Share

Bab 116

Selama ini aku hanya menganggap ijazah itu hanya sebuah kertas tanpa makna. Capek kuliah tapi aku malas untuk bekerja. Secara keuanganku selalu di cukupkan oleh Papa. Tapi, setelah menikah semua kiriman sudah dihentikan. Aku benar-benar mengharapkan Mas Arsyad, dan itu sangat memalukan. Meski kemarin-kemarin aku tetap bertahan.

"Ya sudah, gw akan bimbing lu! Tapi, ijin dulu sama Arsyad. Nanti dia marah. Bagaimanapun lu wanita bersuami. Apa-apa harus ijin dengannya."

"Makasih ya, Bang, Ma!" Aku hendak memeluk Bang Ubay. Tapi, dia menghindar.

"Eh, eh! Apaan peluk-peluk! Mandi sana! Bau juga! Nanti kemeja gw bau asi!"

Aku terkekeh, dan makin semangat mengejar Bang Ubay.

"Lea! Udah! Habis lahiran kok pecicilan!" teriak Mama.

"Rasain!" seru Bang Ubay sambil tertawa puas.

****

Malam hari, aku memijit kaki Mas Arsyad. Alifa yang tengah tidur di kamar sebelah membuatku dan Mas Arsyad kini berasa pengantin baru lagi. Walau tak bisa malam pertamanya. Pembantu baru bernama Yati, itu sangat cekat
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Tiraya
emaknya Arsyad keknya perlu di syok terapi kayak mamanya Ubay kemarin...,,,
goodnovel comment avatar
Meyke Sartika
Duh, si ibunya Arsyad juga pecicilan. wong yg jalanin rmh tangga anaknya kok jd dia yg sibuk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status