Share

part 6

Penulis: Senja Aruna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-21 23:13:29

Nura mendorong pintu cafe, suasana hangat dan semerbak aroma kopi langsung menyambutnya. Di salah satu sudut, Arthur sudah menunggu dengan senyum tipis, tak lupa buku catatan kecil juga sudah setia menemani.

“Hai… datang juga akhirnya,” ucapnya ramah, sambil bangkit untuk menyapa Nura.

“Hi… iya, maaf ya agak lama, tadi ada urusan kecil dulu di kelas,” jawab Nura sambil tersenyum malu.

"iya gapapa ra, santai aja kali", lalu mereka duduk, dan Arthur langsung memanggil pelayan.

“Satu cappuccino untuk saya… dan satu latte manis untuk teman saya,” katanya sambil tersenyum pada Nura.

Nura menelan ludah tipis, hatinya berdebar. Tapi begitu minuman datang dan ia mencicipi sedikit, ekspresinya berubah. Latte itu terlalu manis untuk seleranya.

“Oh… ini… hmm… manis banget,” gumam Nura pelan sambil menahan senyum malu.

Arthur menatapnya penasaran.

“Hah? Manis? Aku kira kamu suka kopi manis…, gimana apa mau aku ganti aja yang sesuai selera kamu?”

Nura menggeleng kecil, menatap cangkirnya.

“Sebenarnya aku nggak terlalu suka kopi yang manis, Arthur… gausah gausah gapapa ko, makasih ya, kopinya gausah diganti, aku tetap minum dikit,” ucapnya sambil tersenyum tipis.

Arthur tersenyum hangat, sedikit tersipu.

“Ah… aku baru tahu… berarti aku harus ingat rahasia kecil ini, supaya lain kali nggak salah beli lagi,” ucapnya santai, tapi matanya terlihat hangat penuh perhatian.

..

Mereka mulai ngobrol santai. Nura menceritakan sedikit tentang tugas kuliah dan hafalan matkul Aransemen & Orkestrasi, sementara Arthur sesekali menyelipkan komentar ringan, membuat Nura tersenyum malu.

“Eh… waktu kemarin di perpustakaan, aku lihat kamu serius banget ngerjain catatan. Aku nggak nyangka kamu bisa setenang itu,” kata Arthur sambil menyesap cappuccino-nya.

Nura menunduk sebentar, tersipu. “Hah… aku… ya, cuma berusaha fokus aja… tapi ternyata nggak terlalu berhasil sih, masih kepikiran hal lain,” ujarnya lirih.

Arthur menatapnya, senyumnya lembut. “Aku ngerti… aku juga kadang susah fokus kalau mikirin hal-hal yang bikin senang. Hehe.”

Nura menoleh sekilas, hatinya berdebar mendengar ucapannya. Ada kedekatan yang terasa nyaman, tapi mereka masih malu-malu satu sama lain.

Mereka berbicara tentang hal-hal ringan lain: kafe favorit, musik yang mereka suka, sampai sedikit cerita lucu waktu SMA. Sesekali Nura menatap latte-nya, masih tersipu memikirkan rahasia kecilnya soal kopi.

"ohiya ra, aku mau nanya deh boleh? sebenernya dari pertemuan pertama kita waktu itu aku kepikiran mau nanya ini tapi aku kelupaan hehe" pertanyaan arthur tadi memecah sedikit hening yang sempat tercipta

"mmm.. iya boleh kok, emang nya kamu mau nanya apa?"

"apa sih alasannya kamu milih masuk jurusan musik? ya aku percaya kamu tuh sosok yang berbakat, cuma kan dibalik keputusan pasti ada pemicunya" Arthur menatap dalam wajah Nura menunggu jawabannya

"sebenernya sih aku milih jurusan musik karna ya hobi aja awalnya, tapi ternyata semakin di jalani aku jadi semakin nyaman, semakin cinta.. bahkan aku punya panggilan sendiri loh buat biola kesayangan aku ☺"

"Waah beneran ra? Biola kamu punya nama?" Arthur reflek jadi semangat mendengar cerita Nura

"Iya beneran, jadi dulu waktu aku smp karna orangtua ku tau aku suka musik, pas aku ulang tahun ibu kasih aku hadiah byeol - iya biola ini yang selalu aku bawa kemanapun.. jadi ya bisa dibilang byeol ini sahabat setiaku jauuuh sebelum aku kenal Mecca.. makanya kenapa aku sesayang itu sama byeol" Nura tanpa sadar tersenyum kala menceritakan tentang biolanya

"Kereeen.. keren ra.. aku bangga banget bisa kenal sama kamu, semoga nanti kamu bisa jadi pemusik terkenal ya"

"Makasih ya, arthur.. kamu pun yaa"

Di luar, Mecca mungkin masih mengintai dari jauh, matanya berbinar jahil, tapi saat itu Nura dan Arthur sepenuhnya tenggelam dalam percakapan mereka. Momen sederhana itu terasa hangat, seperti dunia mereka berdua saja yang ada.

Dan di hati Nura, ia menyadari sesuatu: rahasia kecil tentang kopi manis itu, meski sederhana, membuatnya merasa dekat dengan Arthur. Sebuah awal yang manis, perlahan membentuk fondasi untuk cerita-cerita berikutnya

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hati yang Tak Direstui   part 9

    Hari itu terasa lebih panjang dari biasanya. Sejak gosip kecil tentang dirinya dan Arthur beredar, Nura jadi merasa seluruh mata di kelas menyorotinya. Awalnya ia berusaha cuek tak mau peduli, tapi ternyata gosip yang tadi nya kecil itu sudah menyebar lebih jauh dan menjadi besar.Terlebih lagi, ketika ada mata yang melihat Arthur menunggu Nura di depan kelas. Ia sengaja membawa buku partitur yang tadi dibelinya untuk diberikan pada Nura. Hal itu pun memicu kesalahpahaman lain“Eh, itu kan Arthur, nungguin siapa sih?”“Liat deh… oh, kayaknya Nura. Wah, jangan-jangan mereka…?”Bisikan itu tidak luput dari telinga Mecca. Ia yang kebetulan lewat, langsung memasang ekspresi penuh arti. “Hmm… cocok juga ya,” batinnya sambil melirik.Gosip yang awalnya hanya berupa celetukan ringan, berubah menjadi percakapan serius saat masuk ke grup chat kelas.“Kayanya bener deh apa yang dibilang Mecca kemaren, soalnya tadi ada anak-anak yang liat Arthur nungguin di depan kelas kita sambil bawa sesuatu

  • Hati yang Tak Direstui   part 8

    Setelah cukup lama menikmati waktu berdua, mereka pun memutuskan untuk kembali ke kampus, kebetulan Arthur masih ada mata kuliah yang harus ia ikuti dan Nura pun ada janji dengan sahabatnya.Jalanan sore itu ramai oleh segerombolan mahasiswa yang baru saja selesai kelas, angin semilir berhembus, membawa aroma tanah basah karena gerimis yang sempat turun siang tadi, menambah suasana syahdu antara mereka. Arthur berjalan bersisian dengan Nura disamping kanan nya, menenteng segelas kopi yang hampir habis isinya.. sementara Nura, ia lebih banyak diam, mencoba mengatur langkah agar tak terlalu dekat tapi juga tak terlalu jauh.. Sayangnya langkah ringan mereka tak luput dari pandangan Mecca, dari kejauhan ia sudah berdecak kecil sambil mengangkat alis "wuiih beneran nih udah jalan pulang berdua doang? jangan jangan..."Yah tentu aja, seperti yang bisa kita tebak, Mecca gadis itu gabisa menahan diri, ia buru-buru mengeluarkan ponselnya, dan mengetik sesuatu di grup kelasMecca : "Guys, brea

  • Hati yang Tak Direstui   part 7

    Setelah beberapa saat ngobrol dan tertawa di kafe, Nura dan Arthur duduk di sudut yang lebih tenang. Di luar, suara orang lalu-lalang dan mesin kopi tetap terdengar samar, tapi di meja mereka seolah ada “ruang hening” sendiri.Arthur menyandarkan tubuh ke kursinya, kedua tangannya melingkari cangkir kopi hitamnya yang masih mengepul. “Ra… aku suka tempat kayak gini,” katanya dengan nada santai. “Bukan cuma karena kopinya, tapi karena suasananya. Tenang, nggak ribut kayak kantin.”Nura menatap secangkir latte di depannya, menggulirkan jarinya di atas tutup gelas. “Aku juga suka… ruang yang tenang. Kayak gini tuh bikin aku bisa mikir lebih jernih. Walau…” ia berhenti sebentar, menarik napas pelan, “kadang hening itu malah bikin aku kepikiran hal-hal yang bikin jantung deg-degan.”Arthur tersenyum, matanya tak lepas dari wajah Nura. “Deg-degan yang baik kan?”Nura melirik sekilas lalu buru-buru menunduk. “M-mungkin…” jawabnya pelan, wajahnya mulai memanas.Ada jeda. Tapi bukan jeda yang

  • Hati yang Tak Direstui   part 6

    Nura mendorong pintu cafe, suasana hangat dan semerbak aroma kopi langsung menyambutnya. Di salah satu sudut, Arthur sudah menunggu dengan senyum tipis, tak lupa buku catatan kecil juga sudah setia menemani.“Hai… datang juga akhirnya,” ucapnya ramah, sambil bangkit untuk menyapa Nura.“Hi… iya, maaf ya agak lama, tadi ada urusan kecil dulu di kelas,” jawab Nura sambil tersenyum malu."iya gapapa ra, santai aja kali", lalu mereka duduk, dan Arthur langsung memanggil pelayan.“Satu cappuccino untuk saya… dan satu latte manis untuk teman saya,” katanya sambil tersenyum pada Nura.Nura menelan ludah tipis, hatinya berdebar. Tapi begitu minuman datang dan ia mencicipi sedikit, ekspresinya berubah. Latte itu terlalu manis untuk seleranya.“Oh… ini… hmm… manis banget,” gumam Nura pelan sambil menahan senyum malu.Arthur menatapnya penasaran.“Hah? Manis? Aku kira kamu suka kopi manis…, gimana apa mau aku ganti aja yang sesuai selera kamu?”Nura menggeleng kecil, menatap cangkirnya.“Sebenar

  • Hati yang Tak Direstui   part 5

    Keesokan paginya, Nura sampai di kelas jam 7 kurang 15 menit, sebenarnya jadwal tetap matkul aransemen & orkestrasi itu dimulai jam 8 tapi gadis itu sengaja datang lebih awal ke kampus karna hari ini ada ujian tertulis, dan kejadian di perpustakaan kemarin tentu aja bikin dia ngga fokus untuk belajar, jadilah di pagi yang tenang ini Nura, si gadis cantik bertubuh mungil itu sibuk mengulang lagi hafalannya..Baru saja ingin membuka lembar berikutnya, kehebohan menghampiri, merusak ketenangan batin pagi itu.. ya siapa lagi kalau bukan ulah Mecca Wulandari"Ra.. raa.. Nuraa" tapi si pemilik nama enggan menyahuti, Semua orang di kelas menoleh saat suara lantang Mecca terdengar.“NURAA ALFIANDRI~!” teriaknya, membuat Nura hampir meloncat dari kursi karena kaget.Nura menatap Mecca dengan mata setengah kesal, setengah ingin menahan tawa.“Ca… ya ampun… bisa diem sebentar nggak sih? Aku lagi mau fokus ujian nih!”Mecca hanya tersenyum jahil, melangkah ke bangku sebelah Nura sambil menepuk m

  • Hati yang Tak Direstui   part 4

    Nura duduk di depan Arthur, masih sedikit gugup tapi berusaha terlihat santai. Arthur menutup bukunya perlahan, menatap Nura dengan senyum tipis yang hangat.“Ra aku ga nyangka kamu bakalan dateng, aku pikir kamu bakalan sibuk sama latihan musik di kelas, ternyata bisa nyempetin datang juga,” ucap Arthur, suaranya tenang tapi ada nada senang yang sulit disembunyikan.Nura tersenyum malu-malu, “Iya… aku sempat kepikiran juga sih. Lagipula, aku penasaran sama buku-bukunya, siapa tahu bisa ngebantu tugas kita nanti.”Mereka mulai membuka buku-buku, membicarakan tugas dan referensi yang harus dicari. Tapi percakapan mereka perlahan bergeser ke hal-hal ringan, seperti kebiasaan unik teman-teman kuliah, cerita lucu masa SMA, dan pengalaman aneh selama kegiatan kampus. Tawa kecil mereka sesekali terdengar di ruang perpustakaan yang tenang.Tiba-tiba, Mecca muncul di pintu, membawa minuman dari kantin. Matanya membelalak melihat Nura duduk berdua dengan pria asing itu.“Eh?! Nura… siapa tuh?!

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status