diri sendiri.Ketika lagi fokus l

  • Hati yang Tak Direstui   bab 13

    "seharian ini aku capek banget, kayanya minum coklat panas sambil nonton enak kali yaa.. etapi bentar deh, coklat yang kemaren itu masih ada sisa ga ya? aku cek dulu kali" tanpa menunda, Nura langsung pergi ke dapur. "Alhamdulillah masih ada stok wkwk, kalo abis males banget aku harus jalan dulu ke warung Mang Sobur, jauh.. hihii rezeki anak sholehah, emang nggak kemana.." setelah menyeduh cokelat, Nura langsung balik lagi ke kamar. Dia duduk di depan laptop dan sibuk milih-milih film apa yang mau dia tonton, akhirnya pilihannya jatuh ke Jurassic World. Di awal film mulai, dia emang keliatan banget seriusnya, tapi di pertengahan entah kenapa fokus itu sepertinya hilang, Nura tampak sedang memikirkan sesuatu dibanding menikmati alur film. "Di acara tadi sore, aku kayanya liat arthur deh.. tapi ko sampe beres acara dia ga nemuin aku ya? etapi aku juga nggak yakin sih dia beneran ada disana apa nggak" ternyata yang membuat Nura hilang fokus adalah kejadian acara tadi sore di kampus. S

  • Hati yang Tak Direstui   bab 12

    Hari itu, suasana aula fakultas musik sangat berbeda dari biasanya. Banyak mahasiswa dan mahasiswi dari fakultas lain memenuhi ruangan, karena tepat sore ini ada kegiatan yang diadakan. Acara konser mini tahunan lebih tepatnya, ya memang bukan acara yang besar, tapi cukup bergengsi. Semua mahasiswa jurusan musik diwajibkan untuk tampil, entah itu solo ataupun grup, hal itu sebagai bentuk tambahan nilai semester sekaligus ajang unjuk diri.Nura sejak pagi sudah gelisah. Tangannya dingin, kertas partitur yang dipegangnya berulang kali ia lipat lalu dibuka lagi. Byeol, biola kesayangannya, entah sudah berapa puluh kali ia gesek, bagi yang mendengar mereka merasa permainan Nura sudah sangat bagus walaupun ini masih dalam sesi latihan. Tapi, Nura sendiri masih merasa begitu tegang. Ia takut penampilannya nanti nggak maksimal.Mecca duduk di sampingnya, sibuk ngemil wafer seolah nggak ada beban. “Santai aja kali, Ra. Nggak usah tegang banget kaya gitu, aku yakin kok penampilan kamu nanti ba

  • Hati yang Tak Direstui   bab 11

    Hari-hari di kampus akhirnya kembali tenang bagi Nura. Setelah Mecca menjelaskan dan meluruskan gosip yang sempat ramai, perlahan bisik-bisik di sekitar mereka mereda. Kini, Nura bisa berjalan di koridor tanpa harus merasa jadi pusat perhatian, meskipun sesekali masih ada teman yang meledek. Namun, ada satu hal yang belum ia selesaikan: buku tebal yang beberapa hari lalu ia pinjam dari Arthur. Bukan buku musik, melainkan buku hukum dasar—Arthur bilang buku itu lumayan untuk menambah wawasan. Nura awalnya hanya menerima dengan ragu, tapi ternyata setelah sempat membaca beberapa bab ia merasa tertarik. Ia jadi sedikit tahu tentang bab hak cipta yang bisa berkaitan dengan musik, dan itu cukup membuka pikirannya.Siang itu, usai kelas, Nura memutuskan untuk mengembalikan buku tersebut. Ia menunggu momen yang pas, dan akhirnya melihat Arthur sedang berdiri di dekat loker, sibuk merapikan barang. Dengan langkah hati-hati, ia menghampiri.“Arthur,” panggil Nura pelan.Arthur menoleh, wajahn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status