Share

Bab 2

 

 

"Hah istri," ucap Kirana sambil memandang wajah Mas Hanif.

 

Keduanya masih keheranan dan tak percaya kalau aku adalah istri pemilik rumah megah di salah satu komplek ini, bahkan rumah mereka saja masih belum seberapa megahnya dengan rumahku ini.

 

"Mas, Anda jangan bercanda deh, masa iya seorang nyonya rumah ini nyapu-nyapu halaman, penampilannya kucel lagi." Mas Hanif bersuara.

 

Kurang ajar sekali memang mulutnya itu, ia tak tahu saja jika di depan suami aku bisa lebih cantik dan sexy dari istri barunya, asalkan dimodali wanita mana pun bisa cantik.

 

Di luar saja penampilanku tertutup dan polosan, kalau di dalam kamar artis Hollywood pun kalah saing.

 

"Saya ga bercanda, dia ini istri saya apa perlu perlihatkan buku nikah kita," sahut Mas Lutfi sambil mengeratkan rangkulannya, kami tersenyum bersama.

 

Mas Hanif masih tak percaya, ia geleng-geleng kepala sambil meremas dagunya yang klemis.

 

"Terus kenapa tadi dia nyapu-nyapu di depan? Anda pasti bohong 'kan? Atau sebenarnya dia ini memang pembantu sekaligus wanita simpananmu, iya?" Mas Hanif menyeringai.

 

Aku dan Mas Lutfi saling pandang, di wajahnya lelakiku itu nampak sekali sedang geram.

 

"Karena pembantu di rumah ini lagi sakit, makanya dia turun tangan. Istriku ini orangnya ga gengsian ya, Bung, camkan itu!" tegas Mas Lutfi sambil mencak-mencak.

 

Kirana dan Mas Hanif saling tatap dengan pandangan heran, apa mungkin penjelasan kami masih kurang dan tidak ngefek ap-apa ke otaknya?

 

"Mana pembantu kalian, aku ga percaya?" Si Kirana masih menantang.

 

Duh wanita satu ini minta dit*mpar saking kurang ajarnya.

 

"Ga ada, Nona. Pembantu kami pulang pergi tiap hari ga nginap di sini," sahutku dengan perasaan geram.

 

"Alasan!" sergahnya sambil mencebikkan bibir.

 

Menjijikan sekali.

 

"Dengar ya dia ini istri saya bukan pembantu!" Mas Lutfi kembali menegaskan.

 

"Terus kenapa penampilannya kucel gitu?" tanya Kirana sambil membusungkan dada.

 

Karena baju bagian dadanya terbuka, Mas Lutfi sampai tutup mata, mungkin tak enak melihatnya.

 

"Kamu dengar ya, istri saya ini ga murahan yang menjajakan tubuhnya pada setiap mata pria, di luar saja dia begini pake daster gombreng sama kerudung gede, kalau di kamar lain lagi ceritanya, Miyabi pun kalah sexy darinya, camkan itu!"

 

Pasangan luknut itu saling pandang lagi.

 

"Anda nyindir saya ya karena pakai pakaian begini?" Kirana naik pitam karena tersindir ucapan Mas Lutfi.

 

"Saya ga nyindir, Anda saja yang tersindir. Tapi bagus sih kalau Anda tersindir siapa tahu saja mau bertaubat menutup aurat." Mas Lutfi menyeringai.

 

"Heh, Bung, didik istrimu ini supaya sopan santun dan peringati dia untuk menutup aurat, masa iya Anda rela tubuh istri sendiri dinikmati mata pria lain." Suamiku bersuara lagi.

 

Pasangan tak tahu malu itu mengkerut, seperti kerupuk tersiram air, wajahnya mendadak pias dan saat itu aku masuk ke dalam sambil gandengan bersama Mas Lutfi.

 

Akan tetapi, tak berselang lama mobil Ferarri berwarna merah masuk ke pekarangan rumah kami, rupanya Laila adik iparku yang datang.

 

Ia turun dari mobil dengan anggunnya setelah pintu itu terbuka, lalu bergegas jalan menghampiri kami.

 

Kulihat Kirana dan Mas Hanif masih belum pergi juga, mereka malah berbisik-bisik ria entah membicarakan apa, mungkin juga membicarakan kedatangan Laila 

 

Dres mahalnya yang senada dengan high hells, dipadukan tas branded dan make up tebal yang membuat pasang mata terpesona melihatnya.

 

Lalu dengan tak tahu malunya Kirana mendekati Laila dengan jumawa. "Mbak, suami Mbak sudah selingkuh sama pembantu Mbak yang kucel ini, saya dan suami lihat sendiri tadi dia rangkul-rangkulan dan ngaku suami istri."

 

Aku dan Mas Lutfi menganga bersama, berarti pasangan luknut itu menganggap Laila istrinya Mas Lutfi, jadi pengen ngakak tapi kutahan saja demi melihat kebodohannya.

 

Sedangkan Laila mengerenyitkan kening, mungkin tak mengerti dengan maksud Kirana.

 

"Iya, waktu Mbak pergi mereka bermesraan tapi setelah Mbak datang mereka saling berjauhan, terus kerjanya juga ga bener lihat aja tuh sapu masih berserakan, lantai masih kotor," lanjut Kirana dengan tampang puas.

 

"Sudahlah, Mbak pecat aja pembantu kurang ajar gini kerjanya ga becus terus goda-godain suami Mbak lagi, saya yakin kalau dia ga dipecat bisa-bisa dia nusuk dari belakang." Kirana masih belum diam juga.

 

"Apa?!" teriak Laila dengan muka garang, lalu gadis itu melirik ke arahku dan Mas Lutfi bergantian, sedangkan Kirana nampak menyeringai puas, mungkin ia menganggap Laila akan memarahiku habis-habisan.

 

"Anda ini siapa sih?" Laila bertanya dengan tampang risih.

 

"Kenalin, saya tetangga baru Mbak, itu rumah saya." Kirana menjulurkan tangan lalu menunjuk rumahnya.

 

"Oh orang baru ya." Laila bergumam dan menerima uluran tangan Kirana walau sebentar.

 

"Eh Mbak, yang kamu sebut pembantu kucel itu ipar saya, bukan pembantu jangan sembarangan kamu ya. saya punya teman polisi dan bisa laporkan ucapanmu barusan atas tindak pencemaran nama baik!" tegas Laila.

 

Untuk kedua kalinya pasangan luknut itu menganga terperangah.

 

"Saya ga main-main ya, Mbak. Anda ini sudah kurang ajar sama ipar saya!" Laila gadis yang terkenal jutek itu merogoh sesuatu dari dalam tas brandednya.

 

Bersambung.

 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status