Share

Pseuicide.

Author: Olin Wu
last update Last Updated: 2021-07-23 10:15:34

         Eight berhasil menyeret Seven masuk ke dalam lift. Ia menampar-nampar wajah rupawan itu, “Sev, wake up! Jika kau pingsan, aku akan meninggalkanmu disini.”

         Seven tetap tidak bergerak, Eight terpaksa menyuntikkan cairan ajaib ke dalam tubuhnya. Seven terbangun dengan mata terbuka lebar.

         Eight dan Seven berhasil masuk ke dalam mobil yang terparkir di halaman depan gedung.

         Berbagai suara sirine berdengung dan peringatan menghantui jalan berkelok-kelok yang memutari pegunungan itu.

         Helikopter tentara menyoroti buggati hitam mereka dari atas dan mobil polisi mengejar mereka dari belakang. Sementara, Black Cat diam-diam mencari jalan pintas untuk menghadang mobil mereka dari depan.

         “Eight~ aku~ sudah lebih~baik~sekarang. Aku bisa~menyetir,” pinta Seven.

         “Aduh, kau diamlah sialan! Tolong berdoa saja sampai kita selamat,” pinta Eight menahan emosi.

         Tadi sudah berbicara tentang kekurangan Eight, sekarang saatnya show off.

         Eight adalah mantan pembalap mobil skala internasional dan ia juga memiliki banyak akal. Eight melempar segenggam paku payung ke belakang yang membuat beberapa mobil polisi terhenti karena ban bocor.

         Saat kendaraan barisan pertama tiba-tiba terhenti, maka kendaran barisan selanjutnya akan menabraknya. Dua mobil polisi barisan depan meledak dengan api berkobar. Namun, beberapa mobil masih berani mengejarnya dengan percaya diri.

         Helikopter mulai menembakkan peluru dari atas yang menghujam atap mobil hitam mewah itu.

         “Tes… tes.. Tolong hentikan mobilnya atau kami akan terus menembak!” peringatan dari polisi mulai terdengar.

         Eight merasa kesal karena mobil barunya akan hancur sehingga ia tidak bisa berhenti mengumpat di dalam. Sementara, Seven tidak bisa berhenti menertawai nasib malang partner-nya itu.

         Mobil Black Cat akhirnya muncul di depan, mereka menembakkan peluru menghujam kaca depan mobil Eight.

         “You motherfucker!” teriak Eight yang membuat Seven tertawa semakin liar.

         Eight menginjak gas dan menabrak bagian tengah mobil yang menghadangnya itu hingga terlempar ke samping.

         “Seven, jalankan Plan B!” perintah Eight. Seven segera mengeluarkan sedotan pipa pendek dari sepatu kulitnya dan membakar ujungnya, melempar keluar benda itu dari kaca jendela mobil.

Ssshhh….shhh….(suara berdesis)

          Sedotan pipa meletuskan cahaya api ke atas dan meledak.

Buaammm!

Buam!

          Seven melempar lebih banyak sedotan lagi hingga ada yang mengenai baling-baling helikopter. Transportasi udara itu jatuh dan meledak.

          Ledakan api ada dimana-mana.

          Eight menginjak gas semakin dalam hingga jarum jam kapasitas kecepatan bergoyang-goyang.

          Tiba-tiba, sebuah tank hijau menghadang mereka dari depan.

          “Tentara! Tentara! Tank! Tank!” seru Eight yang kewalahan menemukan injakan rem.

          “Fuck! Kita akan mati,” teriak Seven dengan lantang. Listrik dalam dirinya sudah menghilang sepenuhnya.

Ckirrttttttttttt!

          Eight berhasil menginjak rem, memutar stir menciptakan u-turn ekstrim dan mobil dipaksa berhenti setelah berputar 3 kali.

          “Hands Up! FBI is here!” seru petugas dari alat pengeras suara, bunyi sirine begitu menusuk telinga.

          Seven dan Eight terpaksa keluar dari mobil sambil mengangkat tangannya di atas kepala.

          Semuanya mengacungkan pistol ke arah dua agen mafia itu.

          "Okay, calm down. Aku akan menyerahkan barang curiannya," tegas Seven sembari mengeluarkan cincin permata biru itu dari saku celananya.

          "Kau gila? Aku pikir kau menyimpannya di tempat aman," gerutu Eight. Tanpa aba-aba, Seven langsung melempar cincin itu ke tanah dan polisi segera mengamankan harta pusaka langka itu.

          Di sisi lain Eight mengomel tanpa henti, "Seven, bagaimana kau bisa menjadi sebodoh ini? Kau serius menyerahkannya begitu saja? Apa kau tidak tahu berapa harga satu karat permata itu ha? Aku tidak akan mau menjadi partner-mu lagi."

Dor!

          Polisi melepaskan satu peluru ke udara.

          "Tutup mulutmu! Tamat sudah riwayat hidupku. Aku akan memberitahumu dimana letak brankas emasku,” ucap Seven sambil menahan tangis.

          “Seharusnya kau beritahu aku dari awal. Dasar pelit!” balas Eight sambil mendengus kesal.

          “Eight, kau melihat jurang di ujung sana?” tanya Seven.

          “Tidak tahu, jangan bicara padaku,” sahut Eight.

          Seven segera menekan tombol hitam pada jam tangannya dan enam roda muncul di bawah tapak sepatunya.

          “Hiyaaaaaaattt!” teriaknya sambil melesat kencang secara jigjag untuk menghindari serangan pistol.

          Saat Seven terbang melompat ke jurang, ia tertembak di punggungnya.

Dor!

          “Dia melompat ke jurang!”

          “Bunuh diri!”

Buammmm!

           Mobil yang ditumpangi Eight untuk kabur juga meledak tak bersisa.

           “911, 911, 911! Kirimkan bantuan medis."

           Semua orang sibuk dengan panggilan masing-masing, dan dibalik peristiwa naas ini—ada seorang pria tersenyum puas.

           “Halo 66994, keduanya tewas dalam misi Blue Moon. Pass!” lapor mata-mata kepada Denado Wilde melalui walkie-talkienya.

***

[To be Continued...]

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Explode.

    La Blonde adalah satu-satunya kafe bernuansa Asia di Italia. Aku tidak tahu mengapa kafe ini diberi nama kebarat-baratan. Yang jelas, semua pelayan disini menggunakan rambut palsu berwarna blonde. Kami memutuskan untuk mengawali hari dengan sarapan disini. "Simon, kau tidak sibuk hari ini?" tanyaku. "Praktekku buka mulai pukul sepuluh, jadi tidak usah terburu-buru. Santai saja," terangnya. "Apa yang ingin kau bicarakan? Katanya sangat penting?" "Joke memberitahuku bahwa kau mendapat surat ancaman, dan kau berusaha menyembunyikannya dari kami semua?" ungkap Simon. "Heol, apa-apaan anak itu? Hampir 90% ceritanya sudah diubah, Simon." Aku tidak berbohong. Toh, nyatanya aku memang tidak berusaha menyembunyikannya. Tapi, aku berpikir surat itu hanya keisengan seorang pengangguran atau haters yang ingin melihatku terpuruk. "Setelah kasus kakak beradik itu, kau tidak boleh menyepelekan hal apapun. Mungkin

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Openness?

    Amplop merah muda dengan ukiran mawar emas itu masih terlentang bebas di atas meja kerjaku. Aku tidak bisa fokus menciptakan rancangan selanjutnya. Kendati menyingkirkan benda itu, aku malah jatuh dalam kekesalan dan amarah yang tak dapat diuraikan. Bilson brengsek! Apa ia sungguh-sungguh menganggap perselingkuhannya dengan Chloe adalah hal yang patut dibanggakan? Selain memikirkan berbagai cacian dan makian menjijikan, aku juga tak habis pikir tentang perasaan Bilson pada wanita itu. Apa Bilson benar-benar mencintai Chloe? Aku terlalu percaya diri meyakini bahwa Chloe akan mendapat karma instan, karena Bilson pasti hanya menganggapnya sebagai mainan menarik untuk sesaat. Tapi, sekarang situasinya berbeda. Bilson akan menikahi Chloe, seperti yang tertulis di kartu undangan amplop merah muda, waktunya bulan depan. Tring.. Tring.. Aku menatap layar ponsel menyala, sebuah kata 'Ges

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Gold Rose Invitation.

    "Jadi, surat ini sudah Anda terima sebelum kasus terjadi?" "Benar." "Ya ampun, kenapa baru bilang sekarang?" "Aku benar-benar tidak ada keinginan untuk merahasiakannya sama sekali. Tapi, lihatlah surat ini, seperti omong kosong tak bermodal. Lihat saja, kertas yang digunakannya. Lagipula, yang diancamnya juga adalah aku," terangku. Tak sadar, volume suaraku semakin tinggi, Mr. Foster memberi isyarat dengan menempelkan ujung jarinya ke bibir. "Ya, apapun itu. Hal sekecil apapun sangat berguna dalam penyelidikan. Biarkan pihak kepolisian yang menilainya." "Aku benar-benar tidak mengerti. Bagaimana mungkin orang yang mengancamku berhubungan dengan kasus kematian Sarah?" "Aku sendiri juga tidak tahu, tapi tidak menutup kemungkinan keduanya saling berhubungan. Aku akan membawa kedua surat ini menemui atasanku dan melakukan tes sidik jari. Kami juga akan mencari tahu hal lainnya. Untuk itu, izinkan kami mengambil re

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   Same questions.

    Mr. Foster langsung bisa dikenali dalam sekali pandang, karena ia selalu memakai setelan jas abu-abu dan topi. Ditambah tongkat perunggu berkepala naga yang selalu dibawanya kemana-mana. Sherlock Holmes! Benar, serupa tapi tak sama. "Maaf merepotkanmu, Ms. Joa." "Tidak masalah," jawabku datar. "Saya ingin memberikan beberapa pertanyaan perihal kasus Sarah Deelin, model majalah utama dari perusahaanmu." "Ya, silahkan." "Apa mendiang Sarah pernah menceritakan bagaimana kondisi keuangan keluarganya pada Anda?" tanya Mr. Foster sembari bersiap-siap untuk menulis di catatan kecilnya. "Detektif, sudah berapa kali kau menanyakan hal yang sama padaku? Aku sampai sudah hapal jawabanku." "Per.. permisi, apa Tuan dan Nona mau pesan?" sela seorang pelayan wanita. "Tolong, satu gelas kopi susu dingin. Anda mau pesan apa, Ms. Joa?" tanya Mr. Foster. "Teh oolong panas saja." Setelah pelayan wanita berp

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   The Letters.

    "Hei, sedang melamun apa?" Aku menatap Joke yang berwajah masam dengan alis menyeringai tajam ke arahku. "Singkirkan segala beban pikiran yang tidak berhubungan dengan pekerjaan dan rencana balas dendam." "Apa sih?" elakku. "Jangan-jangan kau masih kepikiran dengan sosok pria aneh yang berjanji akan menjagamu seumur hidupnya." Memang benar! "Joa, kau tidak pernah belajar dari kesalahan, ya? Aku sudah mengingatkanmu agar tidak terlalu terlibat dengan urusan luar. Sasaran kita hanya Bilson dan para pecundang itu." "Aku tahu, aku tahu." "Suruh kau merayu Bilson yang mata keranjang saja, kau tidak lulus," gerutu Joke sembari meneguk habis jus jeruk di gelasnya. "Siapa bilang tidak berhasil? Bahkan aku mendapatkan undangan perjamuan makan malam dari mereka." "Tapi, kau tidak pergi kan? Kau malah bersenang-senang dengan pria aneh itu sampai tidak tahu jalan pulang. Benar-benar keterlaluan." "Hei, kau

  • Hello Ms. Joa! [Bahasa Indonesia]   The Vespa in front of Us.

    Kami bertiga sedang duduk di lounge hotel bernuansa klasik dengan lampu gantung di setiap sudut. Anehnya, cahaya lampu membuat suasana di pagi menjadi sedikit redup. "Maafkan aku," ungkap wanita yang memakai blouse merah pekat, senada dengan warna wine yang kami pesan. "Ucapanku terdengar seperti sedang menuduh seseorang berbuat hal yang tidak-tidak," jelasnya lagi. "Tidak masalah, santai aja," balasku. "Aku harap kesalahanku tidak mempengaruhi hasil kerja sama diantara kalian," terang Chloe masih memasang wajah penuh harap. "Ya, kau tenang saja. Aku ini cukup profesional." "Sungguh terima kasih," tutur Chloe sembari menunduk. Kenapa orang ini sangat mencemaskannya? Apa Bilson telah menemukan titik lemahnya? Apa ini yang namanya karma instan? "Kalau begitu, aku permisi dulu." "Tunggu, Ms. Joa. Kami ingin mengundangmu makan malam bersama akhir pekan ini, apa memungkink

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status