Share

Episode 6/ Suprise di Tengah Malam.

"Mbok Mina ngapain sih ganggu malam-malam gini? Ngak tahu apa yah," gumam Dikta melangkah bersama dengan Rahayu.

"Ngak Boleh Gitu Mas, siapa tahu kan Mbok Mina mau menyampaikan hal penting untuk kita. Nggak boleh suudzon," ucap Rahayu.

"Hmmm," 

"Tapi kan bisa diomongin besok," kata Dikta.

"Kamu ini seperti anak kecil saja, Mas. Mbok Mina juga baru sekarang yang ketuk pintu kita larut malam seperti ini," ucap Rahayu.

Pintu kamar mereka terbuka dan memang Mbok Mina sedang berdiri di depan pintu kamar tersebut dengan sangat cemas.

"Tuan ...." kata Mbok Mina.

"Kenapa Mbok? Kenapa Mbok Mina cemas seperti ini?" tanya Dikta panik.

“Bu… Bos,” kata Mbok Mina.

"Mama?!" ucap Dikta.

Mbok Mina memberikan anggukan.

"Mama bertamu malam-malam seperti ini?" tanya Dikta.

Mbok Mina kembali memberikan anggukan.

"Sekarang Mama ada dimana Mbok?" tanya Dikta cemassembari membocorkan pada Rahayu.

'Rencana apa lagi yang ingin direncanakan oleh Mama?' pikir Dikta.

"Bu Bos ada di bawah Den, sedari tadi Bu Bos terus meminta Mbok Mina menyuruh Tuan Dikta ke bawah. Tapi …." kata Mbok Mina.

"Tapi apa Mbok? Jangan bikin saya panik seperti ini!" ucap Dikta.

"Bu Bos bawa seorang wanita muda Tuan," ucap Mbok Mina.

"Mama membawa wanita muda ke rumah ini?!" kata Dikta.

Mbok Mina memberikan anggukan.

'Apa wanita itu yang ada di rumah Mama?' pikir Dikta.

"Baik, terima kasih Mbok. Saya akan menemui Mama bersama Rahayu," ucap Dikta mempererat genggaman tangan Rahayu.

"Mas," panggil Rahayu.

Terlihat jelas dari wajah Rahayu, jika dirinya sangat cemas akan kedatangan Mama mertuanya.

"Kamu jangan cemas, mau bagaimanapun kamu istri aku. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun menyakiti kamu Rahayu!"

"Termasuk Mama!" kata Dikta.

"Mbok Mina turun ke bawah dulu Tuan," kata Mbok Mina.

"Baik, Mbok. Terima kasih," ucap Dikta.

Awal petaka di rumah tangga Tuan Dikta dan Nyonya Rahayu dimulai, semoga Tuan Dikta dapat bertahan dengan Nyonya Rahayu. Amin,' pinta Mbok Mina melangkah turun ke lantai bawah.

"Mas, aku hanya takut. Aku sangat ketakutan sekarang Mas," ucap Rahayu.

"Mas juga takut Sayang, tapi … apapun rintangannya, kita berdua pasti akan dapat melewatinya," kata Dikta tersenyum.

"Mari kita ke bawah" pinta Dikta.

"Iya Mas," ucap Rahayu.

'Ya Rabb, rencana apa yang ingin Anda berikan pada rumah tangga kami? Apakah badai besar itu harus kami berdua lalu lagi?' batin Rahayu.

Sementara itu, di lantai bawah. Mama Dikta dan Carina sedang duduk memberikan kejutan untuk Dikta dan Rahayu di tengah malam.

"Rumahnya mewah yah, Tan. Pasti ini sangat mahal," ucap Carina.

"Sudah tentu dong, rumah ini untuk jutaan jutaan. Oleh sebab itu Tante gak mau jika perempuan kampungan itu yang ada di dalam rumah semewah ini!" kata Mama Dikta.

Mbok Mina yang bertemu dengan pembicaraan antara Mama Dikta dan Carina, hanya bisa memberikan sumpah serapah di sekarang.

'Dasar mertua tidak tahu diri! Nasib baik Nyonya Rahayu masih mau menampung dia waktu itu, jika tidak pasti dia sudah tinggal di rongsokan sekarang!' batin kesal Mbok Mina pada Mama Dikta.

"Tan, ada yang sedari tadi melihat kita," bisik Carina.

"Maksud kamu?" tanya Mama Dikta.

"Itu, pembantu rumah ini!" 

"Seperti pembantunya tidak suka deh dengan kedatangan kita disini," bisik Carina.

"Hei! Kamu!" panggil Mama Dikta pada Mbok Mina.

'Dasar manusia tidak punya tata bicara yang baik,' batin Mbok Mina.

"Iya Bu Bos," jawab Mbok Mina mendekat.

"Mana Dikta? Saya tadi kan memerintahkan kamu untuk memanggil Dikta," 

"Bukan bengong disana!" ucap Mama Dikta.

"Tuan Dikta sedang menuju Ke Bawah Bu Bos, mau saya bikinin teh hangat Bu Bos?" tanya Mbok Mina.

"Hmm," balas Mama Dikta.

"Saya izin ke dapur dulu," ucap Mbok Mina.

"Masa iya sih, Tan. Mas Dikta eksperimen orang seperti itu?"

"Dekil, bau, udah tua lagi!" kata Carina.

"Yah, mau gimana lagi, Sayang. Dikta itu memang keras kepala, sudah Tante bilang dia aja yang gak mau nurut sama Tante semenjak menikah dengan wanita kampungan itu. Oleh karena itu, Tante benci banget sama dia!" ucap Mama Dikta.

"Tante tenang saja, Carina pasti bisa membuat Mas Dikta berada di jalan yang benar lagi. Tidak khawatir lagi Tan," kata Carina.

"Terima kasih yah, Sayang. Tante ingin kamu rebut Dikta dari wanita kampungan itu," bisik Mama Dikta.

"Sip Tan," balas Carina.

'Jika saya bisa mendapatkan Mas Dikta, maka semua kekayaan ini akan menjadi milikku juga. Aku harus bisa merebut Mas Dikta!' pikir Carina.

Dikta dan Rahayu masih melangkah menuruni tangga rumah mewah mereka.

"Aku ingin mengatakan satu hal penting pada kamu Sayang," kata Dikta.

"Kamu mau mengatakan hal penting apa Mas?" tanya Rahayu heran.

Dikta melepas genggaman tangan mereka dan memandang penuh cinta pada wajah Rahayu.

"Wajah ini, wajah ini yang telah menemani aku selama tujuh tahun lamanya. Wajah ini yang selalu aku lihat setiap pagi ketika mata ini kembali terbuka,"

"Wajah ini juga yang terus membuat aku merasakan bahagia. Wajah ini," ucap Dikta dengan mengelus rambut Rahayu dan terus menatap Rahayu dengan tatapan penuh cinta.

Dikta tersenyum dan kembali berucap.

"Nama pemilik wajah itu Rahayu, wanita cantik yang telah menemani aku dari masih hidup susah hingga sekarang. Apa mungkin aku bisa melupakan semua itu?" ujar Dikta dengan memandang pada mata Rahayu.

"Terima kasih, terima kasih kamu tidak pernah lelah. Terima kasih Sayang," ucap Dikta dengan tersenyum dan mencium tangan Rahayu.

Rahayu tersentuh tanpa sadar meneteskan air matanya.

"Jangan menangis, aku pernah berjanji untuk tidak akan membuat kamu menangis. Jangan menangis Sayang," pinta Dikta menghapus air mata Rahayu.

"Aku tidak menangis Mas, aku hanya terharu dan begitu bahagia. Terima kasih Mas," ucap Rahayu dengan memeluk erat Dikta.

Dikta ikut memeluk erat Rahayu dan kembali berucap.

"Untuk kesekian kalinya kamu mengatakan kata terima kasih pada aku, entah sudah berapa banyak kata terima kasih itu terucap. Dan aku selalu mengatakan kata yang sama pada kamu," 

"Aku akan selalu mencintai kamu," ucap Dikta.

"Mas, bagaimana jika Mama memang ingin memisahkan kita?" tanya Rahayu.

"Apapun yang terjadi, aku akan tetap memilih kamu. Tidak ada yang akan membuat kita terpisah kecuali maut," ucap Dikta kembali mengajak Rahayu untuk menemui Mamanya di tengah malam seperti ini.

'Entah kenapa sekarang tidak enak Mas,' batin cemas Rahayu.

Setiap langkah mereka membuat rasa cemas Rahayu semakin meningkat, seolah-olah badai besar itu siap menghantam rumah tangga mereka.

Terlihat jelas oleh Dikta dan Rahayu ketika mereka sudah berada di lantai bawah.

"Mama?" Dikta membocorkan keheranan pada Mamanya dan Carina yang menyambut dengan senyum bahagia.

"Kejutan," kata Mama dan Carina melangkah mendekat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status