La Blonde adalah satu-satunya kafe bernuansa Asia di Italia. Aku tidak tahu mengapa kafe ini diberi nama kebarat-baratan. Yang jelas, semua pelayan disini menggunakan rambut palsu berwarna blonde.
Kami memutuskan untuk mengawali hari dengan sarapan disini.
"Simon, kau tidak sibuk hari ini?" tanyaku.
"Praktekku buka mulai pukul sepuluh, jadi tidak usah terburu-buru. Santai saja," terangnya.
"Apa yang ingin kau bicarakan? Katanya sangat penting?"
"Joke memberitahuku bahwa kau mendapat surat ancaman, dan kau berusaha menyembunyikannya dari kami semua?" ungkap Simon.
"Heol, apa-apaan anak itu? Hampir 90% ceritanya sudah diubah, Simon."
Aku tidak berbohong. Toh, nyatanya aku memang tidak berusaha menyembunyikannya. Tapi, aku berpikir surat itu hanya keisengan seorang pengangguran atau haters yang ingin melihatku terpuruk.
"Setelah kasus kakak beradik itu, kau tidak boleh menyepelekan hal apapun. Mungkin
Hi everyone🐰 Thankyou so much buat kalian yang udah bersedia luangin waktunya buat mampir kesini... Semoga tulisan aku bisa bermanfaat dan menghibur kalian... Hehe🐰 Yok, langsung saja,, Check it out ↓↓ *** "Mulai sekarang, namamu adalah Vittoria Joa Shue," cetus seorang pendeta wanita dengan kening berkerut. Kedua matanya begitu jernih dengan satu tangan menekan kuat kepala seorang pengunjung gereja. "Terimakasih, Lady Anne," jawabnya selembut kapas. Wanita itu memakai tudung putih dan transparan sembari bersujud di hadapan patung Yesus yang diagungkan. Perpaduan antara sinar remb
Roma, Italia. Tiga puluh menit telah berlalu. “Pak, tolong antarkan aku ke bandara," ujarku setelah menutup pintu taksi. Aku yakin suamiku pasti merasa amat lega sekarang... karena ia tidak perlu menyembunyikan hubungan gelapnya lagi. Aku selalu memperlakukannya dengan baik namun malah pengkhianatan yang kudapatkan. Terlebih lagi, pelakor itu adalah sahabatku sendiri. Aku benar-benar frustasi dengan kehidupan rumah tangga kami, sehingga aku memutuskan untuk membalasnya hari ini. Of course, aku harus memberinya pelajaran. Aku telah menandatangani surat cerai dan meletakkannya di atas meja kerja suamiku. Lalu, koper dan tiket pesaw
Perlahan aku membuka mata. Aku dapat merasakan sakit dan pegal di sekujur tubuhku terutama bagian kepala. Aku juga merasakan cairan hangat mengalir dari dahi dan tertahan di antara bulu alisku. Aku mulai memicingkan mata untuk mencari tahu dimana aku berada sekarang. “Basement,” gumamku setelah melihat beberapa mobil terparkir dengan tulisan angka di setiap sekat dinding. Akh!.... Kepalaku pusing dan pandanganku sekali-kali mengabur, namun anehnya tidak ada rasa takut sedikitpun. Aku berusaha mengingat kembali kejadian terakhir. Oh.. FUCK! Terakhir kali, Bilson datang menjemputku di bandara dan berhasil merayuku untuk kembali dengannya. Setelah itu, ia membiusku di dalam mobil. Aku berusaha melawan, sehingga ia
“Basement ini luas sekali, wohoo!” seru Torrey. “Kotor dan bau,” tegas Carla sambil menutup hidung plastiknya. “Cepat suruh tanda tangan suratnya,” desak Karen sambil mengernyitkan dahi padaku. Berlin hanya tersenyum puas melihat keadaanku yang kacau balau dan penuh luka-luka. “Aku akan menyuntikkan cairan infus untuknya,” ujar Marie yang tahu benar kondisi kesehatanku. Aku menderita hipotensi alias darah rendah. Bilson menghentikan langkah kaki Marie, “Buat apa kau mengasihinya sekarang? Kita semua hanya menganggapnya sebagai mesin ATM selama ini.”
15-07-2018 The Muse Museum, New York. “Seven,” panggil seorang pria berkumis dan berseragam pemadam kebakaran. Mereka berdua sedang menggantung di atas ketinggian dengan sniper di tangannya. “Sev! Sev! Seven! Dick sucker!” lanjutnya. Seven menggetok kepala partner-nya dengan kasar, “Apa kau bilang?” “Geez! Aku memanggilmu daritadi idiot! Turun ke bawah!” Seven dan Eight segera merenggangkan tali yang terikat pada pinggang sebagai penahan beban tubuh. Seven memecahkan kaca jendela Lantai 54 gedung museum yang sedang kebakaran dan masuk dengan gampangnya. Mereka bergegas melepas kaitan tali dan mengaktifkan mesin p
15-07-2018 The Muse Museum, New York. Petugas berbadan paling kekar mengejar Eight dan petugas wanita mengejar Seven. “Lucky me!” teriak Seven dengan percaya diri. Setelah berlari cukup jauh, Seven berhenti untuk menggoda petugas cantik itu. “Enough! I give up for you, sweetie,” ucap Seven sambil tersenyum menggoda. Seven adalah seorang playboy super tampan dan berkharismatik dengan postur tubuh atletis dan kulit putih. Mungkin tingginya sekitar 188-190 cm dan suara medium bass yang seksi. Lesung pipi dan senyuman manis dari bibir belah pria itu membuat para kaum hawa gagal fokus. Petugas wanita bernama Jenny terus mengacungkan pistol tanpa melepaskan pandangan matanya.
Seven terbangun dalam keadaan tangan dan kakinya terikat pada kursi besi. Sebuah seatbelt menahan tubuhnya agar tetap bersandar dan dua kabel elektromagnetik menempel di kedua pelipis matanya. “Fuccckkkkk!” Seorang pria tertawa penuh kegilaan muncul dari kegelapan. “Seven, kau akan mati di tanganku hari ini HAHAHAHA. Nyalakan listriknya!” Brzztt! Brzzttt! Seven disetrum hingga kedua bola matanya sempat menghilang ke atas. “HAHAHAHA It’s very fun!” Seven mengambil napas dan berteriak, “Persetan denganmu! Masalah kita sudah selesai dua tahun yang lalu, hanya pecundang yang gemar mengun
Eight berhasil menyeret Seven masuk ke dalam lift. Ia menampar-nampar wajah rupawan itu, “Sev, wake up! Jika kau pingsan, aku akan meninggalkanmu disini.” Seven tetap tidak bergerak, Eight terpaksa menyuntikkan cairan ajaib ke dalam tubuhnya. Seven terbangun dengan mata terbuka lebar. Eight dan Seven berhasil masuk ke dalam mobil yang terparkir di halaman depan gedung. Berbagai suara sirine berdengung dan peringatan menghantui jalan berkelok-kelok yang memutari pegunungan itu. Helikopter tentara menyoroti buggati hitam mereka dari atas dan mobil polisi mengejar mereka dari belakang. Sementara, Black Cat diam-diam mencari jalan pintas untuk menghadang mobil mereka dari depan. &nbs