Share

Hidden Secret
Hidden Secret
Penulis: Enura

TINGGAL

“Lepaskan mama dan papaku!” Suara anak laki-laki meminta penuh permohonan. Dia berusaha untuk menahan diri demi kedua orang tua.

“Mereka akan menjadi sandera yang bagus untuk saat ini.” Suara tawa pun menggelegar memenuhi ruangan.

“Untuk apa? Kamu sudah mengambilku! Cepat lepaskan mereka!” Kali ini dia tak bisa menahannya, dengan menunjukkan gigi dan mata yang menatap tajam, amarahnya mulai menguar.

“Baiklah, aku akan melepaskan mereka. Tapi, kamu harus tanda tangan kontrak ini.” Pria itu melakukan penawaran.

“Kontrak? Kontrak apa maksudmu?” tanya si anak laki-laki heran.

“Kontrak hidupmu dan orang tuamu. Jika sekali saja kamu melanggar, membunuh mereka bukanlah menjadi hal yang sulit untukku.” Dengan arogan kalimat terucap bukan untuk mengancam, tetapi, menunjukkan kekuasaan.

“Kenapa kau melakukan ini kepadaku? Apa salahku?” Anak laki-laki yang tidak mengerti maksud dari ancaman itu bertanya lagi.

“Ya, kamu tidak bersalah. Hanya saja, kamu begitu istimewa dengan otak itu. Jika aku bisa mengambil otak itu dan menggunakannya, itu akan sangat bagus untukku,” ucap lelaki berjas itu dengan tertawa.

“Dasar biadab! Kembalikan aku kepada orang tuaku. Jika tidak, mereka akan merasa sangat kehilangan.” Permohonan masih terdengar dari nada memelas anak laki-laki itu.

“Kehilangan?” Suara tawa keras Kembali terdengar. “Itulah tujuanku, membuat mereka yang memiliki merasakan kehilangan. Ya, agar mereka tahu, betapa berartinya suatu kehadiran. Cepat tanda tangani kontrak, kemudain aku akan melepaskan orang tuamu.” Pria itu benar-benar tak akan melepaskan tanpa mendapatkan yang ia mau.

***

Hujan deras disertai angin, mengguyur jalanan kota malam ini. Sejak 6 bulan yang lalu, keluarga ini terus menerus berpindah tempat tinggal.

“Oek … oek … oek ….” Suara riuh tangisan bayi yang tengah digendong ibunya. Ayah bayi tersebut sedang menyetir mobil dengan tatapan tajam.

“Tenanglah, sayang, ibu ada di sini bersamamu. Ibu akan menjagamu,” ucap ibu bayi itu sembari mengecup keningnya.

Enam jam sudah keluarga tersebut melakukan perjalanan, entah kenapa ayah bayi itu menahan isak tangis.

Chitt…

Suara rem mobil yang diinjak sedikit keras pun terdengar. Keluarga kecil itu sudah sampai di kota yang akan mereka tempati dan memutuskan untuk menetap. Berbulan – bulan keluarga ini mencari tempat untuk mereka tinggali. Sampai mereka pun menemukan tempat yang layak, untuk tinggal dan menjaga bayi mereka yang bernama Liana.

***

“Liana sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang rendah hati dan murah senyum. Begi pula dengan kemampuan yang dia miliki. Prestasi yang diperoleh juga bukan sesuatu yang biasa. Akademik, pengembangan bakat atau ekstrakulikuler, seni terlebih lagi dia memiliki kemampuan yang tidak biasa di bidang pengaplikasian IT. Ini yang selalu mengganggu pikiranku,” ucap ibu gadis itu.

“Itu juga mengganggu pikiran papa. Selama bertahun-tahun, kita sudah kehilangan anak laki-laki dan perempuan kita. Namun, papa tidak akan membiarkan itu terjadi lagi,” ucap papa menepuk-nepuk bahu mama.

Sejak hari itu, Liana dituntut untuk menjauhi praktik – praktik yang berbau ilmu teknologi. Sejak keluarga tersebut menatap di kota ini, Papa dan Mama Liana mendirikan sebuah Yayasan Pelatihan Bakat dan Minat.

Sudah 16 tahun berdiri, yayasan tersebut sangatlah unik karena di dalamnya berisi seluruh peminatan anak mulai dari usia dini hingga dewasa. Liana sendiri sudah beranjak SMA. Ia diterima disalah satu SMA favorit di kota dengan predikat yang sangat baik.

Tidak! Mama, Papa, jangan tinggalkan Liana seorang diri. Liana tidak mau sendirian. Tidak! Tidak boleh! Kalian tidak boleh pergi! Mama, Papa!. Liana terbangun dengan keringat yang bercucuran. Ia merasa sangat ketakutan, karena mimpi itu terus berdatangan sejak ia berusia 10 tahun.

Tok … tok … tok …

Dengan tubuh gemetaran, ia menatap pintu kamar sembari menarik selimutnya.

“Ternyata kau masih hidup. Untunglah, aku akan membawamu di waktu yang tepat. Tunggu, dan lihat, apa yang akan terjadi.” Suara seorang pria sambil menyeret sebuah tongkat, dan membawa sebilah pisau, kemudian perlahan mendekati Liana.

“Tidak…,” teriak Liana ketika pria itu menusuk lehernya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status