Share

Episode 3/ Doa Istri Selalu Manjur.

Rahayu masih di dapur, dirinya baru selesai mencuci piring menggantikan tugas Mbok Mina.

"Kepada siapa aku bisa menceritakan kepedihan yang aku rasakan ini?" pikir Rahayu.

Rahayu menyeduh kopi hangat buatannya sendiri.

"Ini adalah kisahku, kisah seorang menantu yang dibenci oleh mertua ku sendiri hanya karena aku tidak dapat memberikan suamiku keturunan. Apa ini salahku?" tulis Rahayu di sebuah kertas kosong.

"Mungkin dengan menulis Diary, rasa sakit ini bisa sedikit terobati. Dan aku tidak ingin hubungan Mas Dikta dengan Mama berantakan hanya karena aku," ucap Rahayu melangkah ke kamar mereka yang terletak di lantai dua.

Langkah kaki Rahayu terhenti di sebuah pajangan foto besar.

Rahayu tersenyum, tidak lama air mata Rahayu mulai berjatuhan kembali.

"Mas, apakah ini ujian bagi pernikahan kita? Apa badai besar itu harus kita lewati Mas?" pikir Rahayu menangis terisak-isak ketika melihat foto pernikahan mereka.

"Maafkan Rahayu Mas, Rahayu belum bisa memberikanmu keturunan hingga sekarang. Rahayu memang istri yang tidak berguna," kata Rahayu berusaha tenang ketika dering ponsel dari Dikta terdengar.

"Mas Dikta?" gumam Rahayu menghapus air matanya dan berusaha berbicara dengan Dikta seperti tidak sedang menangis.

"Mas Dikta tidak boleh tahu jika aku sedang menangis sekarang," ucap Rahayu berusaha tenang.

Rahayu mengangkat telepon dari Dikta.

[Assalamu'alaikum, Mas.] kata Rahayu.

[Waalaikum salam, Sayang. Mas sedang mengantarkan Mama untuk pulang ke rumah hari ini,]

[ Kamu jika sudah mengantuk langsung tidur saja yah, Mas pasti bakal cepat pulang setelah mengantarkan Mama.] kata Dikta.

[Iya, Mas. Rahayu akan menunggu Mas di rumah, Rahayu doakan, semoga Mas Dikta dan Mama selamat sampai tujuan.] kata Rahayu.

[Insya Allah Sayang, Mas pasti akan baik-baik saja.]

[Mas tutup dulu yah telfonnya, Mama udah datang] kata Dikta.

[Iya, Mas.] balas Rahayu.

[Assalamu'alaikum, Sayang.] kata Dikta.

[Waalaikumsalam, Mas.] balas Rahayu.

Mama Dikta sudah kembali ke mobil Dikta.

"Kamu telponan dengan siapa?" tanya Mama curiga.

"Sama istri aku Ma, aku mengatakan bahwa aku sedang mengantarkan Mama pulang ke rumah," jawab Dikta.

Mama Dikta pun memberikan ekspresi wajah tidak suka dan berbicara pada Dikta.

"Sudah! Mari kita jalan. Mama sudah lapar banget nih!" kata Mama.

"Iya Ma," balas Dikta.

Dikta melihat sedari tadi mamanya hanya memainkan ponsel saja, tidak seperti biasa.

"Mama sedang mengirim pesan dengan siapa?" tanya Dikta.

"Dengan seseorang dan Mama ingin memperkenalkan dia dengan kamu nanti," jawab Mama.

"Maksud Mama?" tanya Dikta.

"Simpan saja rasa penasaran kamu, nanti di rumah kamu pasti akan tahu. Kamu nanti malam di rumah Mama yah," pinta Mama.

"Tapi, Ma …" tolak Dikta.

"Kenapa? Kamu tidak mau makan malam lagi dengan Mama?" tanya Mama memasang raut wajah sedih.

"Dikta mau Ma," balas Dikta akhirnya terpaksa mengikuti semuanya kemauan mamanya sekarang.

'Aku harus ingat kata Rahayu, ini mamaku. Aku harus bisa membuat Mama bahagia,' batin Dikta.

Mama Dikta kembali berkirim pesan dengan seseorang.

[Kamu sudah tiba di rumah Tante?] ketik Mama.

[Sudah, Tan. Aku sedang di ruang tamu sekarang.] balasnya.

[Bagus, ini Tante dan Dikta sudah hampir tiba di rumah. Kamu yah yang nanti bukakan pintu,] ketik Mama.

[Iya, Tan. Aku sudah ada kejutan untuk Dikta,] balasnya.

Sekalipun Dikta begitu penasaran dengan siapa Mama nya berkirim pesan, Dikta tidak ingin membuat pembicaraan mereka berdua ke arah yang membuat Dikta dan mamanya bertengkar.

Mobil Dikta sudah terparkir di rumah mewah di kawasan elit di kota Jakarta.

"Mari, Dikta. Masuk dulu," ajak Mama.

"Iya ma," balas Dikta.

"Mama masuk aja duluan, Dikta masih ada urusan sebentar. Dikta harus mengirimkan beberapa pesan penting," kata Dikta.

"Urusan bisnis?" tanya Mama.

Dikta pun terpaksa berbohong dan menjawab.

"Iya Ma," balas Dikta.

"Hmm, baiklah. Mama masuk duluan, nanti kamu nyusul yah. Jangan langsung pulang," kata Mama.

"Iya Ma," balas Dikta.

Setelah melihat mamanya sudah menjauh, Dikta kembali mengirimkan pesan pada Rahayu.

[Sayang, Mas sudah tiba di rumah Mama. Mas diajak Mama makan malam disini, tidak apa-apa kan sayang? Kamu jika mengantuk langsung tidur saja yah, jangan tunggu Mas.]

[Mas akan langsung pulang setelah makan malam,] ketik Dikta dan segera turun dari mobil.

Dikta disambut dengan wanita cantik yang hanya memakai pakaian super mini, tapi sayangnya Dikta tidak tertarik dengan penampilan wanita tersebut.

"Kamu siapa? Kenapa bisa berada di rumah Mama saya?" tanya Dikta.

"Ini yang ingin Mama kenalkan dengan kamu Dikta," ucap Mama.

"Maksud Mama?" tanya Dikta heran.

"Ini namanya Carina, Carina yang menemani Mama selama kamu sibuk dengan istri kamu. Mama selalu kesepian, tapi semenjak ada Carina Mama tidak merasa kesepian lagi. Mari kita makan malam bersama," ajak Mama.

Dikta hanya terpaksa ikut masuk ke dalam rumah Mama nya.

Sementara itu, Rahayu baru saja selesai melaksanakan sholat isya, dirinya memanjatkan satu doa yang ia rasa akan mengguncang rumah tangga bahagia dirinya dengan Dikta.

"Ya Rabb, ya Tuhanku. Aku ini adalah hamba yang dipenuhi dengan dosa, ampunilah dosa hamba, dosa suami hamba, dosa semua keluarga hamba. Ya Rabb, berikanlah kelembutan pada hati mertua hamba,"

"Ya Rabb, yang maha mengetahui semua yang akan terjadi di masa mendatang, bahkan untuk sedetik kemudian. Ya Rabb, lindungi lah suami hamba, tanamkan rasa cinta di dalam dada suami hamba hanya untuk hamba ya Rabb. Jagalah semua pemikiran suami hamba," 

"Amin," 

Rahayu kembali melangkah ke ranjang mereka, dirinya melihat ada pesan masuk dari Mas Dikta.

"Mas Dikta makan malam di rumah Mama? Kenapa hati aku menjadi gelisah seperti ini?" ucap Rahayu gelisah.

"Ya Allah, lindungilah suami hamba. Jaga hati Mas Dikta hanya untuk hamba seorang ya Rabb," doa Rahayu kembali pada Allah.

Dikta, Mamanya dan Carina sudah berada di meja makan.

"Gimana? Enak tidak masakan aku?" tanya Carina.

"Hmm," jawab Dikta yang makan makanan nya dengan tergesa-gesa.

"Kamu kenapa makan dengan tergesa-gesa sih?" tanya Mama Dikta heran.

"Tidak apa-apa, Ma. Dikta hanya ingin cepat pulang," jawab Dikta yang selalu kepikiran dengan Rahayu.

"Mas Dikta harus pulang sekarang? Nginap di rumah ini aja dulu, Mas. Aku bisa kok temani Mas Dikta," kata Carina dengan menggenggam tangan kiri Dikta.

"Maaf, saya sudah memiliki seorang istri. Tolong sopan sedikit dengan saya!" ucap Dikta segera berdiri.

"Ma, aku sudah menunaikan janji aku pada Mama. Sekarang aku pamit pulang,"

"Rahayu pasti sudah menunggu aku di rumah," ucap Dikta langsung pamit pada Mamanya dan segera keluar dari rumah mewah milik mamanya.

Terlihat jelas raut wajah Mama Dikta tidak suka dengan sikap putranya sendiri.

"Tante tenang saja, aku pasti bisa menaklukkan hati Mas Dikta. Dan aku pastikan tidak lama lagi Mas Dikta akan menceraikan istrinya yang kampungan itu!" kata Carina.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status