Share

part 8

Author: Senja Aruna
last update Last Updated: 2025-08-22 11:03:56

Setelah cukup lama menikmati waktu berdua, mereka pun memutuskan untuk kembali ke kampus, kebetulan Arthur masih ada mata kuliah yang harus ia ikuti dan Nura pun ada janji dengan sahabatnya.

Jalanan sore itu ramai oleh segerombolan mahasiswa yang baru saja selesai kelas, angin semilir berhembus, membawa aroma tanah basah karena gerimis yang sempat turun siang tadi, menambah suasana syahdu antara mereka. Arthur berjalan bersisian dengan Nura disamping kanan nya, menenteng segelas kopi yang hampir habis isinya.. sementara Nura, ia lebih banyak diam, mencoba mengatur langkah agar tak terlalu dekat tapi juga tak terlalu jauh..

Sayangnya langkah ringan mereka tak luput dari pandangan Mecca, dari kejauhan ia sudah berdecak kecil sambil mengangkat alis "wuiih beneran nih udah jalan pulang berdua doang? jangan jangan..."

Yah tentu aja, seperti yang bisa kita tebak, Mecca gadis itu gabisa menahan diri, ia buru-buru mengeluarkan ponselnya, dan mengetik sesuatu di grup kelas

Mecca : "Guys, breaking news nih!! Nura sama Arthur anak fakultas hukum barusan pulang bareng abis dari cafe 🤭☕"

Tak butuh waktu lama, balasan pun bermunculan

Prinsa : "eh.. breaking news banget inimah.. beneran ga nih ca? jangan jangan mereka..."

Doni : "Yaelah, udah semester 7 nih.. bukannya sibuk mikirin skripsian ini malah nyebarin gosip"

Mecca : "Dih biasa aja dong don, akumah cuma ngungkapin fakta 👀"

Sementara itu Nura, yang jadi tokoh utama, masih belum menyadari apa yang terjadi. Ia justru menahan senyum kecil saat Arthur tiba-tiba menunduk untuk mengikat tali sepatunya yang terlepas.. gerakan sederhana itu terasa begitu.. manusiawi, ada perhatian kecil di dalamnya yang kadang sangat berarti bagi sebagian orang..

Tapi siapa sangka saat mereka sampai di gerbang kampus, beberapa pasang mata sudah melirik mereka dengan senyum penuh arti, ada juga yang berbisik sambil menahan tawa.. Mereka berdua yang nggak tau ada apa, hanya bisa saling menatap dalam bingung, mencoba mencerna situasi apa yang kini dihadapi..

Tersadar bahwa ada "sesuatu", Nura langsung merasa jantungnya berdebar cepat. “Ya ampun… jangan bilang mereka mikir yang aneh-aneh…”

Arthur sempat menyadari lirikan itu juga. Tapi, ia salah menangkap situasi. Ia pikir, Nura mulai gelisah karena keberadaannya.

“Ra…” Arthur menatapnya sebentar, nada suaranya menurun. “Kalau kamu nggak nyaman… aku minta maaf ya.”

Nura tertegun. “Eh? Maksudnya?”

Arthur tersenyum kaku. “Aku ngerasa… kamu agak menjauh barusan. Mungkin gara-gara orang-orang lihat kita bareng. Aku nggak mau bikin kamu repot.”

Perasaan Nura langsung campur aduk. Ia ingin bilang kalau dirinya justru senang, tapi lidahnya kelu. Rasa malu bercampur dengan rasa takut jadi bahan gosip membuatnya hanya bisa menunduk.

"Yaudah Ra, nggak usah terlalu dipikirin. Yuk kita lanjut jalan lagi"

"E-eh iya ayo"

Mereka kembali melanjutkan langkah yang sempat tertunda, sampai akhirnya mereka nyampe di depan pintu masuk kampus.

"Ra, kayanya aku duluan deh soalnya jam matkul kedua bentar lagi masuk. Ohiya, masalah anak-anak yang tadi ngeliatin kita nggak usah dipikirin ya.. Sampe ketemu nanti, okey"

"Okey, Thur"

Melihat Arthur yang udah jalan jauh menuju fakultas nya, baru lah Nura juga pergi ke fakultasnya. Sampai di kelas,

Mecca yang emang dari tadi udah nunggu disana langsung mendekat, menepuk bahu Nura dari belakang. “Ra… Ra… kamu beneran jalan ke kampus bareng Arthur? Ciyeee… ada apa nih? Kasih tau dong ke bestie mu tercinta ini.”

Nura menjawab seadanya ”Iya, aku emang tadi jalan bareng Arthur. Kan kampus kita sama ca cuma beda fakultas doang, wkwk gimana sih kamu nih?"

"Ya iya sih emang, aku juga tau kalo soal itu. Tapi, selain itu apa nggak ada kejadian lain gitu, Ra?"

"Kamu sekepo itu yaa sama cerita aku wkwk, sabaar zheyeng nanti ada saatnya kok aku ceritain semuanya sama kamu, udah ah aku mau siapin buku buat materi selanjutnya"

"Bu-bukan gitu Ra, aku tau kamu pasti bakal cerita tapi please lah kasih bocoran dikiiiiiiiit aja aku sepenasaran itu tau.."

"Apa sih yang kamu penasaranin banget sampe segitu nya Ca?"

"Perasaan kamu. Iya aku penasaran sama perasaan kamu. Aku tau banget ya Ra dari awal masuk kuliah, kamu tuh nggak gampang buat deket sama cowo, dan pas hari itu aku liat kamu di perpus duduk berdua sama Arthur jujur aku shock banget. Makanya sekarang aku tanya ke kamu"

"Aku sama dia cuma temenan kok Ca, aku nyaman sama dia, aku nyambung sama dia. Ya untuk kedepannya perasaan aku ke dia gimana, biar waktu aja yang kasih jawabannya. Aku nggak menutup kemungkinan kalo suatu saat perasaan aku ke dia berubah, tapi buat sekarang kita cuma temen"

Tanpa disadari, saat Nura bilang gitu ke Mecca ternyata ada Arthur disana. Dia sengaja mampir ke fakultas Musik nemuin Nura karena ada sesuatu yang kelupaan mau dia kasih tadi. Tapi, waktu mau manggil dia nggak sengaja denger semuanya

"Oh jadi kita cuma temen ya, Ra. Tapi aku harap suatu saat nanti perasaan itu bisa berubah ya, kamu bisa anggap aku lebih" Arthur bergumam pada dirinya sendiri, tanpa suara. Lalu dia milih buat balik lagi ke fakultas nya, dia pikir barang ini bisa dia kasih buat Nura di lain hari.

Kembali ke obrolan Nura dan Mecca, setelah Mecca denger jawaban sahabatnya, dia bilang

"Aku cuma bisa berdoa dan berharap yang terbaik aja buat kamu, Ra. Kalo saat itu akhirnya datang, inget kan siapa yang harus jadi tempat kamu bagi cerita? hehe"

"Iyaa siap, pasti aku ceritain. Lagian kayanya aku sama sekali nggak punya rahasia deh, Ca. Semuanya udah kamu tau -_-"

"Hehehe namanya juga bestie, Ra.. harus saling memahami dan mengerti"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hati yang Tak Direstui   bab 16

    Setelah menemukan musholla, Nura langsung bergegas mengambil wudhu, tapi sebelum itu ia sempat berkata pada Arthur, "Thur aku sholat dulu ya, kamu mau nungguin aku sampe beres sholat atau mau langsung pulang duluan?""Sans aja Ra, aku nggak buru-buru banget pulang kok lagian di rumah suasana nya lagi ngga kondusif, kan kamu tau sendiri wkwk.. Nikmatin aja waktu kamu berdua sama Tuhan ya, aku nunggu kamu disini..""Ooh okee kalo gitu.. wait yaaa""Ra.. raa, aku sekalian nitip doa yaa hehe"Cuma jempol yang jadi jawaban untuk Arthur, selanjutnya sosok Nura sudah hilang di balik tembok.Sembari menunggu Nura, Arthur sibuk menelaah kembali semua yang terjadi padanya belakangan ini.. mulai dari pertemuan pertama mereka, kejadian di cafe, gosip yang sempat menyebar seantero kampus, kecanggungan mereka, kekaguman Arthur sama Nura waktu liat perform nya di acara kampus, sampe masalah dia dan ayahnya dan hari ini pertemuan kesekian mereka, semuanya terputas jelas di otak Arthur, dan dia menyad

  • Hati yang Tak Direstui   bab 15

    Langit sore kali ini berwarna jingga keemasan, seolah sedang melukis ketenangan setelah hari-hari kemarin yang penuh hiruk pikuk.Burung-burung kecil melintas di antara pohon cemara yang mulai gugur, sementara semilir angin membawa aroma tanah dan daun basah sisa hujan tadi siang.Di bangku taman yang agak tersembunyi di sudut barat, Nura duduk sambil memainkan gantungan kunci berbentuk treble clef, kesayangannya. Ia melirik jam tangan, lalu tersenyum kecil ketika sosok yang ditunggunya akhirnya muncul — Arthur, dengan kemeja biru muda yang digulung sampai siku dan rambut sedikit berantakan. Iya, setelah 2 hari yang lalu mereka bertukar cerita via telepon, akhirnya hari ini mereka memutuskan untuk bertemu secara langsung di taman kota. “Maaf ya ra aku telat dikit hehe” katanya sambil mengangkat dua gelas minuman dingin. “Aku tadi sempet nyasar soalnya taman ini ternyata luas banget ya.” Nura terkekeh. “Padahal aku udah kasih shareloc, loh thur.” Arthur duduk di sampingnya, m

  • Hati yang Tak Direstui   bab 14

    Sudah beberapa hari berlalu sejak obrolan panjang malam itu, tapi setiap kali Nura mengingatnya, bibirnya selalu tanpa sadar tersenyum. Percakapan lewat telepon yang awalnya hanya basa-basi ringan kini berubah jadi kebiasaan kecil yang ia tunggu setiap malam.Namun sore itu, ada sesuatu yang terasa berbeda. Notif pesan yang ia tunggu, tidak juga muncul. Padahal biasanya Arthur selalu rajin mengiriminya chat seperti "kamu lagi apa ra? “udah makan belum?” atau “hari ini pulang jam berapa? bareng yuk”. "Arthur kemana ya? ko tumben banget seharian ini dia nggak ada ngehubungin"Nura menatap layar ponsel nya yang tetap sepi, lalu menghela napas. Ia mencoba mengalihkan diri dengan latihan biola, tapi fokusnya buyar setiap beberapa menit. Nada-nada yang seharusnya lembut malah terdengar goyah.“Udah gapapa nura kamu harus tetep fokus, positif aja mungkin dia ketiduran, sibuk atau gaada kuota.. mending lanjut lagi deh latihannya” gumamnya, separuh kesal pada diri sendiri.Ketika lagi fokus l

  • Hati yang Tak Direstui   bab 13

    "seharian ini aku capek banget, kayanya minum coklat panas sambil nonton enak kali yaa.. etapi bentar deh, coklat yang kemaren itu masih ada sisa ga ya? aku cek dulu kali" tanpa menunda, Nura langsung pergi ke dapur. "Alhamdulillah masih ada stok wkwk, kalo abis males banget aku harus jalan dulu ke warung Mang Sobur, jauh.. hihii rezeki anak sholehah, emang nggak kemana.." setelah menyeduh cokelat, Nura langsung balik lagi ke kamar. Dia duduk di depan laptop dan sibuk milih-milih film apa yang mau dia tonton, akhirnya pilihannya jatuh ke Jurassic World. Di awal film mulai, dia emang keliatan banget seriusnya, tapi di pertengahan entah kenapa fokus itu sepertinya hilang, Nura tampak sedang memikirkan sesuatu dibanding menikmati alur film. "Di acara tadi sore, aku kayanya liat arthur deh.. tapi ko sampe beres acara dia ga nemuin aku ya? etapi aku juga nggak yakin sih dia beneran ada disana apa nggak" ternyata yang membuat Nura hilang fokus adalah kejadian acara tadi sore di kampus. S

  • Hati yang Tak Direstui   bab 12

    Hari itu, suasana aula fakultas musik sangat berbeda dari biasanya. Banyak mahasiswa dan mahasiswi dari fakultas lain memenuhi ruangan, karena tepat sore ini ada kegiatan yang diadakan. Acara konser mini tahunan lebih tepatnya, ya memang bukan acara yang besar, tapi cukup bergengsi. Semua mahasiswa jurusan musik diwajibkan untuk tampil, entah itu solo ataupun grup, hal itu sebagai bentuk tambahan nilai semester sekaligus ajang unjuk diri.Nura sejak pagi sudah gelisah. Tangannya dingin, kertas partitur yang dipegangnya berulang kali ia lipat lalu dibuka lagi. Byeol, biola kesayangannya, entah sudah berapa puluh kali ia gesek, bagi yang mendengar mereka merasa permainan Nura sudah sangat bagus walaupun ini masih dalam sesi latihan. Tapi, Nura sendiri masih merasa begitu tegang. Ia takut penampilannya nanti nggak maksimal.Mecca duduk di sampingnya, sibuk ngemil wafer seolah nggak ada beban. “Santai aja kali, Ra. Nggak usah tegang banget kaya gitu, aku yakin kok penampilan kamu nanti ba

  • Hati yang Tak Direstui   bab 11

    Hari-hari di kampus akhirnya kembali tenang bagi Nura. Setelah Mecca menjelaskan dan meluruskan gosip yang sempat ramai, perlahan bisik-bisik di sekitar mereka mereda. Kini, Nura bisa berjalan di koridor tanpa harus merasa jadi pusat perhatian, meskipun sesekali masih ada teman yang meledek. Namun, ada satu hal yang belum ia selesaikan: buku tebal yang beberapa hari lalu ia pinjam dari Arthur. Bukan buku musik, melainkan buku hukum dasar—Arthur bilang buku itu lumayan untuk menambah wawasan. Nura awalnya hanya menerima dengan ragu, tapi ternyata setelah sempat membaca beberapa bab ia merasa tertarik. Ia jadi sedikit tahu tentang bab hak cipta yang bisa berkaitan dengan musik, dan itu cukup membuka pikirannya.Siang itu, usai kelas, Nura memutuskan untuk mengembalikan buku tersebut. Ia menunggu momen yang pas, dan akhirnya melihat Arthur sedang berdiri di dekat loker, sibuk merapikan barang. Dengan langkah hati-hati, ia menghampiri.“Arthur,” panggil Nura pelan.Arthur menoleh, wajahn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status