Share

04. ACC

last update Last Updated: 2020-11-16 19:05:42

Arsya: Jek, lagi sama bini gue gak? 

Jee Katama: lo kira hidup gue cuma dipake buat ngintilin bini lo? 

Arsya: sensi amat, gue kan cuma nanya

Jee Katama: gak tau, digondol kucing kali bini lo

Arsya mengusap wajahnya kasar. Dari pagi Anjani tidak ada kabar. Papahnya bilang Anjani pamit pergi dari rumah jam sembilan tadi dan sampai siang ini ponsel istrinya itu masih tidak aktif. 

Terlebih Jeka –sahabat karib Anjani sendiri tidak mengetahui keberadaan istrinya itu. Padahal kalo kemana-mana mereka pasti selalu bareng. Gimana Arsya tidak panik seperti ini? 

Memang semenjak kejadian masalah seminggu lalu komunikasi antara dirinya dan Anjani terasa hambar. Tidak romantis dan penuh perhatian seperti biasanya. Anjani cenderung singkat dan slow respon setiap membalas chatnya. 

Tidak bisa dipungkiri, sebenarnya Arsya memang kecewa saat mengetahui Anjani berbohong padanya. Seperti apa sih sosok Ardan sampai - sampai membuat istrinya jadi pembohong? 

Tapi demi apapun, masalah tersebut tidak membuat setetes pun kepercayaan Arsya ke Anjani menyurut. Ia percaya istrinya tidak akan berbuat yang macam - macam. Karena waktu masih pacaran pun tidak pernah ada kabar miring tentang Anjani dan cowok lain. 

Arsya menutup tempat bekal makannya yang ia bawa dari rumah. Isinya masih utuh, belum tersentuh sama sekali. Rasa khawatir Arsya lebih besar dibanding rasa laparnya. 

Arsya mengusap wajahnya gusar, tangannya kembali meraih ponsel yang tergeletak diatas meja kerjanya. Jarinya sudah mengambil ancang-ancang untuk memencet aplikasi pemesanan tiket pesawat online. Bersiap memesan tiket pesawat ke Jakarta kalau Anjani belum ada kabar juga. 

Tok tok tok

Arsya terkesiap kaget, menoleh spontan kearah kirinya menemukan Rio yang tadi mengetuk dinding penyekat meja kantornya. 

“Kenapa, Yo?” tanya Arsya seraya menaruh ponselnya kembali diatas meja. 

“Nanti jangan pulang dulu ya, bos ngajak nobar bola,” ujar pria beranak dua itu sambil mengangkat dagunya menunjuk kearah Evano –team leader, yang masih fokus ke komputernya. 

Arsya mengangguk pasrah, “Oke, Yo!” jawab Arsya singkat. Rio mengangkat satu alisnya keatas melihat kondisi Arsya yang tidak semangat seperti biasanya. 

“Kenapa lo? Lemes amat! Ini juga bekel kenapa nggak lo makan? Nanti diomelin mamah loh, nak.” Celetuk Rio mengejek Arsya. Keseringan membawa bekal membuat Arsya dicap anak mama oleh teman - teman kantornya. 

Arsya berdecak, “Ck! Gakpapa. Udah sono lo pergi makan, keburu waktu makan siangnya habis,” kata Arsya mengusir halus Rio. 

Rio menepuk pundak Arsya, 

“Yaudah gue keluar dulu. Itu bekalnya jangan lupa dimakan, nanti mama marah loh!” 

Arsya menghela nafas berat, sepertinya ia batal pulang ke Jakarta hari ini karena tidak mungkin Evano membiarkannya pulang sementara mereka sudah membuat janji untuk nonton bola bersama malam ini.

***

Pagi-pagi sekali Anjani sudah siap untuk berangkat kuliah. Bukan, bukan, lebih tepatnya untuk menemui Ardan. 

Hari ini ia akan menemui Ardan untuk menyerahkan skripsi bab limanya yang sudah selesai, meski telat dua hari dari waktu yang ditentukan. 

Selesai sarapan, ibu hamil yang mengenakan kaus hitam polos dilapisin coat mantel dan celana bahan kebesaran itu segera bergegas menuju tempat janjiannya dengan Ardan diantar oleh Pak Sur. Saking semangatnya Anjani sampai lupa meninggalkan ponselnya diatas dasbor mobil. 

Lima belas menit menunggu, akhirnya Ardan datang. 

Anjani segera bangkit dari duduknya, menyambut Ardan yang datang.

“Pagi, Pak,” sapa Anjani sambil melempar senyum terbaiknya. 

Ardan tersenyum simpul, lalu mempersilahkan Anjani duduk kembali, “Pagi. Kamu seneng banget kayaknya,” balas Ardan sambil mendaratkan pantatnya dikursi sebrang Anjani.

“Lebih seneng lagi kalau dapat kabar baik dari bapak!” celetuk Anjani membuat Ardan melebarkan senyumannya. 

“Caranya?” tanya Ardan sambil mengangkat satu alisnya. 

“ACC skripsi saya, pak!” balas Anjani semangat 45.

Ardan menggaruk pangkal hidung bangirnya, “Hm.. Gimana ya? Coba sini saya lihat dulu draft skripsimu,” pinta Ardan. Anjani segera memberikan draf skripsinya. 

Sekiranya hampi satu jam Ardan fokus mengecek draft skripsi Anjani. Sampai Anjani menghabiskan dua cangkir kopi saking lamanya dikacangin oleh Ardan. 

“Oke, saya ACC ini! Kamu bisa daftar sidang secepatnya. Draft keseluruhan juga saya ACC.” 

Anjani yang sedang menegak kopinya langsung tersedak. Namun segera menyeka sisi bibirnya menggunakan tisu. Matanya masih terbelalak, menatap Ardan kaget. 

“Serius, Pak?!” tanya Anjani dengan wajah tegang. 

Ardan memanggut, “Iya. Segera daftar sidang ya, udah nggak sabar kan kamu mau ketemu suami?” goda Ardan sambil memainkan kedua alisnya lagi.

Anjani menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan malu, “Bapak tau aja!” sahutnya menanggapi godaan Ardan. 

Ardan menyesap kopi panas yang tadi dipesankan oleh Anjani, tapi kini kopinya sudah adem, “Padahal saya masih pengen ketemu kamu. Kenapa gak dari awal aja ya saya jadi dosen dikampus mu,” 

Anjani manggut - manggut setuju saja, “Bapak telat sih datangnya,” sahut Anjani dengan senyum yang tak kunjung surut. 

“Kamu gak mau kasih saya hadiah apa gitu?” tanya Ardan membuat Anjani mengerutkan keningnya heran. 

Detik berikutnya, Anjani langsung menepuk jidat. Harusnya ia bawa buah tangan untuk Ardan sebagai ucapan terimakasih. Ah, ia terlalu semangat ingin bertemu Ardan sampai lupa mampir untuk membeli buah tangan.

“Saya bercanda,” ujar Ardan seraya tertawa kecil. 

Melihat raut wajah Anjani masih merasa tak enak hati Ardan jadi merasa bersalah. Padahal niatnya yang membercandai ibu hamil itu. 

“Gimana kalau hadiahnya waktu kamu saja?” ujar Ardan mengambil inisiatif sendiri dari ide random dikepalanya. 

“Waktu saya?” 

“Kamu ada waktu sekarang?”

Anjani mengangguk tanpa berpikir lebih dulu. 

“Dufan, yuk?”

Anjani melotot spontan, “Memang bapak gak ngajar?” tanya Anjani. 

Ardan menggeleng. Membuat Anjani menimbang ajakan dospemnya itu. 

“Hm, gimana kalau nonton aja, Pak? Kebetulan lagi ada film yang saya pengen tonton sedang tayang,” saran Anjani.

“Yuk!” Segera Ardan mengangguk setuju tanpa berpikir dua kali. Sepertinya di ajak ke pasar yang becek pun Ardan mau kalau Anjani yang mengajak.

Kemudian mereka langsung bergegas pergi ke mall terdekat menggunakan mobil milik Ardan. 

Selesai menonton mereka mampir ke toko buku untuk menemani Ardan membeli buku. Tanpa Anjani sadari kamera ponsel Ardan terus menyorot dirinya sedari tadi. 

“Jan, lihat deh fotomu yang saya ambil, bagus ya?” tanya Ardan seraya mengulurkan ponselnya ke Anjani, Anjani segera mendekat kearahnya, lalu melihat ke layar ponsel Ardan penasaran. 

Wajah Anjani seketika menegang melihat Ardan yang mengupload fotonya ke story i*******m pribadi pria itu, dengan sopan mengambil alih ponsel Ardan dari tangannya. Sudah ada 50 orang lebih yang melihat fotonya di instastory Ardan. Anjani berusaha tidak panik. Dengan cepat menghapus foto tersebut dari instastory Ardan.

“Maaf Pak, saya nggak mau ada yang salah paham,” ujar Anjani sembari mengembalikan hape Ardan. 

Kening Ardan mengernyit,

"Salah paham? Saya jomblo, tenang aja.”

“Ya bapak jomblo, lah saya udah punya bojo!” 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bee Kwon
peranggggggg
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • He Is My Husband (INDONESIA)    69. Ending

    7 Tahun KemudianHari libur bagi Arsya bukan lagi hari dimana ia bisa bersantai dan beristirahat di rumah. 8 tahun umur pernikahan, ia dan Anjani sudah di karunia 4 orang anak yang membuat waktu liburnya di sibukan dengan bermain dan mengurus buah hatinya.Sih sulung Arjeno Shakeel Cakrawala, bocah tampan yang sebentar lagi akan menduduki bangku sekolah dasar.anak kedua ada Archie Javier Cakrawala, anak laki-laki kedua yang umurnya 2 tahun lebih muda dari Jeno, tapi ia lebih aktif bermain di luar rumah bersama teman - temannya berbeda dengan Jeno yang lebih suka bermain di dalam rumah saja.Arjuno Keenan Cakrawala, sih bungsu gak jadi. Selain sudah lancar berbicara dan berjalan, Juno juga sudah lancar mengganggu kedua abangnya ketika sedang belajar.Kemudian ada sih bungsu yang baru berumur tiga bulan, anak ke empat Arsya dan Anjani yang satu ini berjenis kelamin perempuan, namanya

  • He Is My Husband (INDONESIA)    68. Motif Sih Pelaku

    Anjani menatap cemas kearah Nisya yang tengah terbaring lemah diatas ranjang rumah sakit, entah apa yang terjadi pada cewek itu hingga membuat ia hampir saja kehilangan nyawanya. Nisya kritis, urat nadinya hampir terputus, namun masih bisa tertolong karena Anjani bergerak cepat memanggil bantuan medis.Anjani belum tau jelas sebab dari goresan luka di urat nadi cewek itu, entah ia sendiri yang melukai tangannya, atau laki - laki tak di kenal yang memukuli wajah Arsya.Jeno menggeliat di dalam gendongannya, membuat Anjani bangkit dari duduknya kemudian menimang Jeno yang mungkin mengantuk."Kenapa, sayang?" tanya Anjani dengan nada lembutnya kepada Jeno."Ooo.." gumam Jeno seraya berontak dari gendongan Anjani."Shuttt, gak boleh nakal, tante Nisya lagi istirahat.." ujar Anjani seakan melarang anaknya untuk menangis.Tangan Anjani menepuk bokong Jeno pelan, biasanya kalau J

  • He Is My Husband (INDONESIA)    67. Pesan Dari Nisya

    "Sya, ibu sama bapak pergi dulu ya, kamu jangan kemana - mana sebentar lagi mas mu pulang." ujar Tuti berbicara kepada Nisya yang sedang duduk melamun diatas tempat tidurnya. Cewek itu hanya menetap kearah Tuti sejenak kemudian memutuskan kontak matanya.Tuti yang melihat respon Nisya hanya menghembuskan napas berat saja, ia lantas menutup kembali pintu kamar Nisya dan berjalan menghampiri suaminya yang sudah menunggu diatas motor.Nisya menggigit kuku jempolnya, keadaannya cewek itu masih sama, tatapan matanya masih kosong, ekspresi wajahnya pun hanya satu, datar. Tak ada minat hidup dan aura yang keluar dari wajah manis gadis itu.Nisya beranjak turun dari tempat tidurnya, ia berjalan kedepan jendela, menatap lurus kearah luar rumahnya. Cuaca hari ini cukup bagus, mengingat kan Nisya pada suasana di kampusnya, biasanya di cuaca yang seperti ini ia bersantai di gazebo sembari menikmati bakso atau mie ayam bersama teman -

  • He Is My Husband (INDONESIA)    66. Ketakutan Terbesar Arsya dan Anjani

    "Jeno, lihat Ayah. Yeayyy Jeno bisa terbang!!!" seru Arsya yang tampak asik bermain bersama Jeno. Ya, bagi Arsya itu menyenangkan, namun jika Anjani melihatnya mungkin Arsya akan di cubit keras-keras, sebab saat ini Arsya mengangkat tubuh Jeno tinggi-tinggi di atas tubuhnya, siapapun yang melihat hal itu mungkin akan berteriak karena mengerikan. Tapi anehnya, baik Arsya dan Jeno malah tertawa menikmati."Jeno terbang lagi ya, hushhhh" ujar Arsya kembali mengangkat Jeno tinggi - tinggi. Ya beginilah jika ia lepas dari pengawasan Anjani, bermain dengan Jeno semauanya.Jeno tertawa menampilkan gusinya yang belum tumbuh gigi, bermain terbang - terbangan seperti ini sudah menjadi kegiatan rutin yang Arsya dan Jeno selepas Arsya pulang kerja. Karena kalau Arsya pulang kerja, Anjani akan pergi mandi, di sana itu lah ia melakukan aksinya bersama Jeno."Mas"Mendengar namanya di panggil Anjani, dengan cepat Arsya langsung menurunkan Jeno dan duduk manis di a

  • He Is My Husband (INDONESIA)    65. Back Home

    Usai kepulangan keluarga kecil Juna ke Bandung beberapa jam lalu, kini Gerry harus melepas kepergian Anjani dan Arsya karena satu jam lagi jadwal penerbangan pesawat yang akan membawa Anjani dan Arsya ke Jogjakarta.Arsya dan Anjani berangkat ke bandara di antar Gerry, Renya, Neisya dan Deka. Keempatnya meluangkan waktu untuk mengantar Arsya dan Anjani ke bandara. Sesampainya di bandara mereka duduk menunggu sembari mengobrol dan bercanda."Deka, kapan - kapan main dong ke Jogjakarta, sama Handa juga." ujar Anjani tersirat rasa meledek, ia baru saja dapat bocoran dari Renya kalau ternyata Deka berpacaran dengan Handa.Jelas Anjani mengenal Handa, sebab saudara laki-laki Handa adalah sahabat baik Anjani. Rumah mereka juga bersebelahan. Padahal dulu Handa dan Deka gemar sekali bertengkar dan menjadi rival. Tapi entah bagaimana ceritanya mereka bisa saling jatuh cinta. Entahlah, hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu

  • He Is My Husband (INDONESIA)    64. Family Time

    "Kalian ini bawa bayi pulang malam - malam." ujar Gerry yang baru saja memergoki anak dan menantunya yang baru tiba di rumah usai berkelana kerumah teman lama mereka.Sekarang sudah jam sebelas malam tapi Arsya dan Anjani baru pulang kerumah bersama Jeno yang sudah tertidur pulas di gendongan Anjani. Gerry yang melihat itu tentu saja menggelengkan kepalanya, tak habis pikir kenapa mereka pulang kerumah larut malam bersama Jeno yang seharusnya sudah tertidur dengan nyaman di atas kasur empuk nya, bukan di gendongan Anjani."Maaf, pah." ujar Arsya merasa bersalah, ia mengangkat pandangannya menatap Gerry dengan tatapan memohon.Gerry berdecak, "Anjani, bawa Jeno masuk. Arsya, kamu temanin papah main catur." ujar Gerry kemudian beranjak pergi.Anjani dan Arsya yang mendengar itu saling melempar tatapan dan tersenyum tipis, kalau Gerry mengajak Arsya main catur itu tandanya Gerry sudah memaafkan mereka.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status