Share

Bab 4

 

 

Wajah Mas Lutfi nampak masam setelah tahu kami tetanggaan dengan mantan suamiku, bagaimana lagi ini sudah takdir, hanya itu yang bisa kukatakan.

 

"Mas ngambek ya? Mau pindah dari sini?" tanyaku dengan sungguh-sungguh.

 

"Ga usah, ngapain pindah. Justru kita harus buktikan sama mantanmu itu kalau kehidupan kamu sekarang lebih baik setelah menikah sama Mas," jawabnya sambil senyum-senyum.

 

Ide bagus, untuk apa menghindar terlebih saat ini ada fitnah yang menyebar, bisa-bisa semua orang menyangka jika tuduhan itu benar.

 

Padahal kami tak pelihara tuyul, Mas Lutfi sering di rumah karena menyerahkan bisnisnya itu pada orang kepercayaannya, ia hanya memantau dari kejauhan, itulah yang kuketahui.

 

"Mbak Risti, saya denger selentingan katanya suami Mbak pelihara tuyul, gosip itu ga benar 'kan?" tanya Bu Yani, asisten rumah tanggaku.

 

Setelah beberapa hari sakit demam akhirnya ia bisa kembali bekerja, pekerjaannya pun hanya membersihkan rumah dan mencuci baju saja, soal masak aku yang turun tangan.

 

"Ga bener, Bu, jangan dipercaya. Ibu sendiri sudah tahu 'kan apa kerjaan Bapak," jawabku sambil scrol beranda efbe.

 

"Iya sih sebenarnya Ibu percaya, tapi yang nyebarin gosip itu siapa ya? Sotoy banget," timpal Bu Yani sambil mengelap guci.

 

"Saya sih curiga sama satu orang, tapi belum punya bukti." Pandanganku masih fokus ke layar hape 

 

Bu Yani menghentikan pekerjaannya, terlihat dari ekor mata.

 

"Siapa, Mbak? Saya ga pernah loh nyebarin gosip itu." Bu Yani kepo, sekaligus ketakutan dituduh tukang fitnah.

 

Aku meletakkan ponsel lalu menatapnya.

 

"Bukan Ibu, tapi salah satu tetangga kita. Sudah ya saya mau belanja, dan Ibu lanjutkan kerja," ucapku lalu berdiri dan pergi.

 

Sebenarnya malas keluar rumah sebelum Mas Lutfi berhasil membuktikan pada orang-orang kalau kami tak pelihara tuyul, tapi bagaimana lagi semua kebutuhan sudah habis.

 

Aku menstarter motor hendak pergi ke minimarket terdekat, untuk bepergian aku memang suka mengenakan motor karena lebih leluasa dan bisa nyalip saat terjebak kemacetan.

 

"Gimana rasanya nyusuin tuyul tiap malam?" Ada seorang perempuan yang bertanya dari arah belakang.

 

Saat aku berbalik badan ternyata dia Kirana, entah kenapa kami bisa berpapasan di tempat ini, perempuan ini sungguh sangat menyebalkan sekali.

 

"Gimana rasanya hidup sama suami hasil ngerebut dari perempuan lain?" Aku balik bertanya dengan suara sedikit kencang.

 

Pegawai minimarket yang sedang membereskan barang sampai melirik ke arah kami berdua, dan wajah Kirana tiba-tiba merah, entah merasa malu atau marah.

 

"Kamu bahagia? Atau selalu ketakutan punya suami mata keranjang, ga menutup kemungkinan dia akan cari yang baru lagi kalau udah bosen sama kamu." Aku menyeringai tepat di hadapan wajahnya

 

"Dasar pelihara tuyul! Aku yakin sebentar lagi kekayaan kamu akan punah karena didapat dengan cara haram!" Kirana menyumpahiku dengan suara kencang.

 

Aku mulai naik pitam, dapat disimpulkan jika dalang penyebar fitnah murahan itu memang Kirana, kelihatan dari gelagatnya.

 

"Dasar perebut suami orang! Hati-hati ya suamimu direbut lagi oleh perempuan lain, dia itu 'kan mata keranjang hahah." Aku tertawa lalu masuk ke dalam minimarket dan mulai mengambil barang yang dibutuhkan.

 

Di luar dugaan, wanita itu menyusul ke dalam dan menjambak jilbabku dengan kasar.

 

"Dasar kampungan! Pengen kaya tapi ga mau usaha, kalau ngomong jangan sembarangan ya, suamiku itu setia! Hanya aku yang akan jadi istrinya!" tegas Kirana.

 

Jilbabku hampir robek karena ulahnya, beruntung karyawan minimarket itu melerai kami.

 

"Sudah, Mbak, jangan buat keributan di sini." Karyawan minimarket menegur Kirana.

 

"Eh kalian lebih baik usir perempuan ini dari sini, dia itu  belanja pakai uang haram! Suaminya pelihara tuyul!" Kirana berteriak sambil nunjuk-nunjuk wajahku.

 

Rasanya geram bercampur marah, jika bukan tempat umum sudah kuto*jok mulut pedasnya itu hingga berdarah-darah.

 

"Bu silakan pergi dari sini." Karyawan minimarket bersuara lagi, perkelahian kami sukses mengalihkan perhatian orang-orang yang berbelanja.

 

"Awas kamu ya, aku akan cari bukti kalau suamimu itu pelihara tuyul." Usai mengancam Kirana pergi dan disoraki banyak orang.

 

ternyata satu orang pun tak ada yang mempercayai ucapannya, orang-orang di sekitar malah menasihatiku untuk bersabar.

 

"Mas, aku kesel sama Kirana, ternyata dia yang fitnah kita pelihara tuyul," ucapku saat sudah sampai di rumah.

 

Belanjaan kutinggal di luar karena terlanjur kesal.

 

"Ga salah lagi. Kamu yang sabar ya, Mas lagi persiapkan bukti yang akan membungkam mulut perempuan itu, lihat saja dua hari lagi."

 

Bersambung

 

 

 

 

 

 

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status