Hari ini Jay berencena ingin mengunjungi Priscilla di rumah sakit, ia membawa satu buket bunga sebagai permintaan maaf untuk Priscilla. Jay tentu tidak tau apakah cara ini akan berhasil atau tidak, dan jika tidak Jay akan berusaha mencari cara yang lain demi bisa mendapatkan maaf dari Priscilla.
"Mau kemana?" tanya Niko yang masih sibuk sarapan di meja makan.
"Mau ke rumah sakit liat Priscilla," sahut Jay.
"Ya udah titip salam dari saya buat dia ya. Oh iya Jay, tadi pak Andrew berpesan kalau pagi ini kamu harus datang ke kantornya. Tapi karena kamu mau menemui Priscilla dulu, jadi biar saya yang akan menyampaikannya pada pak Andrew alasan keterlambatan kamu." jelasnya.
"Hmm," Jay mengangguk dengan mulut penuh roti, sengaja ia makan buru-buru agar bisa cepat menemui Priscilla.
"Jangan lupa kasih makan molly sebelum berangkat Nik!" titahnya.
"Silahkan duduk," ucap Abimana, Jay kini duduk berhadapan dengan dokter muda tersebut."Sebelum saya memberitahukan tentang kondisi Priscilla, boleh saya tau dulu anda siapanya?" tanya Abimana.Jay terdiam, ia bingung bagaimana menjelaskan pada Abimana tentang siapa dirinya. Jika Jay bilang kalau ia adalah teman Priscilla, Jay rasanya tidak rela disebut teman. Namun jika menyebut dirinya pacar atau calon suami Priscilla juga tidak mungkin, karena yang Abimana tau Priscilla adalah tunangan Ares."Saudara Jay?" panggil Abimana."Saya orang terdekatnya, lebih dekat dari siapapun." jawab Jay."Anda kakak kandungnya? karena tadi saya dengar anda menyebut diri anda kakak pada Priscilla?"Jay mulai agak kesal dengan pertanyaan Abimana, apa hubungannya tentang siapa dirinya bagi Priscilla dengan kondisi Priscilla."Bisa tolong jelaskan saja keadaannya? tidak penting kan saya siapa, lagipula saya sudah bilang kala
Stefan menggandeng erat Sherin ke dalam rumah seakan tidak ingin istrinya itu terluka sedikitpun, mereka baru saja pulang berlibur dari luar negri sebagai hadiah untuk Sherin atas kehamilannya. Lilyana menyambut mereka dengan hangat, sikapnya pada Sherin juga berubah menjadi sangat baik. Tidak ada lagi Sherin yang murung, tidak ada lagi Sherin yang tersakiti oleh perlakuan keluarga Dinata. Namun ada satu orang yang iri akan kehamilan Sherin yaitu Stefani, semenjak Sherin hamil Lilyana jadi bersikap agak cuek padanya. Stefani tadinya ikut berbahagia atas kehamilan iparnya itu, tapi melihat sikap ibunya yang berubah ia jadi sedikit agak tersakiti."Bayi itu padahal belum lahir, tapi sudah disanjung-sanjung sedemikian rupa." gumam Stefani, lalu menghela nafas berat."Sherin, kamu mau apa sayang? biar mami sediain apapun yang kamu mau." tawar Lilyana."Sherin gak pengen apa-apa kok mi, tapi kayaknya Sherin pengen banget makan seafood.""Oke, sekarang juga kita berangkat
Dua minggu berlalu, keadaan Priscilla mulai berangsur membaik berkat perawatan yang Abimana berikan. Di balik usaha Abimana, Jay juga punya andil dalam menangani kesembuhan mental Priscilla. Jay mendatangkan seorang psikolog dan psikiater terkenal untuk menangani Priscilla, karena Jay tidak tau mana yang Priscilla butuhkan jadi Jay memutuskan untuk mengutus keduanya dalam menangani Priscilla. Setiap hari yang Jay lakukan hanya memandangi Priscilla dari balik kaca pintu kamarnya, dan betapa bahagianya Jay saat sebuah senyuman tipis terukir di bibir Priscilla setelah sekian lama ia hanya diam dan menangis. "Priscilla belum sepenuhnya sembuh dari trauma yang dialaminya, tapi saya cukup senang bisa melihatnya senyum untuk yang pertama kalinya. Saya masih ingat sekali saat pertama kali Priscilla datang ke rumah sakit ini, keadaannya sangat memprihatinkan." ujar Abimana seraya memandangi wajah Priscilla dari jauh. Jay tidak menyahuti ucapan Abimana, ia masih sibuk mema
"Morning, Priscilla." sapa Abimana."Morning too dokter Abimana," sahut Priscilla tanpa menoleh sedikitpun, ia masih sibuk membaca novel yang perawat Lia bawakan kemarin."Serius banget bacanya, bagus ya novel yang perawat Lia bawakan?" tanya Abimana tapi hanya di balas anggukan kepala oleh Priscilla.Abimana melepas jarum infus yang menancap di urat nadi tangan kiri Priscilla, sebenarnya ini tugas perawat tapi karena Priscilla adalah pasien istimewa jadi Abimana yang turun langsung menangani semua kebutuhannya."Kamu sudah sarapan?"Priscilla menutup buku novelnya, tapi sebelum itu Priscilla meletakkan dulu sebuah markah buku untuk menandai halaman yang terakhir ia baca."Belum, perawat Ghea belum membawakan saya makanan dokter Abimana." Senyumnya tipis, wajah Priscilla nampak pucat dan sedikit kurus."Mau sarapan bareng say
Leonard mengaduk semen yang akan di gunakan untuk membangun sebuah gedung perkantoran, seorang bos yang dulu bergelimang harta Kini berubah menjadi seorang buruh kasar dengan gaji yang tidak seberapa. Hari ini Leonard akan menerima gaji pertamanya sebagai buruh kasar, tidak banyak namun cukup untuk hidup berdua. Ya, Leonard akan menjemput Priscilla untuk tinggal bersamanya. Leonard menyewa sebuah kontrakan tiga petak di belakang warung makan Nadine, untuk kebutuhan makan Nadine biasanya mengirimkan Leonard lauk pauk dari warungnya. Terkadang jika sedang libur Leonard membantu Nadine di warung, mengantarkan pesanan makanan ke pelanggan Nadine menggunakan motor.Setelah semua lepas dari genggamannya, Leonard baru menyadari betapa buruk perlakuannya dulu pada Priscilla dan Julie. Menyelingkuhi Julie saat istrinya itu tengah sakit parah, membuang Priscilla saat hidupnya sedang terpuruk dan membuat Priscilla menderita di tangan seorang lelaki biadab hing
Diandra membongkar isi dompet Jay kecuali di bagian ATM dan uang tunai, pertama-tama Diandra mengambil kartu nama dan identitas Jay untuk mengetahui alamatnya. Setelah mengetahui alamat rumah Jay, lalu ia mengambil dua lembar foto ukuran dompet yang ada di dalam dompet Jay."Wah, ini Jayden? ganteng banget!" pekiknya, yang Diandra lihat saat ini adalah foto Jay saat kuliah. Penampilannya masih nampak polos, tanpa piercing dan tatonya juga belum terlalu banyak.Tapi Diandra nampak tidak suka saat melihat foto yang kedua, itu adalah foto selfie Priscilla dan Jay saat masih tinggal bersama. Diandra merobek foto itu hingga hancur tidak terbentuk, wajahnya mendadak berubah badmood.Diandra baru menyadari nama belakang Jay adalah Dinata, yang Diandra tau Dinata itu adalah nama belakang seorang pengusaha yang cukup terkenal dan sukses. Diandra mengambil ponselnya dan mencari tau tentang Jay di internet, berita tent
Diandra memarkirkan mobil sedan miliknya, dan melenggang masuk ke gedung perkantoran milik Andrew. Hari ini ia mengenakan rok span setengah paha dan atasan crop top berwarna pastel, tidak lupa juga ia mengenakan blazer untuk menutupi sedikit bagian atas tubuhnya. Diandra harus terlihat tampil seksi namun juga elegan saat bertemu Jay, rambut panjang bergelombangnya ia gerai dengan kacamata tersemat di atas kepalanya."Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang resepsionis."Saya ingin bertemu Jayden, apa dia sedang berada di kantor saat ini?""Pak Jayden ada di ruangannya saat ini, mohon tunggu sebentar nyonya."'Sial, aku udah tampil secantik ini kok dipanggil nyonya. Emang muka aku tua banget apa?!' gerutu Diandra dalam hati."Maaf, dengan nyonya siapa?""Bilang saja saya orang yang menemukan dompetnya di cafe," sahut Diandra ketus.
Jay tidak henti-hentinya menatap Priscilla yang tengah menyantap black forest di hadapannya, tidak sedetikpun Jay mengalihkan perhatiannya pada Priscilla sampai makanan yang ia pesan kini sudah dingin. Priscilla tentu salah tingkah di perhatikan seperti ini, tapi ia tahan kegugupannya di depan Jay dan tetap terlihat biasa saja."Makan yang banyak ya?" ucap Jay seraya tersenyum."Aku udah makan tiga piring emang masih kurang banyak di mata kakak?"Jay hanya tertawa sekaligus terkejut melihat mie kuah yang ada di depannya sudah sangat mekar, lantas ia menyingkirkan mie itu dan malah mengambil black forest milik Priscilla."Kakak!" Priscilla menepis punggung tangan Jay dengan garpu plastik."Kakak mau juga Sil black forestnya,""Pesen lagi aja ih," gerutu Priscilla sembari menarik cake itu lagi ke hadapannya."Gak mau, kakak mau