Share

Rise from the Dead.

Penulis: Olin Wu
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-24 08:47:44

(Lima tahun kemudian)

Midsummer Collection, San Francisco.

         “Selamat malam para hadirin, selamat datang di Midsummer Collection 2023. Kami harap koleksi baru dari Lady Vittoria Joa Shue selaku designer utama dapat memberikan kepuasan bagi anda semua. New mode brighten day!”

         Sesi pembuka diawali dengan kata sambutan dan musik disco klasik. Satu persatu model mulai berjalan di atas panggung catwalk. Para hadirin membelalakkan mata karena takjub dengan koleksi unisex season ini.

         Aku sangat menyukai momen ini, ingin rasanya kupotret untuk dipajang di seluruh dinding kamar tidurku. Sesi penutup acara pun tiba, saatnya bagiku tampil untuk menyambut kesediaan para partisipan malam ini.

         “Mari kita sambut, Vittoria~ Joa~ Shue!”

         Begitu namaku disebutkan, tepuk tangan meriah mewarnai irama ketukan high heels-ku. Sinar lampu menyorot ke arahku tanpa ragu, bintang utama malam ini adalah aku.

Haaaaa!

         Semua orang takjub akan busana ball gown putih mengembang sempurna yang kukenakan.

         Aku mengeluarkan sebuah mancis merah dan membakar seluruhnya. Seperti dendam yang membara, ball gown itu mekar menjadi gaun satin mermaid dihiasi bunga mawar merah yang mengekspos lekukan tubuhku dengan jelas.

         “Semuanya akan menjadi sempurna di tanganku. Thankyou so much,” sambutku sambil memegang dua buket bunga mawar.

         Aku benci pidato panjang lebar tak berfaedah dan tak bermakna. Ucapan terima kasih tulus adalah satu-satunya hal yang ingin kutunjukkan di depan para pendukungku. Pastinya dengan hasil karya yang semakin memukau.

         Semua orang bersorak dan ratusan tangkai bunga mawar menghujani panggung spektakuler ini.

         Aku melirik barisan VIP sekilas dan mendapati tamu undangan spesial dari Italia. Aku sendiri yang memesan tiket pesawat dan membiayai kursi VIP untuk mereka.

         “Tidak lengkap, one bitch is missing!” gumamku dalam hati.

         Sesi selanjutnya adalah free talk, kesempatan untuk mengenal lebih dekat para tamu hadirin malam ini.

*

         “Babe you’re so gorgeous tonight,” puji Bilson, lalu mendaratkan kecupan ringan di bibir merah Chloe.

         Para tamu undangan dibuat iri dengan keharmonisan pasangan legendaris tersebut.

         “Wow bau-bau calon pengantin baru,” goda Torrey dengan segelas Vodka di tangannya.

         “Kalian akan menikah?” tanya Carla dalam balutan gaun hitam kelap-kelip.

         “Jangan-jangan, perutnya sudah berisi,” goda Marie dengan gaya rambut kriting baru.

         “Akan kurekomendasikan dokter untuk program anak,” ucap Karen dengan tattoo semakin  memenuhi tubuhnya.

         “Terima kasih atas hiburannya,” sahut Bilson.

         “Sayangnya, Chloe dan aku masih belum berencana menikah, apalagi punya anak hahaha,” lanjut Bilson tanpa melepaskan pelukan di pinggang calon istri keduanya.

         “Btw, Berlin tidak datang?” tanya Marie.

         “Aku dengar Fabian selingkuh lagi,” jawab Carla.

         “Dengan siapa kali ini?” timpal Karen.

         “Seorang anak pejabat,” bisik Carla.

         “Berlin pasti kewalahan kali ini. Bagaimana jika Fabian meninggalkannya?” tanya Marie.

         Karen dan Carla mengedikkan bahunya.

Wee woo… Wee woo…

         Sirine kepalaku berbunyi, itu artinya targetku sudah berada di depan mata. Aku pun menghampiri sekelompok orang yang telah menghancurkan hidup Carina Rossi lima tahun yang lalu.

         “Hi Joa,” sapa mereka satu per satu sembari memeluk ringan diriku dengan ramah.

         “I really love it! You’re amazing!” puji dokter gadungan itu, Marie Lyn.

         “Aku benar-benar ingin kau menjadi designer gaun pernikahanku nanti,” lanjut wanita SKSD, Karen Gleeson.

         “Let’s take photo together!” seru selebgram wannabe sembari mengeluarkan ponsel edisi terbatasnya, Carla Young.

         Torrey melingkarkan tangannya secara spontan di bahuku, aku langsung menepis tangannya dengan kasar.

         “Don’t touch me!” cecarku.

         Semua orang dibuat terkejut, aku juga baru menyadarinya. Aku suka terlihat seperti ini, dingin dan kejam, itu adalah pribadi baruku setelah terlahir kembali. Aku berjalan menuju waiting room dengan wajah mengerut seperti jeruk nipis.

         Dari seorang Carina Rossi yang lembut dan penyayang, berubah menjadi seorang Vittoria Joa Shue yang dikenal memiliki kepribadian buruk dan sikap mendominasi. Aku juga alergi terhadap sentuhan manusia dan rasa gengsiku sangat tinggi. Aku bersikap totalitas dalam membentuk pribadi baru selama lima tahun terakhir, termasuk melakukan operasi plastik untuk mengubah wajahku.

***

[To be Continued...]

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Explode.

    La Blonde adalah satu-satunya kafe bernuansa Asia di Italia. Aku tidak tahu mengapa kafe ini diberi nama kebarat-baratan. Yang jelas, semua pelayan disini menggunakan rambut palsu berwarna blonde. Kami memutuskan untuk mengawali hari dengan sarapan disini. "Simon, kau tidak sibuk hari ini?" tanyaku. "Praktekku buka mulai pukul sepuluh, jadi tidak usah terburu-buru. Santai saja," terangnya. "Apa yang ingin kau bicarakan? Katanya sangat penting?" "Joke memberitahuku bahwa kau mendapat surat ancaman, dan kau berusaha menyembunyikannya dari kami semua?" ungkap Simon. "Heol, apa-apaan anak itu? Hampir 90% ceritanya sudah diubah, Simon." Aku tidak berbohong. Toh, nyatanya aku memang tidak berusaha menyembunyikannya. Tapi, aku berpikir surat itu hanya keisengan seorang pengangguran atau haters yang ingin melihatku terpuruk. "Setelah kasus kakak beradik itu, kau tidak boleh menyepelekan hal apapun. Mungkin

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Openness?

    Amplop merah muda dengan ukiran mawar emas itu masih terlentang bebas di atas meja kerjaku. Aku tidak bisa fokus menciptakan rancangan selanjutnya. Kendati menyingkirkan benda itu, aku malah jatuh dalam kekesalan dan amarah yang tak dapat diuraikan. Bilson brengsek! Apa ia sungguh-sungguh menganggap perselingkuhannya dengan Chloe adalah hal yang patut dibanggakan? Selain memikirkan berbagai cacian dan makian menjijikan, aku juga tak habis pikir tentang perasaan Bilson pada wanita itu. Apa Bilson benar-benar mencintai Chloe? Aku terlalu percaya diri meyakini bahwa Chloe akan mendapat karma instan, karena Bilson pasti hanya menganggapnya sebagai mainan menarik untuk sesaat. Tapi, sekarang situasinya berbeda. Bilson akan menikahi Chloe, seperti yang tertulis di kartu undangan amplop merah muda, waktunya bulan depan. Tring.. Tring.. Aku menatap layar ponsel menyala, sebuah kata 'Ges

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Gold Rose Invitation.

    "Jadi, surat ini sudah Anda terima sebelum kasus terjadi?" "Benar." "Ya ampun, kenapa baru bilang sekarang?" "Aku benar-benar tidak ada keinginan untuk merahasiakannya sama sekali. Tapi, lihatlah surat ini, seperti omong kosong tak bermodal. Lihat saja, kertas yang digunakannya. Lagipula, yang diancamnya juga adalah aku," terangku. Tak sadar, volume suaraku semakin tinggi, Mr. Foster memberi isyarat dengan menempelkan ujung jarinya ke bibir. "Ya, apapun itu. Hal sekecil apapun sangat berguna dalam penyelidikan. Biarkan pihak kepolisian yang menilainya." "Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana mungkin orang yang mengancamku berhubungan dengan kasus kematian Sarah?" "Aku sendiri juga tidak tahu, tapi tidak menutup kemungkinan keduanya saling berhubungan. Aku akan membawa kedua surat ini menemui atasanku dan melakukan tes sidik jari. Kami juga akan mencari tahu hal lainnya. Untuk itu, izinkan kami mengambil re

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Same questions.

    Mr. Foster langsung bisa dikenali dalam sekali pandang, karena ia selalu memakai setelan jas abu-abu dan topi. Ditambah tongkat perunggu berkepala naga yang selalu dibawanya kemana-mana. Sherlock Holmes! Benar, serupa tapi tak sama. "Maaf merepotkanmu, Ms. Joa." "Tidak masalah," jawabku datar. "Saya ingin memberikan beberapa pertanyaan perihal kasus Sarah Deelin, model majalah utama dari perusahaanmu." "Ya, silahkan." "Apa mendiang Sarah pernah menceritakan bagaimana kondisi keuangan keluarganya pada Anda?" tanya Mr. Foster sembari bersiap-siap untuk menulis di catatan kecilnya. "Detektif, sudah berapa kali kau menanyakan hal yang sama padaku? Aku sampai sudah hapal jawabanku." "Per.. permisi, apa Tuan dan Nona mau pesan?" sela seorang pelayan wanita. "Tolong, satu gelas kopi susu dingin. Anda mau pesan apa, Ms. Joa?" tanya Mr. Foster. "Teh oolong panas saja." Setelah pelayan wanita berp

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   The Letters.

    "Hei, sedang melamun apa?" Aku menatap Joke yang berwajah masam dengan alis menyeringai tajam ke arahku. "Singkirkan segala beban pikiran yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dan rencana balas dendam." "Apa sih?" elakku. "Jangan-jangan kau masih kepikiran dengan sosok pria aneh yang berjanji akan menjagamu seumur hidupnya." Memang benar! "Joa, kau tidak pernah belajar dari kesalahan, ya? Aku sudah mengingatkanmu agar tidak terlalu terlibat dengan urusan luar. Sasaran kita hanya Bilson dan para pecundang itu." "Aku tahu, aku tahu." "Suruh kau merayu Bilson yang mata keranjang saja, kau tidak lulus," gerutu Joke sembari meneguk habis jus jeruk di gelasnya. "Siapa bilang tidak berhasil? Bahkan aku mendapatkan undangan perjamuan makan malam dari mereka." "Tapi, kau tidak pergi kan? Kau malah bersenang-senang dengan pria aneh itu sampai tidak tahu jalan pulang. Benar-benar keterlaluan." "Hei, kau

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   The Vespa in front of Us.

    Kami bertiga sedang duduk di lounge hotel bernuansa klasik dengan lampu gantung di setiap sudut. Anehnya, cahaya lampu membuat suasana di pagi menjadi sedikit redup. "Maafkan aku," ungkap wanita yang memakai blouse merah pekat, senada dengan warna wine yang kami pesan. "Ucapanku terdengar seperti sedang menuduh seseorang berbuat hal yang tidak-tidak," jelasnya lagi. "Tidak masalah, santai aja," balasku. "Aku harap kesalahanku tidak mempengaruhi hasil kerja sama diantara kalian," terang Chloe masih memasang wajah penuh harap. "Ya, kau tenang saja. Aku ini cukup profesional." "Sungguh terima kasih," tutur Chloe sembari menunduk. Kenapa orang ini sangat mencemaskannya? Apa Bilson telah menemukan titik lemahnya? Apa ini yang namanya karma instan? "Kalau begitu, aku permisi dulu." "Tunggu, Ms. Joa. Kami ingin mengundangmu makan malam bersama akhir pekan ini, apa memungkink

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status