Share

Bab 3

 

 

 

"E-eh, jangan dong, Mbak. Kita ... euh ... kita minta maaf." Kirana terbata ketakutan.

 

"Minta maaf sama kakakku!" pinta Laila dengan ketus.

 

Kirana menyeringai paksa lalu menatapku.

 

"Maaf ya, Mbak, tolong maafin aku," ujarnya seperti ketakutan, sementara suaminya nampak gelisah.

 

"Ya sudah saya maafkan, tapi jangan diulangi ya dan jangan pernah lihat orang dari penampilannya, karena penampilan itu bisa menipu."

 

Kirana mangut-mangut tanda setuju.

 

"Jangan lapor polisi ya, Mbak," pintanya dengan wajah memelas pada Laila.

 

Adik iparku yang terkenal jutek itu mengerlingkan matanya. "Ya ya, pergi sana."

 

"Ayo ayo, Mas," gumam Kirana sambil menggandeng lengan suaminya.

 

Kirana dan Mas Hanif akhirnya pulang juga dengan wajah pias, aku yakin malu yang mereka rasakan pasti sudah sampai ke ubun-ubun.

 

"Mereka itu siapa Mbak sih? Kok kurang ajar banget?" tanya Laila ketika kami duduk bertiga di sofa.

 

"tetangga baru, udahlah mereka ga penting." Aku mengalihkan pembicaraan.

 

Tak enak jika Mas Lutfi tahu kami tetanggaan dengan mantan suamiku, bagaimana jika ia cemburu?

 

Sudah satu minggu sejak kejadian memalukan itu dan selama itu pula baik aku ataupun Mas Lutfi tak pernah lagi bertemu Mas Hanif dan Kirana, entah ke mana mereka, mungkin saja sengaja menyembunyikan diri.

 

Akan tetapi, hari ini saat acara arisan di rumah salah satu tetangga, aku bertemu lagi dengan Kirana, padahal aku sangat berharap tak pernah bertemu lagi dengannya.

 

Entah bagaimana caranya wanita itu bisa sampai gabung ikut arisan.

 

"Eh, Mbak, aku denger dari ibu-ibu arisan katanya suami Mbak ini ga jelas ya kerja apa? emang suamimu kerja apaan?" tanya Kirana, saat kami sudah bubar arisan.

 

Kami jalan beriringan menuju arah pulang karena kebetulan sekali arahnya sama.

 

"Bukan urusanmu," jawabku sambil mempercepat langkah.

 

Tapi perempuan itu tak menyerah, ia berjalan lebih cepat hingga langkah kami kembali bersama.

 

"Kok gitu sih, mencurigakan banget jangan-jangan suami Mbak?" Kirana menatapku penuh selidik.

 

Aku terpaksa menghentikan langkah.

 

"Jangan-jangan apa? Kenapa sih kamu tuh kepo banget. Urus aja suamimu jangan sampai direbut lagi sama perempuan lain, ga usah urus-urus suamiku!" Aku mendelikkan mata 

 

Kalau begini lebih baik aku berhenti arisan dari pada harus bertemu Kirana di setiap pertemuan.

 

"Ya tinggal sebutkan aja apa kerjaan suamimu itu apa susahnya sih!" Kirana marah-marah.

 

Tak kupedulikan, bergegas aku mempercepat langkah dan masuk ke rumah, pintu gerbang kukunci rapat-rapat.

 

keesokan harinya aku menerima pesan w* dari para tetangga, mereka mempertanyakan soal pekerjaan suamiku, padahal selama ini sudah sering kukatakan jika suamiku memiliki bisnis peternakan di kampungnya.

 

Lalu jemariku bergulir ke kanan melihat story teman-teman, mataku membulat saat melihat status Bu Susi.

 

'Bener-bener ga masuk akal, tinggal di rumah mewah tapi setiap hari duduk manis di rumah, pelihara tuyul kali ye'

 

Dan di bawahnya ada story Bu Sisca, ia pun sama menuliskan sebuah kalimat-kalimat sindiran.

 

'Emang zaman sekarang masih musim ya pelihara tuyul? (di tengah-tengah ada emoticon ngakak) tapi kenyataannya masih ada kok yang pelihara'

 

Setelah Mas Lutfi pulang kuceritakan semua yang dialami hari ini, termasuk pesan dari para tetangga dan story' W******p-nya.

 

"Kayanya mereka nyindir kita ya, Ris," ucap Mas Lutfi sambil nyeruput kopi cappucino sachet buatanku.

 

"Aku juga kesindir, Mas. Secara kita tinggal di rumah mewah terus hampir tiap hari Mas  ada di rumah," sahutku sambil cemberut.

 

Aku jadi menyesal karena sudah meminta pindah ke perumahan elite ini, tahu begini lebih baik kami tinggal di kampung saja, di sana tetangganya ramah-ramah.

 

"Apa kita pindah lagi ya ke rumah yang dulu," sahutku lagi, kebetulan kami memiliki satu rumah di kampung, hanya saja jaraknya sangat jauh dan terletak di sebuah desa terpencil.

 

Mas Lutfi tersenyum lalu mengelus pipiku.

 

"Kita baru sebulan di sini, masa iya harus pindah lagi. Sudahlah jangan dengarkan kata orang, yang penting semua yang mereka tuduhkan itu ga terbukti." Mas Lutfi merangkul menenangkanku.

 

Tapi tetap saja dadaku panas dituduh macam-macam.

 

"Aku yakin sekali, Mas, selentingan ini pasti ada hubungannya sama Kirana. Soalnya, sebelum ada dia ibu-ibu itu ga ada yang suudzon sama kita," sahutku sambil memandang wajah lelah Mas Lutfi.

 

Suamiku yang berwajah oval itu diam, dia orangnya memang penyabar tapi sekali marah, seisi rumah biasa hancur dibuatnya.

 

"Secara sekarang Kirana sudah ikutan arisan sama kita-kita, Mas, dan tadi di jalan dia maksa banget nanya pekerjaanmu apa." Aku menyahut lagi karena Mas Lutfi hanya diam saja.

 

"Kamu tenang ya, pokoknya tiga hari lagi kita buktikan sama mereka siapa sebenarnya kita, sekaligus sama Kirana dan mantan suamimu yang sombong itu," ujar Mas Lutfi membuatku menelan ludah tiba-tiba.

 

"Jadi ... Mas sudah tahu kalau suami Kirana itu ...."

 

 

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yanti Keke
it komplek elite diisi sm OKB x y.... hellloow...banyk profesi yg bscdkrjkn drmh bu ibu...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status