Share

Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku
Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku
Author: SenjaPa

Bab 1

Author: SenjaPa
last update Last Updated: 2022-08-01 04:19:41

"Mas, tolong nanti sepulang kerja belikan aku vitamin yang seperti biasanya, ya!"

"Iya Dek, nanti aku belikan," jawabku malas.

Aku sebetulnya capek sekali, diminta tolongin ini itu oleh Istriku, Sari. Dari yang ngepel, bantuin jemur baju, apalagi yang paling aku kurang suka, aku sering bantuin begadang kalau anakku sedang rewel. Capek memang, tapi mau gimana lagi, sekarang aku sudah bergelar "Ayah". Jadi, mau nggak mau tetep aku kerjakan. Ya, meski aku kadang pura-pura tidak tahu supaya aku tidak terlalu direpotkan olehnya.

Sebelumnya, aku sudah sepakat dengan Sari untuk menunda memiliki momongan. Ya, paling enggak minimal dua tahun. Aku berencana ingin menghabiskan hari-hariku sebagai suami, berpacaran halal dengan dia, tanpa adanya gangguan suara tangis bayi. Supaya aku pun jika nanti punya anak, aku pun sudah siap.

Namun, rencana itu hanya tinggal rencana. Takdir berkehendak lain, Sari dinyatakan positif hamil, saat usia pernikahan kita baru memasuki usia enam bulan.

Aku pertamanya terkejut kenapa kok dia bisa hamil, padahal aku tak pernah lupa untuk mengingatkannya selalu rutin minum pil KB.

Ya, terus terang juga aku dulu dijodohkan oleh keluargaku. Aku kenal dengan Sari masih hitungan minggu namun keluargaku dan keluarga Sari sudah langsung mendesak aku untuk segera menghalalkannya.

Memang sih, si Sari cantik, kalem, banyak deh nilai plusnya. Tapi aku masih belum ingin menikah. Aku masih ingin membujang karena dalam pikiranku menikah selain ibadah juga bisa menjadi beban. Ibadah kalau dijalani dengan ikhlas beban jika kalau terpaksa seperti ini.

Umurku masih terbilang muda, aku sekarang masih berusia 25 tahun. Aku bercita-cita menikah di usia 29 tahun dengan wanita pilihanku. Namun, ya itu lagi gagal karena dijodohkan.

Sempat sih, aku menolak dengan perjodohan itu, tapi Ayahku terus saja mendesak. Katanya, "Mau kapan lagi mendapatkan istri sebaik dan secantik Sari?" Entahlah ini yang kelihatannya yang ngebet nikah aku apa Ayahku, bener-bener bikin aku pusing.

Karena banyaknya desakan dari orang sekitar, mau gimana lagi, akhirnya aku pun memutuskan mau menerima perjodohan itu meski dengan terpaksa.

Baru saja bilang "mau" langsung saja Ayahku menelfon pihak keluarga Sari untuk datang ke rumahku melaksanakan lamaran dengan acara yang sederhana. Akhirnya lamaran itu terjadi, dan tanggal pernikahan langsung ditetapkan sebulan setelah lamaran. Benar-benar kala itu aku belum siap sama sekali.

Apalagi jika mengingat saat Dokter menyatakan kalau Sari positif hamil, dalam hatiku langsung marah kepada Sari. Aku sempat berfikir anak yang dikandungnya bukan anakku. Tapi mana mungkin, Sari orangnya kuper, selama ini dia tidak pernah keluar dari rumah tanpaku dan tanpa ijin dariku. Jadi pasti jelas itu anak aku dengan dia.

"Dek, kamu kenapa, kok lihat nasi langsung mual?" tanyaku kala itu.

"Entah Mas, gak hanya nasi, Mas, tapi juga kalau bau telor goreng rasanya perutku seperti diaduk-aduk," ucapnya.

"Jangan-jangan kamu hamil ya, Dek?" tanyaku curiga.

"Mana mungkin aku hamil, Mas. Aku kan selalu rutin minum obat KB, mana mungkin aku bisa hamil," tandasnya.

Tak cukup di situ, setiap pagi dia selalu berkeluh kesah kalau dia sedang masuk angin. Masak iya, tiap hari masuk angin. Aku pun mulai melihat perubahan bentuk badan Sari. Apalagi bagian perut aku perhatikan sekarang lebih berisi.

Atas kecurigaan aku itu, aku langsung berinisiatif mengajaknya ke dokter. Pertama dia menolak ajakanku. Namun, setelah perdebatan yang cukup panjang dia pun akhirnya setuju.

Setelah diperiksa Dokter, dan menunjukkan kalau beneran Sari positif hamil, aku langsung kesal dan tak bergairah lagi. Rasanya gemes sekali kepingin mencubit tangannya dengan kencang karena dia telah berbohong kepadaku.

Kali ini aku mau membalas perbuatan Sari kepadaku. Aku mau pulang malam hari ini. Ingin cari udara bebas sejenak.

"Dek, tapi nanti Mas pulang agak malam, nggak apa-apa ya! alasanku biar tidak direpotkan Sari.

"Iya, Mas, tidak apa-apa," jawabnya.

Seperti biasa, Sari tidak pernah menaruh curiga kepadaku. Padahal saat aku jenuh seperti ini, tak jarang aku pulang larut malam dengan alasan meeting.

Untung saja, Sari menyuruhku ke apotek, jadi aku bisa sekali jalan membeli vitamin dan pil KB. Apalagi pil KB Hana sudah hampir habis jadi sekalian bisa buat stok.

[Mas, nanti Hana tunggu di tempat biasa, ya!] ku lihat pesan singkat dari Hana.

Rasanya senang sekali mendapat pesan seperti itu dari Hana. Memang dia wanita yang bisa diandalkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Fahmi
Sari menyuruhku keapotik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 70

    Poh HanaPov HanaTerpaksa hari ini aku mau diajak menginap lagi di hotel ini menemani lelaki tua ini. Selain uang, aku tak ingin jika harga diriku di kosan menjadi jelek gara-gara ulahnya."Aku tunggu di depan ya, Sayang," katanya saat aku masih merapikan penampilanku. Aku hanya diam tak menjawab perkataannya."Jangan, lama-lama siap-siapnya!" katanya lagi sambil berlalu."Iya," jawabku singkat.Ku lihat ponselku masih saja sepi, sama sekali tidak ada pesan masuk dari lelaki yang biasa pergi denganku, salah satunya Nanang, lelaki yang masih aku cintai untuk saat ini.'Kamu sedang apa di sana sih, Nang? Tega sekali kamu tidak memberiku kabar. Apa ini karena ada Sari di sana hingga kamu lupa dengan kekasihmu ini?' batinku kesal.Ah sudahlah, ada baiknya juga jika dia tidak menghubungiku. Kalau begini kan aku bisa leluasa pergi kemanapun, tanpa ada bayang-bayang lelaki yang cemburuan itu.Pokoknya kalau aku sudah punya banyak uang dari lelaki tua ini, aku bakal pergi jauh hingga lelaki

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 69

    Pov Pak RudiPov Pak RudiSetiap pergi bersamanya aku tak lupa mengajaknya belanja. Namanya juga perempuan paling suka diajak belanja apalagi kalau dikasih uang gepokan, semua masalah langsung hilang seketika.***"Ayo, dimakan makanannya, Mi!" Ku lihat kekasihku hanya diam saja, tak sedikit pun menyentuh makanan yang sudah lima menit berada di meja depannya."Aku suapin ya, Mi," kataku sambil ku pegang tangannya dengan lembut.Aku yakin dia masih saja kepikiran dengan tawaranku semalam. Dia pasti bingung karena harus memilih menantu yang tak tahu d*iriku itu atau memilih uang yang aku punya.Katanya dia tidak menaruh hati ke pada menantuku itu, bagiku itu suatu kebohongan besar. Saat ku intip di rumah sakit, sorot mata kekasihku itu tidak seperti jika dengan seorang lelaki lainnya. Jelas terlihat kalau dia menaruh hati ke pada Nanang.Aku ini orang dewasa yang sudah berumur mana mungkin dia bisa membo

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 68

    Pov Hana"Kamu jangan gila, Pi! Kalau dibilang aku belum ya belum siap!" Aku kesal sekali mendengarkan perkataan lelaki ini."Sudahlah, Mi! Ini sudah malam, jangan, berisik!""Papi jangan aneh-aneh ya sama aku. Jika apa yang Papi bicarakan itu sampai terjadi, jangan harap Mami akan mau menemui Papi lagi," kataku yang tak memperdulikan perkataannya."Memangnya mau sampai kapan hubungan kita ini? Kamu itu harusnya seneng kalau ada laki-laki yang mau menghalalkan kamu, Mi. Walau cuman dengan nikah siri sudah cukup bagi papi, yang penting kita bisa sah sebagai suami istri walau hanya secara agama.""Meski nikah siri pun aku tidak mau, Pi!" Aku tetap menolak tawarannya. "Terserah! Ini sudah keputusan papi. Kalau Mami tidak mau, papi akan cari wanita yang lebih cantik dan lebih segalanya daripada Mami!""Terserah kalau itu mau Papi. Aku jamin tidak akan ada wanita yang lebih baik daripada mami," kataku setengah meninggi.

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 67

    Pov HanaKu perhatikan dari tempat tidur, lelaki tua itu mengambil bajunya kemudian dia kenakan. Rasanya dia beneran ingin pergi dari hotel ini."Pi!" teriakku. Aku pun bergegas menyusulnya."Papi!" Lelaki tua itu tetap tak menjawab panggilanku bahkan terus saja meneruskan aktifitasnya."Jangan, marah gitu dong, Pi. Mami itu hanya kecapekan saja, banyak pekerjaan di kantor yang membuat pikiran mami jadi pusing. Maaf ya, jika perkataan mami membuat Papi marah," rayuku."Papi, kok diam saja, sih!" kataku sambil memeluk tubuhnya dari belakang.Bukannya dia membalas pelukanku, malah dia justru menghempaskan tanganku."Papi jangan marah sama mami, ya. Mami itu sebenarnya juga sayang sama Papi. Mami dengan dia tidak ada hubungan yang serius. Hanya hubungan saling membutuhkan saja tanpa ada cinta. Sama seperti yang mami lakukan dengan yang lainnya, tanpa ada rasa cinta sama sekali," kataku. Aku berani berbicara seperti itu kare

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 66

    Pov Hana"Apa susahnya Mi jawab pertanyaan papi? Kalau Mami tidak kasih jawaban sekarang, yang ada papi tidak bisa tenang. Mami sudah tahu sendiri kan papi ini cinta mati sama Mami."Aku hanya terdiam menanggapi perkataannya."Ayolah, Mi. Memangnya yang masih dipikirin apa sih, Mi?" Dia sekarang terlihat lebih memaksa."Papi kan juga sudah punya segalanya. Punya perusahaan, punya uang banyak. Mami minta apapun pasti papi bakalan turuti. Minta mobil minta rumah pasti akan papi belikan.""Lihat, mata papi!"Tangannya melingkar ke pundakku dan menatapku dengan lekat."Papi ini sangat mencintai Mami. Nggak mau kalau ada lelaki lain menyentuh Mami selain papi. Di dunia ini hanya Mami yang papi cintai. Mami tahu sendiri kan, kalau istri papi itu selalu sibuk dengan usaha kuenya mana ada waktu untuk memperhatikan papi. Satu-satunya wanita yang selalu perhatian ya cuman Mami seorang," katanya lagi."Aku sih sebenarnya s

  • Hilangnya PIL KB Di Kantong Celanaku   Bab 65

    Pov Hana"Maaf, Ma. Aku harus ke luar kota sekarang. Soalnya ada pertemuan penting. Terus kabarin papa tentang perkembangannya. Nanti kalau papa longgar papa akan telepon Mama lagi ya.""Iya, Ma. Papa sedang nyetir ini.""Ya sudah ya, Ma." Kemudian sambungan telepon itu dia matikan."Maaf ya, Sayang. Ada sedikit gangguan.""Nggak apa-apa, kok," jawabku santai.Perjalanan untuk kami sampai di pusat pembelanjaan tidaklah lama, dan sekarang sudah sampai di tempat parkir.Tak lupa saat mah turun, dia selalu membukakan pintu untukku. Berasa seperti tuan putri saja aku dibuatnya."Papi kenapa repot-repot segala. Mami bisa buka sendiri.""Ah, tidak.apa-apalah, Mi. Sesekali kan boleh," jawabnya.Ku lihat dia memperhatikanku sangat detail hingga beberapa menit dia masih terpaku melihatku."Ada apa, Pi?" tanyaku heran."Mi, papi tadi nggak begitu memperhatikan penampilan Mami. Ya ampun,

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status