Share

Bab 2

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-27 15:41:40

 

 

"Hah istri," ucap Kirana sambil memandang wajah Mas Hanif.

 

Keduanya masih keheranan dan tak percaya kalau aku adalah istri pemilik rumah megah di salah satu komplek ini, bahkan rumah mereka saja masih belum seberapa megahnya dengan rumahku ini.

 

"Mas, Anda jangan bercanda deh, masa iya seorang nyonya rumah ini nyapu-nyapu halaman, penampilannya kucel lagi." Mas Hanif bersuara.

 

Kurang ajar sekali memang mulutnya itu, ia tak tahu saja jika di depan suami aku bisa lebih cantik dan sexy dari istri barunya, asalkan dimodali wanita mana pun bisa cantik.

 

Di luar saja penampilanku tertutup dan polosan, kalau di dalam kamar artis Hollywood pun kalah saing.

 

"Saya ga bercanda, dia ini istri saya apa perlu perlihatkan buku nikah kita," sahut Mas Lutfi sambil mengeratkan rangkulannya, kami tersenyum bersama.

 

Mas Hanif masih tak percaya, ia geleng-geleng kepala sambil meremas dagunya yang klemis.

 

"Terus kenapa tadi dia nyapu-nyapu di depan? Anda pasti bohong 'kan? Atau sebenarnya dia ini memang pembantu sekaligus wanita simpananmu, iya?" Mas Hanif menyeringai.

 

Aku dan Mas Lutfi saling pandang, di wajahnya lelakiku itu nampak sekali sedang geram.

 

"Karena pembantu di rumah ini lagi sakit, makanya dia turun tangan. Istriku ini orangnya ga gengsian ya, Bung, camkan itu!" tegas Mas Lutfi sambil mencak-mencak.

 

Kirana dan Mas Hanif saling tatap dengan pandangan heran, apa mungkin penjelasan kami masih kurang dan tidak ngefek ap-apa ke otaknya?

 

"Mana pembantu kalian, aku ga percaya?" Si Kirana masih menantang.

 

Duh wanita satu ini minta dit*mpar saking kurang ajarnya.

 

"Ga ada, Nona. Pembantu kami pulang pergi tiap hari ga nginap di sini," sahutku dengan perasaan geram.

 

"Alasan!" sergahnya sambil mencebikkan bibir.

 

Menjijikan sekali.

 

"Dengar ya dia ini istri saya bukan pembantu!" Mas Lutfi kembali menegaskan.

 

"Terus kenapa penampilannya kucel gitu?" tanya Kirana sambil membusungkan dada.

 

Karena baju bagian dadanya terbuka, Mas Lutfi sampai tutup mata, mungkin tak enak melihatnya.

 

"Kamu dengar ya, istri saya ini ga murahan yang menjajakan tubuhnya pada setiap mata pria, di luar saja dia begini pake daster gombreng sama kerudung gede, kalau di kamar lain lagi ceritanya, Miyabi pun kalah sexy darinya, camkan itu!"

 

Pasangan luknut itu saling pandang lagi.

 

"Anda nyindir saya ya karena pakai pakaian begini?" Kirana naik pitam karena tersindir ucapan Mas Lutfi.

 

"Saya ga nyindir, Anda saja yang tersindir. Tapi bagus sih kalau Anda tersindir siapa tahu saja mau bertaubat menutup aurat." Mas Lutfi menyeringai.

 

"Heh, Bung, didik istrimu ini supaya sopan santun dan peringati dia untuk menutup aurat, masa iya Anda rela tubuh istri sendiri dinikmati mata pria lain." Suamiku bersuara lagi.

 

Pasangan tak tahu malu itu mengkerut, seperti kerupuk tersiram air, wajahnya mendadak pias dan saat itu aku masuk ke dalam sambil gandengan bersama Mas Lutfi.

 

Akan tetapi, tak berselang lama mobil Ferarri berwarna merah masuk ke pekarangan rumah kami, rupanya Laila adik iparku yang datang.

 

Ia turun dari mobil dengan anggunnya setelah pintu itu terbuka, lalu bergegas jalan menghampiri kami.

 

Kulihat Kirana dan Mas Hanif masih belum pergi juga, mereka malah berbisik-bisik ria entah membicarakan apa, mungkin juga membicarakan kedatangan Laila 

 

Dres mahalnya yang senada dengan high hells, dipadukan tas branded dan make up tebal yang membuat pasang mata terpesona melihatnya.

 

Lalu dengan tak tahu malunya Kirana mendekati Laila dengan jumawa. "Mbak, suami Mbak sudah selingkuh sama pembantu Mbak yang kucel ini, saya dan suami lihat sendiri tadi dia rangkul-rangkulan dan ngaku suami istri."

 

Aku dan Mas Lutfi menganga bersama, berarti pasangan luknut itu menganggap Laila istrinya Mas Lutfi, jadi pengen ngakak tapi kutahan saja demi melihat kebodohannya.

 

Sedangkan Laila mengerenyitkan kening, mungkin tak mengerti dengan maksud Kirana.

 

"Iya, waktu Mbak pergi mereka bermesraan tapi setelah Mbak datang mereka saling berjauhan, terus kerjanya juga ga bener lihat aja tuh sapu masih berserakan, lantai masih kotor," lanjut Kirana dengan tampang puas.

 

"Sudahlah, Mbak pecat aja pembantu kurang ajar gini kerjanya ga becus terus goda-godain suami Mbak lagi, saya yakin kalau dia ga dipecat bisa-bisa dia nusuk dari belakang." Kirana masih belum diam juga.

 

"Apa?!" teriak Laila dengan muka garang, lalu gadis itu melirik ke arahku dan Mas Lutfi bergantian, sedangkan Kirana nampak menyeringai puas, mungkin ia menganggap Laila akan memarahiku habis-habisan.

 

"Anda ini siapa sih?" Laila bertanya dengan tampang risih.

 

"Kenalin, saya tetangga baru Mbak, itu rumah saya." Kirana menjulurkan tangan lalu menunjuk rumahnya.

 

"Oh orang baru ya." Laila bergumam dan menerima uluran tangan Kirana walau sebentar.

 

"Eh Mbak, yang kamu sebut pembantu kucel itu ipar saya, bukan pembantu jangan sembarangan kamu ya. saya punya teman polisi dan bisa laporkan ucapanmu barusan atas tindak pencemaran nama baik!" tegas Laila.

 

Untuk kedua kalinya pasangan luknut itu menganga terperangah.

 

"Saya ga main-main ya, Mbak. Anda ini sudah kurang ajar sama ipar saya!" Laila gadis yang terkenal jutek itu merogoh sesuatu dari dalam tas brandednya.

 

Bersambung.

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.B

    Menjelang sore kami pulang kembali ke Jakarta hingga matahari tenggelam barulah kami bisa menginjakan kaki di rumah bercampur lelah."Mbak Ris, Ibu pulang ya. Itu di luar kayanya ada tamu," ucap asistenku, ia terbiasa pulang sore dan berangkat pagi."Oh suruh masuk aja.""Biar Emak yang bawain barang-barang ke dalam sekalian mau istirahat." Emak mengangkat paper bag dan beberapa kantong kresek, oleh-oleh dari Teh Naya dan sebagiannya kubeli di perjalanan tadi.Yang datang ternyata Sabrina bersama Rafka, aku menghela napas jangan sampai ia membuat tubuhku semakin lelah.Wanita itu tersenyum. "Assalamualaikum.""Wa'alaikumus'salam," jawabku dan Mas Lutfi serentak.Ia duduk di sofa bersebrangan denganku dan Mas Lutfi."Kayaknya kalian lagi pada capek ya, sebelumnya mohon maaf aku udah ganggu waktu istirahat kalian," ucap Sabrina.Wajah cantik dan segar itu menatap kami satu persatu, bodohnya aku selalu saja tersimpan cemburu ketika ia memandang suamiku."Ga apa-apa, santai aja. Rafka kan

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.A

    "Oh, jadi kamu istri keduanya ya?" tanyaku sambil maju satu langkah.Kulihat Bapak tampak khawatir memandang kami bertiga."Maksudnya?" tanya wanita itu terkejut."Dia ini ibu saya, istri pertamanya lelaki ini, fix selama ini Emak dibohongi sama Bapak, ada untungnya juga ya kita kemari." Aku menyeringai sinis.Wanita yang terlihat lebih muda dari emak itu nampak terkejut, sejurus kemudian matanya mulai berkaca-kaca, lalu menatap bapak penuh kecewa"Jadi ... jadi Akang punya istri selain aku?" tanya wanita itu dengan mata berkaca-kaca.Bibir bapak bergetar, tubuhnya terlihat sangat kurus dengan wajah yang semakin menua."Halimah, Akang bisa jelaskan," ucap Bapak sambil berusaha meraih tangannya."Akang udah bohong! Selama sepuluh tahun Akang bohongi aku! Keterlaluan!" Wanita itu berteriak.Sontak saja pasien yang lain saling melirik, karena ini kamar nomor dua, jadinya satu ruangan ditempati oleh beberapa orang."Maaf, Halimah, Maaf," ucap bapak dengan suara bergetar.Aku maju lagi sat

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.B

    "Mbak, sekarang aku benar-benar merasa di posisimu dulu, ditinggalkan dan dicampakkan. Hanya bedanya aku bersama anakku, ada tanggung jawab besar yang harus kupikul." Lagi-lagi Kirana terisak."Aku udah ngerasain karmanya akibat ngerebut suami orang, kamu benar, Mbak, kalau akhirnya Mas Hanif suatu saat akan direbut juga sama orang lain, sekali lagi aku minta maaf," ujar Kirana dengan suara bergetar."Kirana, aku udah maafin kamu." Tenggorokanku tercekat mendengar suara tangisannya."Terima kasih, terima kasih, Mbak. Aku berharap masa depanku nanti akan bahagia bersama anakku, aku harap karma ini hanya berlaku untukku tidak untuk keturunanku." Kirana bicara lagi."Syukurlah kalau kamu udah menyadari semuanya, aku seneng, Kirana."Hening, aku merasa terharu dengan semua yang terjadi, tak dapat dipungkiri ada rasa puas yang menjalar dalam hati, rasanya semua sakitku di masa lalu telah terbayar lunas."Tapi, kamu tinggal di mana sekarang?" tanyaku, agak khawatir juga karena setahuku oran

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.A

    "Aku ga ada urusan ya, Rin, dia itu bapak kamu, ya urus lah." Aku berucap sinis.Gantian, karena biasanya dia yang akan bicara ketus seperti itu padaku."Nyebelin! Cepat bilangin ke Emak tentang keadaan bapak, suruh dia pulang urusin suaminya, aku capek tahu nyuciin baju bapak yang bau pesing." Ririn membentak.Aku menahan tawa, akhirnya kena karma juga tuh anak sombong, baru beberapa hari ngurusin bapaknya saja sudah lelah, bagaiman emak yang berpuluh-puluh tahun mengurusnya, tak pernah dihargai lagi."Gugatan ke pengadilan sebentar lagi akan diajukan, Ririn anak manja, jadi bapakmu itu bukan lagi suami emakku, tapi mantan!" tegasku dengan suara pelan."Oh ya, emangnya bapakmu sudah ga kuat jalan ke kamar mandi ya? sampai pipis aja harus di celana?" Aku menahan tawa"Kamu tuh ya bener-bener ngeselin, masa iya nyuruh Emak sendiri bercerai, anak durhaka!" Ririn murka."Bodo amat, dari pada menikah tapi dibuat susah dan ngebatin, ya mending suruh cerai, di rumahku Emak kujadikan ratu, b

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.B

    Mas Lutfi mangut-mangut sambil terus menenangkan Maryam yang masih merengek."Ya sudah kalau gitu siap-siap, kita akan berangkat sekarang. Ris, motor udah dikasih?" Mas Lutfi melirikku.Aku mengangguk. "Udah Mas.""Oh ya, Mak, ga usah bawa baju banyak-banyak, bawa keperluan Emak yang penting aja, soal pakaian kita bisa beli di Jakarta."Emak mengangguk lalu memintaku untuk ditemani berkemas di kamarnya, ketakutan jelas masih tercipta di wajah tuanya."Temani Emak, Maryam biar sama aku." Kata Mas Lutfi seraya keluar bersama Teh Naya, dari kejauhan kudengar mereka mengobrol.Di dalam kamar Emak melipat baju-baju dan memasukkan beberapa buah perhiasan yang selalu ia sembunyikan dari Ririn dan bapak."Terima kasih ya, Ris, tapi beneran ga apa-apa 'kan kalau Emak tinggal sama kamu?" tanya Emak sambil menatapku.Aku mengangguk serius. "Ga apa-apa, Mak, Mas Lutfi juga menerima dengan senang hati, jangan mikir macem-macem ya." Aku tersenyum yakin."Oh, jadi kamu beneran mau pergi, Heti? mau t

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.A

    "Nih, Pak, mereka berdua yang udah hasut Emak buat minta cerai sama Bapak, anak macam apa kalian nyuruh orang tua cerai." Ririn si anak songong itu menunjuk wajah kami.Seketika suasana jadi tegang, Mas Lutfi dan Kang Ruswan berhamburan datang mengerumuni kami di dapur."Ada apa ini, Ris?" tanya Mas Lutfi."Heti! Apa bener anak-anak kamu mau kita pisah?" tanya bapak sambil melotot.Heti adalah nama emakku sedangkan nama bapak tiriku yang nyebelin itu Rusdi.Tangan emak dingin dan bergetar, wajahnya menunduk dalam. Lalu kugenggam erat tangan keriput itu dan kuelus punggungnya untuk menenangkan."Jawab, Heti!" tegas bapak dengan mimik wajah menyeramkan.Lelaki tua itu membanting kopiah yang ada di kepalanya ke lantai hingga tubuh emak terguncang ketakutan."Iya," jawabku dengan wajah menantang."Saya ga nanya kamu!" Bapak menunjuk wajahku."Cukup ya selama ini Emakku disiksa batinnya sama kamu! Sekarang tolong ceraikan dia dan tinggalkan rumah ini," cetus kakakku memasang tampang bengi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status