Share

Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya
Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya
Author: Ina Qirana

Bab 1

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-05-27 15:25:56

 

 

"Loh itu 'kan Risti, mantan istri kamu, Mas, ngapain dia di sini? Ngebabu? hahaha."

 

Aku yang sedang menyapu halaman sedikit mendongak, nampaknya di sana ada Mas Hanif dengan istri barunya, aku tersenyum masam saja sambil melanjutkan pekerjaan.

 

"Dari dulu penampilanmu ga berubah ya, Mbak, masih kaya babu, mana ada lelaki yang mau." Mulut lemes Kirana masih belum juga puas mengejekku.

 

Sedangkan Mas Hanif nampak salah tingkah, mungkin tak enak dengan kelakuan istri barunya.

 

"Mas Hanif, kamu ngapain di sini?" tanyaku sambil maju dua langkah, kebetulan pintu gerbang sedang terbuka lebar.

 

Dengan jumawa Kirana alias pelakor perebut Mas Hanif itu maju satu langkah. "Ya mau pulang ke rumah dong, itu rumah kita."

 

Perempuan mur*h*n itu menunjuk rumah dua tingkat bergaya Eropa modern di hadapanku dengan congkaknya.

 

Aku tersenyum sinis. Entah kenapa kami harus bertemu lagi di kehidupan yang baru ini setelah sekian lama menjauhkan diri.

 

Melihat Kirana sama saja dengan membuka luka lama.

 

"Kamu apa kabar? Sejak kapan kerja di rumah ini?" tanya Mas Hanif dengan tatapan mengejek.

 

"Baik, saangat baik, aku baru aja pindah ke sini, emang kenapa?" jawabku sambil tersenyum.

 

"Ga apa-apa sih, cuma prihatin aja lihat kehidupanmu yang masih gini-gini aja," sahut Mas Hanif sambil tersenyum dan membetulkan jasnya.

 

"Walaupun kata kami aku gini-gini aja, tapi aku bahagia kok." Aku menyunggingkan bibir.

 

Hinaan dari mereka sama sekali ga memberikan efek apapun.

 

"Dah ya, kita mau masuk dulu. Kerja yang bener, Mbak, tar dipecat sama majikannya," ucap Kirana dengan gaya centilnya.

 

Wanita itu memang tak berubah, memiliki suami hasil merebut saja bangga.

 

"Kita masuk dulu ya, Ris. Kapan-kapan boleh dong aku manggil kamu buat bersih-bersih di rumah." Mas Hanif mengejek lagi, walau lengannya sudah ditarik oleh pelakor itu.

 

Dasar pasangan rese! Umpatku dalam hati.

 

**

 

Saat makan ketoprak di depan komplek aku hampir saja tersedak, pasalnya pasangan luknut yang pernah memporak porandakan hatiku itu muncul lagi.

 

"Ya ampun, gembel banget sih makan aja harus di pinggir jalan," celetuk Kirana.

 

Setelah minum seteguk air teh hangat aku pun berucap.

 

"Kamu juga gembel, ngapain jalan kaki? Ke mana mobil yang sering dipamerkan di sosial media? Udah dijual? Atau jangan-jangan mobil itu punya orang lain ya?" tanyaku mengejek lepas itu kututup mulut pura-pura keceplosan.

 

"Eh eh eh jangan sembarangan ya kalau ngomong, kita ini punya mobil, rumah, perusahaan. Oh ya kukasih tahu sumpah serapah Mbak tempo hari itu ga ngaruh ya, kita masih tetap hidup bahagia kok dengan bergelimang harta." Kirana tersenyum sinis.

 

Jujur saja dada ini mulai berdegup kencang, memori beberapa tahun silam kembali membayang.

 

Saat Mas Hanif diam-diam selingkuh dengan Kirana, dan setelah ketahuan mereka terang-terangan menampakkan hubungannya tanpa rasa takut ataupun malu.

 

Tak cukup di situ kemudian Mas Hanif menceraikanku sekaligus menyuruhku pergi dari rumahnya. Dan tak lama kemudian terdengar kabar pernikahannya dengan Kirana, hati ini luluh lantak dibuatnya.

 

Hingga hari ini luka itu masih menimbulkan nyeri jika aku mengingatnya, dan hingga hari ini tak pernah ada kata maaf yang terucap dari keduanya.

 

"Sudah dong, Kirana, jangan gitu sama orang hinaanmu ini terlalu biasa alias kurang pedes," sahut Mas Hanif lalu cekikikan.

 

Karena selera makanku sudah hilang aku memilih untuk pergi saja dari hadapan dua manusia tak punya malu itu.

 

"Bang, ini duitnya ya kembaliannya ambil aja," ucapku sambil menyerahkan uang seratus ribu.

 

"Kalian dengar ya, jangan bangga jika kehidupanmu sekarang baik-baik aja. Karena setiap orang itu akan dapat balasan sesuai perbuatannya, entah di masa muda atau di masa tua."

 

Aku menyeringai sinis.

 

"Bisa saja kalian sekarang bahagia banyak harta, terus di masa tua kalian menderita, ga menutup kemungkinan, atau bisa saja suami kesayanganmu ini direbut lagi oleh wanita lain." Aku menyeringai lagi lalu pergi sambil menginjak kaki Kirana.

 

"Awww!" Perempuan mur*h*n itu berteriak kesakitan.

 

"Terima kasih ya, Mbak Risti, semoga rezekinya makin lancar." Terdengar tukang ketoprak itu teriak kegirangan, tapi aku terus saja melanjutkan langkah.

 

Puas rasanya melihat wajah merah Kirana. Akan tetapi, nampaknya keributan akan datang lagi, Kirana dan Mas Hanif menyusulku ke rumah.

 

"Hei, babu sialan!" Kirana mencekal bahuku yang hendak masuk ke dalam rumah.

 

Wanita ini lancang juga, masuk ke pelataran rumah orang tanpa permisi dan langsung marah-marah.

 

"Jangan pernah menyentuhku ya, tanganmu kotor," ucapku sambil menepis jemari lentiknya.

 

"Kamu udah bikin gara-gara sama aku, sekarang aku mau buat perhitungan, biar kamu dipecat dan ga punya pekerjaan," tegasnya dengan tatapan penuh amarah.

 

"Permisi, maaf, permisi!" Kirana berteriak entah mau melakukan apa, aku memilih diam saja menonton tingkahnya.

 

"Sudahlah, Kirana, ayo kita pulang, kita ini orang baru malu kalau harus buat keributan," ucap Mas Hanif sambil narik-narik tangan istrinya.

 

"Diam, Mas, aku mau buat perhitungan sama perempuan ini karena udah berani kurang ajar." Dengan garang wanita itu menepis lengan suaminya.

 

"Permisi!" Ia berteriak lagi, memanggil pemilik rumah padahal akulah pemilik rumah ini, dasar Kirana sint*ng.

 

Tak berselang lama lelaki tinggi dan gagah keluar dari rumah, dialah Mas Lutfi suami baruku.

 

"Ada apa ya teriak-teriak?" tanya Mas Lutfi

 

"Apa Anda pemilik rumah ini?" Kirana balik bertanya.

 

Suamiku pun mengangguk. "Betul, ada apa ya?"

 

Kirana menyeringai.

 

"Kebetulan sekali. Saya mau melaporkan tentang pembantu Anda ini, dia sudah kurang ajar sama saya, lihat nih sendal saya yang mahal ini sampai kotor karena sengaja diinjak olehnya," ucap Kirana sambil nunjuk-nunjuk wajahku.

 

Aku menganga, pura-pura terkejut.

 

"Terus Anda siapa?" tanya suamiku.

 

"Saya adalah pemilik rumah itu, alias tetangga Anda. Sudahlah pecat saja pembantu kurang ajar ini, saya yakin kerjanya juga ga becus," sahut Kirana berapi-api.

 

"Tuh lihat sapu bekas nyapu halaman aja dibiarkan berserakan di sana. Dan ini lantai rumah juga masih kotor sementara barusan dia enak-enakan makan ketoprak di depan." Kirana menunjuk ke sembarang arah.

 

Suamiku nampak sedikit emosi, ia maju satu langkah lalu merangkulku dengan mesra.

 

"Dia ini bukan pembantu saya ya, dia ini istri saya alias nyonya di rumah ini, jangan sembarangan kamu! Dan kamu, Bung, didik istrimu ini supaya memiliki sopan santun." Mas Lutfi menunjuk wajah Kirana dan Mas Hanif bergantian.

 

Jelas saja Kirana menganga karena terkejut, begitu pun dengan Mas Hanif.

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yeni Sipayung
Wah ini seru!
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.B

    Menjelang sore kami pulang kembali ke Jakarta hingga matahari tenggelam barulah kami bisa menginjakan kaki di rumah bercampur lelah."Mbak Ris, Ibu pulang ya. Itu di luar kayanya ada tamu," ucap asistenku, ia terbiasa pulang sore dan berangkat pagi."Oh suruh masuk aja.""Biar Emak yang bawain barang-barang ke dalam sekalian mau istirahat." Emak mengangkat paper bag dan beberapa kantong kresek, oleh-oleh dari Teh Naya dan sebagiannya kubeli di perjalanan tadi.Yang datang ternyata Sabrina bersama Rafka, aku menghela napas jangan sampai ia membuat tubuhku semakin lelah.Wanita itu tersenyum. "Assalamualaikum.""Wa'alaikumus'salam," jawabku dan Mas Lutfi serentak.Ia duduk di sofa bersebrangan denganku dan Mas Lutfi."Kayaknya kalian lagi pada capek ya, sebelumnya mohon maaf aku udah ganggu waktu istirahat kalian," ucap Sabrina.Wajah cantik dan segar itu menatap kami satu persatu, bodohnya aku selalu saja tersimpan cemburu ketika ia memandang suamiku."Ga apa-apa, santai aja. Rafka kan

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.A

    "Oh, jadi kamu istri keduanya ya?" tanyaku sambil maju satu langkah.Kulihat Bapak tampak khawatir memandang kami bertiga."Maksudnya?" tanya wanita itu terkejut."Dia ini ibu saya, istri pertamanya lelaki ini, fix selama ini Emak dibohongi sama Bapak, ada untungnya juga ya kita kemari." Aku menyeringai sinis.Wanita yang terlihat lebih muda dari emak itu nampak terkejut, sejurus kemudian matanya mulai berkaca-kaca, lalu menatap bapak penuh kecewa"Jadi ... jadi Akang punya istri selain aku?" tanya wanita itu dengan mata berkaca-kaca.Bibir bapak bergetar, tubuhnya terlihat sangat kurus dengan wajah yang semakin menua."Halimah, Akang bisa jelaskan," ucap Bapak sambil berusaha meraih tangannya."Akang udah bohong! Selama sepuluh tahun Akang bohongi aku! Keterlaluan!" Wanita itu berteriak.Sontak saja pasien yang lain saling melirik, karena ini kamar nomor dua, jadinya satu ruangan ditempati oleh beberapa orang."Maaf, Halimah, Maaf," ucap bapak dengan suara bergetar.Aku maju lagi sat

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.B

    "Mbak, sekarang aku benar-benar merasa di posisimu dulu, ditinggalkan dan dicampakkan. Hanya bedanya aku bersama anakku, ada tanggung jawab besar yang harus kupikul." Lagi-lagi Kirana terisak."Aku udah ngerasain karmanya akibat ngerebut suami orang, kamu benar, Mbak, kalau akhirnya Mas Hanif suatu saat akan direbut juga sama orang lain, sekali lagi aku minta maaf," ujar Kirana dengan suara bergetar."Kirana, aku udah maafin kamu." Tenggorokanku tercekat mendengar suara tangisannya."Terima kasih, terima kasih, Mbak. Aku berharap masa depanku nanti akan bahagia bersama anakku, aku harap karma ini hanya berlaku untukku tidak untuk keturunanku." Kirana bicara lagi."Syukurlah kalau kamu udah menyadari semuanya, aku seneng, Kirana."Hening, aku merasa terharu dengan semua yang terjadi, tak dapat dipungkiri ada rasa puas yang menjalar dalam hati, rasanya semua sakitku di masa lalu telah terbayar lunas."Tapi, kamu tinggal di mana sekarang?" tanyaku, agak khawatir juga karena setahuku oran

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.A

    "Aku ga ada urusan ya, Rin, dia itu bapak kamu, ya urus lah." Aku berucap sinis.Gantian, karena biasanya dia yang akan bicara ketus seperti itu padaku."Nyebelin! Cepat bilangin ke Emak tentang keadaan bapak, suruh dia pulang urusin suaminya, aku capek tahu nyuciin baju bapak yang bau pesing." Ririn membentak.Aku menahan tawa, akhirnya kena karma juga tuh anak sombong, baru beberapa hari ngurusin bapaknya saja sudah lelah, bagaiman emak yang berpuluh-puluh tahun mengurusnya, tak pernah dihargai lagi."Gugatan ke pengadilan sebentar lagi akan diajukan, Ririn anak manja, jadi bapakmu itu bukan lagi suami emakku, tapi mantan!" tegasku dengan suara pelan."Oh ya, emangnya bapakmu sudah ga kuat jalan ke kamar mandi ya? sampai pipis aja harus di celana?" Aku menahan tawa"Kamu tuh ya bener-bener ngeselin, masa iya nyuruh Emak sendiri bercerai, anak durhaka!" Ririn murka."Bodo amat, dari pada menikah tapi dibuat susah dan ngebatin, ya mending suruh cerai, di rumahku Emak kujadikan ratu, b

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.B

    Mas Lutfi mangut-mangut sambil terus menenangkan Maryam yang masih merengek."Ya sudah kalau gitu siap-siap, kita akan berangkat sekarang. Ris, motor udah dikasih?" Mas Lutfi melirikku.Aku mengangguk. "Udah Mas.""Oh ya, Mak, ga usah bawa baju banyak-banyak, bawa keperluan Emak yang penting aja, soal pakaian kita bisa beli di Jakarta."Emak mengangguk lalu memintaku untuk ditemani berkemas di kamarnya, ketakutan jelas masih tercipta di wajah tuanya."Temani Emak, Maryam biar sama aku." Kata Mas Lutfi seraya keluar bersama Teh Naya, dari kejauhan kudengar mereka mengobrol.Di dalam kamar Emak melipat baju-baju dan memasukkan beberapa buah perhiasan yang selalu ia sembunyikan dari Ririn dan bapak."Terima kasih ya, Ris, tapi beneran ga apa-apa 'kan kalau Emak tinggal sama kamu?" tanya Emak sambil menatapku.Aku mengangguk serius. "Ga apa-apa, Mak, Mas Lutfi juga menerima dengan senang hati, jangan mikir macem-macem ya." Aku tersenyum yakin."Oh, jadi kamu beneran mau pergi, Heti? mau t

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.A

    "Nih, Pak, mereka berdua yang udah hasut Emak buat minta cerai sama Bapak, anak macam apa kalian nyuruh orang tua cerai." Ririn si anak songong itu menunjuk wajah kami.Seketika suasana jadi tegang, Mas Lutfi dan Kang Ruswan berhamburan datang mengerumuni kami di dapur."Ada apa ini, Ris?" tanya Mas Lutfi."Heti! Apa bener anak-anak kamu mau kita pisah?" tanya bapak sambil melotot.Heti adalah nama emakku sedangkan nama bapak tiriku yang nyebelin itu Rusdi.Tangan emak dingin dan bergetar, wajahnya menunduk dalam. Lalu kugenggam erat tangan keriput itu dan kuelus punggungnya untuk menenangkan."Jawab, Heti!" tegas bapak dengan mimik wajah menyeramkan.Lelaki tua itu membanting kopiah yang ada di kepalanya ke lantai hingga tubuh emak terguncang ketakutan."Iya," jawabku dengan wajah menantang."Saya ga nanya kamu!" Bapak menunjuk wajahku."Cukup ya selama ini Emakku disiksa batinnya sama kamu! Sekarang tolong ceraikan dia dan tinggalkan rumah ini," cetus kakakku memasang tampang bengi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status