Share

Bab 112

"Ga ada jawaban, Ma," aku berusaha agar tidak panik. Ponsel Lea pun tak bisa dihubungi. Sepertinya sengaja dimatikan.

"Lea! Buka pintunya! Atau ga, Abang dobrak!" Kini Mas Ubay mulai mengeluarkan ancaman.

Hasilnya sama saja, Lea tetap tak keluar kamar. Papa yang baru saja keluar dari kamarnya setelah mendengar kabar tentang Lea, tampak juga panik.

"Telpon, Arsyad. Lagi ada acara pesta di rumah, seharusnya dia menyempatkan diri untuk menemani istrinya. Ini malah kerja!" sungut Papa. Baru kali ini aku melihat Papa sekesal itu. Arsyad memang terlalu pendiam, dan tak humble. Apa mungkin faktor pekerjaannya yang menuntutnya untuk selalu serius.

Hampir sejam kami sibuk di depan kamar Lea. Hingga tangis Alifa terdengar nyaring dari dalam. Kepanikan makin menjadi. Arsyad pun datang, wajahnya tampaknya canggung. Mungkin dia paham ketika melihat tatapan Papa dan Mama yang tak bersahabat.

"Maaf, Ma, Pa, Arsyad tak bisa menghadiri acara aqiqah Alifa,"

"Kamu seharusnya mendahulukan anak dan istri.
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status