Share

Bab 4

Penulis: Bhay Hamid
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-19 11:42:38

Lima pasukan kuno segera mengemasi temanya seperti sedang membungkus ikan asin di pasar, mereka segera meninggalkan neraka di sore itu dengan wajah yang babak belur dan penuh dengan ketakutan.

“Kanda darimana kanda mempelajari Gerakan itu, dan bagaimana kanda begitu lentur menggunakan daun busur ini hingga membuat pasukan yang mengerikan itu tidak berarti di hadapan kanda.”

“Aini istriku yang cantik setelah aku bangun dari matiku kemarin aku mempelajari banyak hal tentang ini.” Sambil menyentuh da…yang lembut membuat Aini memerah padam

“Kanda jangan seperti ini aku malu sama kak Aina.”

Aina yang melihat itu juga menelan ludah dan menundukkan kepalanya tidak berani menatap lelaki gagah dan kuat didepannya.

“Andai malam itu datang apakah kami bertiga mampu menandingi lelaki ini” Aina termenung didalam tunduknya.

Kemudian Raka memeluk Aina dengan penuh gairah dan menyentuh buah da…yang membuat ia sedikit terbang seakan lepas nyawanya.

Kanda jangan begitu malu dilihat orang.”

Raka selalu agresif setelah siuman dari mati surinya seolah-olah dia tidak pernah melihat hal ini di dunia modern. Namun ada benarnya dia di dunia modern hanya melihat Wanita begitu saja tidak menarik minatnya karena Wanita dizaman modern susah diprediksi dan bahkan bisa membahayakan karirnya jika salah memilih pasangan.

Namun di zaman kuno ini, para wanitanya sebegitu lugu dan bahkan sangat terbuka bagian-bagian tertentu sehingga membuat libido Raka siap meledak kapan saja dan dimana saja.

Aiiihhhhh sudah lah sekarang aku harus focus membangun rumah ini dan memperbaiki keadaan sebelum para bajingan itu datang lagi.

“Ahhh sudah lah sini biar aku yang mengangkat Andini, segera buka pintu nya dan segera rebus air hangat untuk kita makan dan siapkan segera hidangan dari daging kijang ini.”

Baik kanda.

Raka membopong Andini yang belum sadarkan diri dan menidurkannya di ranjang dekat perapian ranjang itu terbuat dari susunan kayu yang sudah lama.

Ya karena rumah itu pemberian Lurah Wiroguno subuah rumah dengan halaman luas dan terdiri dari tiga kamar.

Namun rumah ini sudah sangat lama tidak digunakan baru satu bulan lebih mereka berempat merawatnya namun pemilik asli tubuh Raka malah mati di pukuli mandor dan warga sekitar karena kedapatan mencuri ayam.

“Kanda …Andini memeluk perut Raka yang berotot kemudian meringkung di sampingnya.” Andini baru tersadar dari pingsannya

Bagaimana dengan lima orang tadi kanda. Sambil memejamkan mata.”

Sudah tenang saja mereka sudah pulang dan kita aman untuk saat ini.”

Tapi kanda berarti mereka masih akan ke sini lagi.”

Ya..sambil mengelus punggung istri ketiganya ini dengan penuh kasih sayang.”

Setelah beberapa saat Aina dan Aini segera menghidangkan makanan di depan perapian dari abut merah dengan lampu minyak yang remang-remang.

“Kanda makanan sudah siap mari kita makan,”

Raka menatap mereka berdua dengan tatapan kasih dan sayang melihat istrinya makin malam makin cantik.

“Kalian berdua suguh cantik dan merupakan anugrah untuk ku.” Aku akan menjaga kalian bertiga sampai kapan pun.

Tiga bersaudari ini pun memeluk Raka dengan erat buah da…mereka saling menghimpit Raka hingga raka terbatuk karena sesak disebabkan dekapan mereka berdua yang tiba-tiba berhamburan memeluk Raka.

Sudah-sudah hentikan kita makan dulu sebelum daging kijang ini menjadi dingin.”

“Iya kanda wajah Aina dan Aini memerah” Namun diselimuti kepuasan tersendiri.

“Hei Bungsu apakah kamu tidak lapar. Memeluk ku sedari tadi ayo kita makan.”

Baik kanda ujar Andini. Mereka pun makan dengan lahap dan tanpa sadar mereka menghabiskan satu bakul nasi dan beberpa potong daging kijang.

“Luar biasa semua ini enak sekali, Raka menyela di Tengah-tengah kesibukan makan mereka.

“Heem terdengar suara menggemaskan seperti desa…”

Membuat Raka terseyum dan terkekeh melihat Tripel A makan begitu lahap dan sepertinya mereka tidak pernah makan daging kijang dan Raka juga merasakan hal yang sama namun Raka masih dapat mengenadalikan diri.

“wah wah wah ternyata ketiga istriku sudah siap untuk memberikan keturunan kepada ku”

Uhuk…Ketika bersaudari itu terbatuk dan Raka segera memeberikan minum kepada mereka.

Mereka kemudian memerah wajahnya dan berujar.” Kanda jangan begitu nanti kami mati jantungan loh.” Ahhhh tidak iya iya lain kali tidak lagi maafkan kanda.

Mendengar ucapan gontai Raka mereka malah terkekeh melihat suaminya takut kehilangan intan di hadapannya.

“Ahhhh perut ku…tiga bersaudari kekenyangan.”

Sedangkan Raka sudah selsai sedari tadi dan melihat wajah ketiga istrinya yang kelelahan karena kenyang.

Kemudian tiga bersaudari itu menghampiri ranjang dan langsung menarik selimut lalu tidur.

Raka melihat kejadian ini hanya tersenyum tipis sambil marapikan semua yang ada di depan tungku perapian dan membawanya kedapur dan Raka menyaksikan betapa bersih dapur mereka walaupun rumah mereka reot.

“Wajar saja mereka terlihat bersih dan cantik dapur ini saja begitu rapi dan bersih.” Sungguh keberuntungan tidak akan datang dua kali gumam Raka.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Hasanudin Along
awal yg bagus, semoga bab2 berikutnya tidak membully mc, kayak novel sebelah yg temanya sama tapi kuhentikan mengikutinya.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 286

    Di tengah gemuruh pembangunan dan geliat kehidupan yang baru di Giri Amerta, Raka tidak hanya sibuk dengan pertahanan fisik. Ia juga membenahi struktur pemerintahan demi efisiensi dan kekuatan yang lebih besar.Sebuah perubahan besar terjadi Kota Giri Amerta yang luas kini resmi dibagi menjadi tiga distrik baru yang strategis."Para penasihat, para jenderal, dan kalian semua, dengarkanlah!" seru Raka di balairung istana yang dipenuhi para petinggi.”"Untuk meningkatkan kesejahteraan dan pertahanan kita, Giri Amerta akan dibagi menjadi tiga distrik besar. Distrik Anggur, Distrik Kali Bening, dan Distrik Petir."Suara bisik-bisik riuh terdengar. Ini adalah perubahan besar yang akan mengubah wajah kerajaan. Dan yang lebih penting, para pemimpinnya kini sudah berganti, orang-orang kepercayaan Raka ditempatkan di posisi kunci."Setiap distrik akan memiliki otonomi dan tanggung jawabnya sendiri, di bawah pengawasan langsung dari pusat," tambah Raka, mengangguk pada Rama dan Tama yang berdiri

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 285

    Di balik gerbang megah dan jembatan kokoh yang baru dibangun, Desa Petir kini menjelma menjadi permata di perbatasan Giri Amerta. Sebuah benteng kokoh kini mengelilingi seluruh Desa Petir, bagaikan pelukan baja yang melindungi setiap jengkal tanahnya.Tembok-tembok tinggi menjulang, menara-menara pengawas berdiri tegak, dan parit dalam mengelilingi perimeter, menjadikannya sebuah pos pertahanan yang nyaris tak tertembus.Penduduk desa, yang berjumlah lebih dari 200 kepala keluarga, kini menatap benteng itu dengan penuh kebanggaan. Mereka telah menjadi bagian dari pembangunan ini, keringat mereka tumpah demi masa depan yang lebih baik."Ki Wulan, lihatlah! Benteng kita ini lebih kokoh dari benteng di ibu kota Kemusuk!" seru seorang pemuda, Ki Jaka, kepada tetangganya.Nyi Sari, seorang ibu muda, mengangguk setuju sambil memeluk anaknya. "Siapa sangka, desa kita yang dulu hancur, kini sekuat ini. Kita aman di sini."Kebanggaan itu terpancar dari setiap wajah, sebuah bukti nyata dari visi

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 284

    Di bawah naungan matahari Giri Amerta, Desa Petir yang dulu porak-poranda kini menggeliat bangkit dari puing-puingnya. Penguasaan penuh Kota Giri Amerta atas Desa Petir semakin solid.Di bawah arahan langsung Raka, yang tak pernah lelah mengawasi, serta bantuan Rama dan Tama, desa ini perlahan tapi pasti berdiri kembali dengan wajah baru, lebih kokoh dan teratur dari sebelumnya.Setiap pagi, asap mengepul dari dapur-dapur rumah yang baru dibangun. Anak-anak berlarian riang di jalanan tanah yang mulai rata, dan suara tawa bercampur dengan dentingan palu serta ayunan kapak. Para pekerja, baik prajurit maupun penduduk sipil, bekerja bahu-membahu."Ki Lurah, pastikan semua bahan bangunan tersedia besok pagi," kata Rama kepada Ki Lurah desa, yang dulu sempat mengungsi namun kini kembali dengan semangat baru. "Pembangunan balai pertemuan harus selesai sebelum musim hujan tiba.""Siap, Gusti Pangeran! Rakyat sangat bersemangat. Mereka melihat sendiri bagaimana Paduka Raka peduli pada kami,"

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 283

    Di tengah hutan belantara yang lebat, di perbatasan antara Kerajaan Giri Amerta dan Kadipaten Kemusuk, geliat aktivitas tak pernah berhenti. Sejak fajar menyingsing hingga rembulan menggantung tinggi.Ribuan tangan bekerja keras di bawah arahan langsung Raka. Mereka sedang membangun sebuah benteng raksasa di Hutan Walet, sebuah mahakarya pertahanan yang akan menjadi simbol kekuatan dan kewaspadaan Giri Amerta.Batu-batu besar diangkut dari pegunungan, kayu-kayu kokoh ditebang dari hutan, dan tanah digali tanpa henti. Dentingan pahat beradu, pekik pekerja menggema, menciptakan simfoni pembangunan yang penuh semangat."Ki Mandor, pastikan fondasinya kokoh! Ini bukan sekadar tembok, tapi jantung pertahanan kita!" teriak Rama, putranya, yang kini juga ikut mengawasi pembangunan."Siap, Gusti Pangeran! Fondasi ini akan sekuat karang!" jawab Ki Mandor, mengusap peluh di dahinya.Raka memandang hasil kerja keras pasukannya dengan puas. Ia tahu betul, benteng ini bukan hanya untuk melindungi

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 282

    Ambisi Aryo kini telah mencapai puncaknya, menguasai setiap relung jiwanya. Ia tak hanya menginginkan kemenangan militer, tetapi juga kekuasaan mutlak di Kerajaan Surya Manggala.Untuk mencapai tujuan itu, ia melancarkan intrik politik yang licik, menjadikan Permaisuri sebagai boneka politiknya."Permaisuri, ini adalah titah kerajaan," ujar Aryo dengan suara lembut namun mengandung ancaman terselubung.Saat ia menyerahkan gulungan perintah kepada Permaisuri di ruang pribadi sang ratu. "Paduka harus menandatanganinya. Ini demi kekuatan maksimal Surya Manggala."Permaisuri, dengan wajah pucat dan mata sendu, memandangi gulungan itu. Isinya adalah perintah untuk menempatkan orang-orang kepercayaan Aryo di posisi-posisi kunci dalam pemerintahan, dan mencopot para penasihat lama yang loyal pada mendiang Raja. Ia tahu, menolak berarti mengundang bencana."Tapi, Pangeran... apakah ini tidak terlalu terburu-buru?" tanya Permaisuri, suaranya nyaris berbisik.Aryo tersenyum sinis. "Terburu-buru

  • Hidup Kembali di Zaman Kuno   Bab 281

    Setahun berlalu, dan janji Aryo mulai menunjukkan hasilnya, meski dengan cara yang penuh intrik. Ia tak hanya menunggu bantuan Negeri Angin, tetapi juga mengerahkan segala daya upaya untuk memperkuat pasukannya.Inovasi militer Aryo sungguh mengejutkan banyak pihak. Ia tak segan menggunakan taktik kotor meniru dan bahkan mencuri teknologi senjata dari Giri Amerta.Di ruang rahasia yang gelap, Aryo mengamati para pandai besi Surya Manggala yang bekerja keras meniru cetak biru senjata-senjata Giri Amerta."Cepatlah! Aku ingin setiap prajurit kita dilengkapi dengan senjata terbaik, bahkan lebih baik dari milik Raka!" perintah Aryo, matanya berkilat ambisi.Ki Jaya, seorang ahli persenjataan yang loyal pada Aryo, melaporkan, "Ampun, Pangeran. Setelah berhasil mendapatkan cetak biru dari pengintai kita, kami hampir menyelesaikan pembuatan busur panjang khusus Giri Amerta. Akurasinya sungguh mengagumkan.""Bagus! Dan bagaimana dengan tameng baja mereka? Apakah sudah bisa kita tiru?" tanya A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status