Share

Bab 4

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2022-05-27 15:43:42

 

 

Wajah Mas Lutfi nampak masam setelah tahu kami tetanggaan dengan mantan suamiku, bagaimana lagi ini sudah takdir, hanya itu yang bisa kukatakan.

 

"Mas ngambek ya? Mau pindah dari sini?" tanyaku dengan sungguh-sungguh.

 

"Ga usah, ngapain pindah. Justru kita harus buktikan sama mantanmu itu kalau kehidupan kamu sekarang lebih baik setelah menikah sama Mas," jawabnya sambil senyum-senyum.

 

Ide bagus, untuk apa menghindar terlebih saat ini ada fitnah yang menyebar, bisa-bisa semua orang menyangka jika tuduhan itu benar.

 

Padahal kami tak pelihara tuyul, Mas Lutfi sering di rumah karena menyerahkan bisnisnya itu pada orang kepercayaannya, ia hanya memantau dari kejauhan, itulah yang kuketahui.

 

"Mbak Risti, saya denger selentingan katanya suami Mbak pelihara tuyul, gosip itu ga benar 'kan?" tanya Bu Yani, asisten rumah tanggaku.

 

Setelah beberapa hari sakit demam akhirnya ia bisa kembali bekerja, pekerjaannya pun hanya membersihkan rumah dan mencuci baju saja, soal masak aku yang turun tangan.

 

"Ga bener, Bu, jangan dipercaya. Ibu sendiri sudah tahu 'kan apa kerjaan Bapak," jawabku sambil scrol beranda efbe.

 

"Iya sih sebenarnya Ibu percaya, tapi yang nyebarin gosip itu siapa ya? Sotoy banget," timpal Bu Yani sambil mengelap guci.

 

"Saya sih curiga sama satu orang, tapi belum punya bukti." Pandanganku masih fokus ke layar hape 

 

Bu Yani menghentikan pekerjaannya, terlihat dari ekor mata.

 

"Siapa, Mbak? Saya ga pernah loh nyebarin gosip itu." Bu Yani kepo, sekaligus ketakutan dituduh tukang fitnah.

 

Aku meletakkan ponsel lalu menatapnya.

 

"Bukan Ibu, tapi salah satu tetangga kita. Sudah ya saya mau belanja, dan Ibu lanjutkan kerja," ucapku lalu berdiri dan pergi.

 

Sebenarnya malas keluar rumah sebelum Mas Lutfi berhasil membuktikan pada orang-orang kalau kami tak pelihara tuyul, tapi bagaimana lagi semua kebutuhan sudah habis.

 

Aku menstarter motor hendak pergi ke minimarket terdekat, untuk bepergian aku memang suka mengenakan motor karena lebih leluasa dan bisa nyalip saat terjebak kemacetan.

 

"Gimana rasanya nyusuin tuyul tiap malam?" Ada seorang perempuan yang bertanya dari arah belakang.

 

Saat aku berbalik badan ternyata dia Kirana, entah kenapa kami bisa berpapasan di tempat ini, perempuan ini sungguh sangat menyebalkan sekali.

 

"Gimana rasanya hidup sama suami hasil ngerebut dari perempuan lain?" Aku balik bertanya dengan suara sedikit kencang.

 

Pegawai minimarket yang sedang membereskan barang sampai melirik ke arah kami berdua, dan wajah Kirana tiba-tiba merah, entah merasa malu atau marah.

 

"Kamu bahagia? Atau selalu ketakutan punya suami mata keranjang, ga menutup kemungkinan dia akan cari yang baru lagi kalau udah bosen sama kamu." Aku menyeringai tepat di hadapan wajahnya

 

"Dasar pelihara tuyul! Aku yakin sebentar lagi kekayaan kamu akan punah karena didapat dengan cara haram!" Kirana menyumpahiku dengan suara kencang.

 

Aku mulai naik pitam, dapat disimpulkan jika dalang penyebar fitnah murahan itu memang Kirana, kelihatan dari gelagatnya.

 

"Dasar perebut suami orang! Hati-hati ya suamimu direbut lagi oleh perempuan lain, dia itu 'kan mata keranjang hahah." Aku tertawa lalu masuk ke dalam minimarket dan mulai mengambil barang yang dibutuhkan.

 

Di luar dugaan, wanita itu menyusul ke dalam dan menjambak jilbabku dengan kasar.

 

"Dasar kampungan! Pengen kaya tapi ga mau usaha, kalau ngomong jangan sembarangan ya, suamiku itu setia! Hanya aku yang akan jadi istrinya!" tegas Kirana.

 

Jilbabku hampir robek karena ulahnya, beruntung karyawan minimarket itu melerai kami.

 

"Sudah, Mbak, jangan buat keributan di sini." Karyawan minimarket menegur Kirana.

 

"Eh kalian lebih baik usir perempuan ini dari sini, dia itu  belanja pakai uang haram! Suaminya pelihara tuyul!" Kirana berteriak sambil nunjuk-nunjuk wajahku.

 

Rasanya geram bercampur marah, jika bukan tempat umum sudah kuto*jok mulut pedasnya itu hingga berdarah-darah.

 

"Bu silakan pergi dari sini." Karyawan minimarket bersuara lagi, perkelahian kami sukses mengalihkan perhatian orang-orang yang berbelanja.

 

"Awas kamu ya, aku akan cari bukti kalau suamimu itu pelihara tuyul." Usai mengancam Kirana pergi dan disoraki banyak orang.

 

ternyata satu orang pun tak ada yang mempercayai ucapannya, orang-orang di sekitar malah menasihatiku untuk bersabar.

 

"Mas, aku kesel sama Kirana, ternyata dia yang fitnah kita pelihara tuyul," ucapku saat sudah sampai di rumah.

 

Belanjaan kutinggal di luar karena terlanjur kesal.

 

"Ga salah lagi. Kamu yang sabar ya, Mas lagi persiapkan bukti yang akan membungkam mulut perempuan itu, lihat saja dua hari lagi."

 

Bersambung

 

 

 

 

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.B

    Menjelang sore kami pulang kembali ke Jakarta hingga matahari tenggelam barulah kami bisa menginjakan kaki di rumah bercampur lelah."Mbak Ris, Ibu pulang ya. Itu di luar kayanya ada tamu," ucap asistenku, ia terbiasa pulang sore dan berangkat pagi."Oh suruh masuk aja.""Biar Emak yang bawain barang-barang ke dalam sekalian mau istirahat." Emak mengangkat paper bag dan beberapa kantong kresek, oleh-oleh dari Teh Naya dan sebagiannya kubeli di perjalanan tadi.Yang datang ternyata Sabrina bersama Rafka, aku menghela napas jangan sampai ia membuat tubuhku semakin lelah.Wanita itu tersenyum. "Assalamualaikum.""Wa'alaikumus'salam," jawabku dan Mas Lutfi serentak.Ia duduk di sofa bersebrangan denganku dan Mas Lutfi."Kayaknya kalian lagi pada capek ya, sebelumnya mohon maaf aku udah ganggu waktu istirahat kalian," ucap Sabrina.Wajah cantik dan segar itu menatap kami satu persatu, bodohnya aku selalu saja tersimpan cemburu ketika ia memandang suamiku."Ga apa-apa, santai aja. Rafka kan

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 44.A

    "Oh, jadi kamu istri keduanya ya?" tanyaku sambil maju satu langkah.Kulihat Bapak tampak khawatir memandang kami bertiga."Maksudnya?" tanya wanita itu terkejut."Dia ini ibu saya, istri pertamanya lelaki ini, fix selama ini Emak dibohongi sama Bapak, ada untungnya juga ya kita kemari." Aku menyeringai sinis.Wanita yang terlihat lebih muda dari emak itu nampak terkejut, sejurus kemudian matanya mulai berkaca-kaca, lalu menatap bapak penuh kecewa"Jadi ... jadi Akang punya istri selain aku?" tanya wanita itu dengan mata berkaca-kaca.Bibir bapak bergetar, tubuhnya terlihat sangat kurus dengan wajah yang semakin menua."Halimah, Akang bisa jelaskan," ucap Bapak sambil berusaha meraih tangannya."Akang udah bohong! Selama sepuluh tahun Akang bohongi aku! Keterlaluan!" Wanita itu berteriak.Sontak saja pasien yang lain saling melirik, karena ini kamar nomor dua, jadinya satu ruangan ditempati oleh beberapa orang."Maaf, Halimah, Maaf," ucap bapak dengan suara bergetar.Aku maju lagi sat

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.B

    "Mbak, sekarang aku benar-benar merasa di posisimu dulu, ditinggalkan dan dicampakkan. Hanya bedanya aku bersama anakku, ada tanggung jawab besar yang harus kupikul." Lagi-lagi Kirana terisak."Aku udah ngerasain karmanya akibat ngerebut suami orang, kamu benar, Mbak, kalau akhirnya Mas Hanif suatu saat akan direbut juga sama orang lain, sekali lagi aku minta maaf," ujar Kirana dengan suara bergetar."Kirana, aku udah maafin kamu." Tenggorokanku tercekat mendengar suara tangisannya."Terima kasih, terima kasih, Mbak. Aku berharap masa depanku nanti akan bahagia bersama anakku, aku harap karma ini hanya berlaku untukku tidak untuk keturunanku." Kirana bicara lagi."Syukurlah kalau kamu udah menyadari semuanya, aku seneng, Kirana."Hening, aku merasa terharu dengan semua yang terjadi, tak dapat dipungkiri ada rasa puas yang menjalar dalam hati, rasanya semua sakitku di masa lalu telah terbayar lunas."Tapi, kamu tinggal di mana sekarang?" tanyaku, agak khawatir juga karena setahuku oran

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 43.A

    "Aku ga ada urusan ya, Rin, dia itu bapak kamu, ya urus lah." Aku berucap sinis.Gantian, karena biasanya dia yang akan bicara ketus seperti itu padaku."Nyebelin! Cepat bilangin ke Emak tentang keadaan bapak, suruh dia pulang urusin suaminya, aku capek tahu nyuciin baju bapak yang bau pesing." Ririn membentak.Aku menahan tawa, akhirnya kena karma juga tuh anak sombong, baru beberapa hari ngurusin bapaknya saja sudah lelah, bagaiman emak yang berpuluh-puluh tahun mengurusnya, tak pernah dihargai lagi."Gugatan ke pengadilan sebentar lagi akan diajukan, Ririn anak manja, jadi bapakmu itu bukan lagi suami emakku, tapi mantan!" tegasku dengan suara pelan."Oh ya, emangnya bapakmu sudah ga kuat jalan ke kamar mandi ya? sampai pipis aja harus di celana?" Aku menahan tawa"Kamu tuh ya bener-bener ngeselin, masa iya nyuruh Emak sendiri bercerai, anak durhaka!" Ririn murka."Bodo amat, dari pada menikah tapi dibuat susah dan ngebatin, ya mending suruh cerai, di rumahku Emak kujadikan ratu, b

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.B

    Mas Lutfi mangut-mangut sambil terus menenangkan Maryam yang masih merengek."Ya sudah kalau gitu siap-siap, kita akan berangkat sekarang. Ris, motor udah dikasih?" Mas Lutfi melirikku.Aku mengangguk. "Udah Mas.""Oh ya, Mak, ga usah bawa baju banyak-banyak, bawa keperluan Emak yang penting aja, soal pakaian kita bisa beli di Jakarta."Emak mengangguk lalu memintaku untuk ditemani berkemas di kamarnya, ketakutan jelas masih tercipta di wajah tuanya."Temani Emak, Maryam biar sama aku." Kata Mas Lutfi seraya keluar bersama Teh Naya, dari kejauhan kudengar mereka mengobrol.Di dalam kamar Emak melipat baju-baju dan memasukkan beberapa buah perhiasan yang selalu ia sembunyikan dari Ririn dan bapak."Terima kasih ya, Ris, tapi beneran ga apa-apa 'kan kalau Emak tinggal sama kamu?" tanya Emak sambil menatapku.Aku mengangguk serius. "Ga apa-apa, Mak, Mas Lutfi juga menerima dengan senang hati, jangan mikir macem-macem ya." Aku tersenyum yakin."Oh, jadi kamu beneran mau pergi, Heti? mau t

  • Hinaan Dari Mantan Suami Dan Istri Barunya   Bab 42.A

    "Nih, Pak, mereka berdua yang udah hasut Emak buat minta cerai sama Bapak, anak macam apa kalian nyuruh orang tua cerai." Ririn si anak songong itu menunjuk wajah kami.Seketika suasana jadi tegang, Mas Lutfi dan Kang Ruswan berhamburan datang mengerumuni kami di dapur."Ada apa ini, Ris?" tanya Mas Lutfi."Heti! Apa bener anak-anak kamu mau kita pisah?" tanya bapak sambil melotot.Heti adalah nama emakku sedangkan nama bapak tiriku yang nyebelin itu Rusdi.Tangan emak dingin dan bergetar, wajahnya menunduk dalam. Lalu kugenggam erat tangan keriput itu dan kuelus punggungnya untuk menenangkan."Jawab, Heti!" tegas bapak dengan mimik wajah menyeramkan.Lelaki tua itu membanting kopiah yang ada di kepalanya ke lantai hingga tubuh emak terguncang ketakutan."Iya," jawabku dengan wajah menantang."Saya ga nanya kamu!" Bapak menunjuk wajahku."Cukup ya selama ini Emakku disiksa batinnya sama kamu! Sekarang tolong ceraikan dia dan tinggalkan rumah ini," cetus kakakku memasang tampang bengi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status