Roma, Italia.
Tiga puluh menit telah berlalu.
“Pak, tolong antarkan aku ke bandara," ujarku setelah menutup pintu taksi.
Aku yakin suamiku pasti merasa amat lega sekarang... karena ia tidak perlu menyembunyikan hubungan gelapnya lagi.
Aku selalu memperlakukannya dengan baik namun malah pengkhianatan yang kudapatkan. Terlebih lagi, pelakor itu adalah sahabatku sendiri. Aku benar-benar frustasi dengan kehidupan rumah tangga kami, sehingga aku memutuskan untuk membalasnya hari ini.
Of course, aku harus memberinya pelajaran.
Aku telah menandatangani surat cerai dan meletakkannya di atas meja kerja suamiku. Lalu, koper dan tiket pesawat menuju Los Angeles. Aku akan memulai hidup baru sebagai seorang janda muda disana.
Aku benar-benar akan melupakan Bilson Moretz, suamiku sekaligus cinta pertamaku.
*
Brakk!
Suara pintu dibanting dengan keras.
“Carina, dimana kau?” teriakan Bilson menajam memenuhi seisi rumah yang biasa tenang itu.
“Cari dia sampai dapat!” perintah Bilson pada kesepuluh bodyguard-nya.
Ia menemukan surat cerai yang telah ditandatangani dan langsung merobeknya menjadi serpihan-serpihan. Lalu, mulai melempar barang ke dinding secara acak. Bilson pergi mengobrak-abrik kamar istrinya yang sudah kosong.
Tiba-tiba ia teringat akan sesuatu dan berseru, “Bandara! Dia pasti pergi ke bandara!”
Bilson terus memantau jam tangannya dan menerima laporan tentang semua jam penerbangan yang berlangsung hari ini.
“Sial! Sejam lagi! Percepat mobilnya!” teriak Bilson dengan tak sabaran.
*
Chloe sedang sibuk menelepon Bilson, namun tak pernah diangkat. “Bil, apa yang sedang kau lakukan? Cepat angkat teleponmu,” pinta Chloe sambil menggigiti jarinya dengan gelisah.
“Torrey, kau sudah selesai apa belum?” tanya Berlin dengan kesal.
“Sabarrrr, mereka juga sedang mencarinya,” ucap Torrey membalas santai.
“Bagaimana jika Carina berhasil kabur? Aku masih perlu meminjam uang darinya,” timpal Karen.
“Jika Carina berhasil kabur, maka karirku juga akan hancur,” ujar Carla sambil meng-update status ‘sedang galau’ di Onstagram-nya.
“Tidak mungkin ia bisa lolos dari jangkauan kita,” timpa Chloe dengan yakin.
“Ia juga tidak pergi ke rumah sakit sejak kemarin,” ucap Marie yang baru mendapat informasi dari dokter pribadi Carina.
“Siluman rubah itu telah membohongi kita semua,” sunggut Berlin penuh kebencian.
*
Aku segera menuju lobi untuk check-in, lalu meletakkan koper dalam bagasi dan menunggu pesawat lepas landas.
“Semoga tidak ada delay hari ini,” harapku sembari menatap pemandangan luar dari kaca jendela pesawat.
Aku memakai masker dan topi, serta kacamata hitam yang menutupi wajahku dengan sempurna.
Aku adalah seorang designer cukup terkenal di Italia setelah meraih medali emas dalam kompetisi bergengsi yang diselenggarakan pada musim semi lalu. Setelah itu, followers Onstagramku semakin meningkat dan memuncak ketika puluhan foto jadulku saat balapan motor tersebar.
Aku juga menerbitkan sebuah novel bergenre fantasi-romance yang laku keras di pasaran, meski bukan 18+.
Look, guys!
Aku adalah seorang wanita muda cantik, berbakat, kaya, mandiri, terkenal dan sabar, namun suamiku malah berselingkuh dengan wanita lain yang notabene tidak jauh lebih dari diriku.
Aku akui Chloe memang lebih seksi, lebih pandai berbicara dariku dan lebih mahir berdandan namun bukan berarti Bilson harus tergoda dengan semua itu, kan? Apakah seorang pria tidak bisa bersikap gentle dalam menahan nafsunya?
Cinta pertama memang indah, namun aku menginginkan cinta terakhir di hatinya.
Kegaduhan terdengar dari luar. Seorang pria bersikeras menerobos masuk ke dalam pesawat untuk menjemput istrinya. Pria itu bahkan menangis dan berteriak histeris sambil berlutut.
“Beb, aku tidak pernah mencintai wanita lain selain dirimu. Hanya bersamamu, aku tahu rasanya bahagia. Carina I’m so sorry, I really want you back.”
“Tolong berikan kesempatan satu kali lagi, I’m begging on you.”
Pria itu tidak lain adalah Bilson Moretz.
***
[To be Continued...]
Perlahan aku membuka mata. Aku dapat merasakan sakit dan pegal di sekujur tubuhku terutama bagian kepala. Aku juga merasakan cairan hangat mengalir dari dahi dan tertahan di antara bulu alisku. Aku mulai memicingkan mata untuk mencari tahu dimana aku berada sekarang. “Basement,” gumamku setelah melihat beberapa mobil terparkir dengan tulisan angka di setiap sekat dinding. Akh!.... Kepalaku pusing dan pandanganku sekali-kali mengabur, namun anehnya tidak ada rasa takut sedikitpun. Aku berusaha mengingat kembali kejadian terakhir. Oh.. FUCK! Terakhir kali, Bilson datang menjemputku di bandara dan berhasil merayuku untuk kembali dengannya. Setelah itu, ia membiusku di dalam mobil. Aku berusaha melawan, sehingga ia
“Basement ini luas sekali, wohoo!” seru Torrey. “Kotor dan bau,” tegas Carla sambil menutup hidung plastiknya. “Cepat suruh tanda tangan suratnya,” desak Karen sambil mengernyitkan dahi padaku. Berlin hanya tersenyum puas melihat keadaanku yang kacau balau dan penuh luka-luka. “Aku akan menyuntikkan cairan infus untuknya,” ujar Marie yang tahu benar kondisi kesehatanku. Aku menderita hipotensi alias darah rendah. Bilson menghentikan langkah kaki Marie, “Buat apa kau mengasihinya sekarang? Kita semua hanya menganggapnya sebagai mesin ATM selama ini.”
15-07-2018 The Muse Museum, New York. “Seven,” panggil seorang pria berkumis dan berseragam pemadam kebakaran. Mereka berdua sedang menggantung di atas ketinggian dengan sniper di tangannya. “Sev! Sev! Seven! Dick sucker!” lanjutnya. Seven menggetok kepala partner-nya dengan kasar, “Apa kau bilang?” “Geez! Aku memanggilmu daritadi idiot! Turun ke bawah!” Seven dan Eight segera merenggangkan tali yang terikat pada pinggang sebagai penahan beban tubuh. Seven memecahkan kaca jendela Lantai 54 gedung museum yang sedang kebakaran dan masuk dengan gampangnya. Mereka bergegas melepas kaitan tali dan mengaktifkan mesin p
15-07-2018 The Muse Museum, New York. Petugas berbadan paling kekar mengejar Eight dan petugas wanita mengejar Seven. “Lucky me!” teriak Seven dengan percaya diri. Setelah berlari cukup jauh, Seven berhenti untuk menggoda petugas cantik itu. “Enough! I give up for you, sweetie,” ucap Seven sambil tersenyum menggoda. Seven adalah seorang playboy super tampan dan berkharismatik dengan postur tubuh atletis dan kulit putih. Mungkin tingginya sekitar 188-190 cm dan suara medium bass yang seksi. Lesung pipi dan senyuman manis dari bibir belah pria itu membuat para kaum hawa gagal fokus. Petugas wanita bernama Jenny terus mengacungkan pistol tanpa melepaskan pandangan matanya.
Seven terbangun dalam keadaan tangan dan kakinya terikat pada kursi besi. Sebuah seatbelt menahan tubuhnya agar tetap bersandar dan dua kabel elektromagnetik menempel di kedua pelipis matanya. “Fuccckkkkk!” Seorang pria tertawa penuh kegilaan muncul dari kegelapan. “Seven, kau akan mati di tanganku hari ini HAHAHAHA. Nyalakan listriknya!” Brzztt! Brzzttt! Seven disetrum hingga kedua bola matanya sempat menghilang ke atas. “HAHAHAHA It’s very fun!” Seven mengambil napas dan berteriak, “Persetan denganmu! Masalah kita sudah selesai dua tahun yang lalu, hanya pecundang yang gemar mengun
Eight berhasil menyeret Seven masuk ke dalam lift. Ia menampar-nampar wajah rupawan itu, “Sev, wake up! Jika kau pingsan, aku akan meninggalkanmu disini.” Seven tetap tidak bergerak, Eight terpaksa menyuntikkan cairan ajaib ke dalam tubuhnya. Seven terbangun dengan mata terbuka lebar. Eight dan Seven berhasil masuk ke dalam mobil yang terparkir di halaman depan gedung. Berbagai suara sirine berdengung dan peringatan menghantui jalan berkelok-kelok yang memutari pegunungan itu. Helikopter tentara menyoroti buggati hitam mereka dari atas dan mobil polisi mengejar mereka dari belakang. Sementara, Black Cat diam-diam mencari jalan pintas untuk menghadang mobil mereka dari depan. &nbs
(Lima tahun kemudian) Midsummer Collection, San Francisco. “Selamat malam para hadirin, selamat datang di Midsummer Collection 2023. Kami harap koleksi baru dari Lady Vittoria Joa Shue selaku designer utama dapat memberikan kepuasan bagi anda semua. New mode brighten day!” Sesi pembuka diawali dengan kata sambutan dan musik disco klasik. Satu persatu model mulai berjalan di atas panggung catwalk. Para hadirin membelalakkan mata karena takjub dengan koleksi unisex season ini. Aku sangat menyukai momen ini, ingin rasanya kupotret untuk dipajang di seluruh dinding kamar tidurku. Sesi penutup acara pun tiba, saatnya bagiku tampil untuk menyambut kesediaan para partisipan malam ini. “Mari kita sambut, Vittoria~ Joa~ Shue!”
Waiting room “Sialan! Ambilkan aku tissue basah!” bentakku sambil menendang pintu masuk. Asisten pribadi sekaligus bodyguardku bernama Joke Leign, hanya dia yang tahan bekerja denganku selama 3 tahun belakangan. “Bersihkan bahuku,” ucapku dengan volume suara sedikit diturunkan. “Benar-benar membuat emosi, mood-ku kacau sekali. Biarkan aku sendiri,” terangku. Joke berdiri dan mengusir mereka satu persatu. Lalu, menutup pintu dan duduk di sofa seberangku. “Kau juga tidak ikut keluar?” bentakku sambil melempar setumpuk brosur ke samping. “Sudahi aktingmu, tidak ada orang disini. Tidak ada kamera pengintai j