Share

Episode 5/ Mbok Mina Ganggu Aja

Mas!" ucap Rahayu ketika mereka masih berpelukan.

"Hmm," balas Dikta.

"Mas!" ucap Rahayu.

"Iya sayang," balas Dikta.

Pelukan mereka semakin erat, karena Dikta tidak membiarkan Rahayu untuk melepaskan pelukan tersebut.

"Mas!" ucap Dikta untuk ketiga kalinya.

"Iya, sayang. Ada apa?" tanya Dikta masih dengan memeluk tubuh Rahayu.

"Mas, kamu lupa sesuatu yah?" kata Rahayu.

"What? I remember," ucap Dikta.

"Kalo ingat, apa coba?" tanya Rahayu.

"Hmmm, wait for a minute," 

"Hmmm, I remember. You're saying …." 

"Kamu kangen yah?" ujar Dikta.

Rahayu yang mendengar pun begitu kaget dan pipi Rahayu langsung merona seketika.

"Mau coba malam ini? Sepertinya olahraga malam bagus sayang," bisik Dikta.

Rahayu langsung mencubit pinggang Dikta.

"Awhg, aku itu gak mau dicubit sama kamu. Aku maunya disayang apalagi dibelai," bisik manja Dikta.

"Ihhh, Mas. Bukan itu maksud aku," ujar Rahayu.

"Terus apa dong?" tanya Dikta penasaran.

"Kamu udah sholat Isya?" tanya Rahayu ketika Dikta tidak ingin melepaskan pelukan dari Rahayu.

"Hmm, belum. Maaf yah," balas Dikta.

Rahayu tersenyum dan berucap.

"Gak apa-apa Mas, kamu sekarang ambil wudhu yah. Aku mau siapin yang kamu perlukan," ucap Rahayu.

"Terima kasih Sayang," ujar Dikta dengan memberi kecupan manis di kening Rahayu.

"Sama-sama Mas, gih kamu ambil wudhu sekarang," saran dari Rahayu.

"Iya," 

"Aku memang pria paling beruntung bisa memiliki kamu," bisik Dikta sebelum melangkah ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu.

"Ihhh, Mas Dikta!" Rahayu yang begitu menahan rona kemerahan yang berada di pipi Rahayu.

Ketika Dikta masih berada di kamar mandi, Rahayu sedang duduk di samping kasur empuk mereka sembari berbaring.

Rasa lelah seharian membuat mata Rahayu dengan cepat tertutup.

Dikta yang sudah kembali ke dalam kamar, melihat Rahayu sedang tertidur hanya tersenyum dan segera memakai kain sarung yang sudah disiapkan oleh Rahayu.

"Allahu Akbar," Dikta pun melaksanakan shalat Isya dengan sangat khusyuk.

Menghabiskan waktu lebih dari lima menit untuk selesai.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh," Dikta yang menoleh ke kanan dan dilanjutkan menoleh ke kiri.

"Ya Rabb, yang maha membolak-balikkan hati manusia. Hamba hanya ingin satu hal sekarang ya Rabb, hamba ingin Mama hamba bisa lebih mengerti tentang perasaan istri hamba. Hamba sudah berjanji untuk tidak membuat wanita yang hamba cintai itu meneteskan air mata,"

"Hamba hanya ingin Mama hamba mau menanti keturunan dari kami berdua,"

"Amin," Dikta pun melepaskan kain sarung tersebut dan berjalan mendekat ke ranjang mereka.

Dikta mendekat tapi langkah kakinya terhenti tepat ketika berada di samping Rahayu.

Dikta duduk di samping Rahayu yang sedang tertidur dengan sangat pulas, tanpa riasan make up sama sekali.

'Kamu sangat cantik Sayang, bahkan tanpa menggunakan make up sedikitpun. Kamu itu memang sudah terlahir cantik natural,' puji Dikta yang memandangi wajah istri tercintanya.

Dikta mendekatkan wajahnya dengan wajah Rahayu, senyum manis Dikta kembali hadir. 

"Apa aku boleh mencium kamu sekarang?" gumam Dikta.

Dering ponsel pun mengganggu kejadian romantis yang akan segera terjadi.

Mata Steffy pun perlahan terbuka ketika mendengar suara dering ponsel.

Dengan rasa malas, Rahayu akhirnya membuka matanya dan sangat kaget karena wajah Dikta dan wajah dirinya begitu dekat.

"Mas?" ujar Rahayu membelalakkan matanya.

Dering ponsel masih berbunyi, tapi Dikta lebih memilih untuk mencium bibir Rahayu yang begitu menggiurkan untuk dicicipi di malam hari.

Rahayu tidak dapat menolak ciuman lembut dari Dikta, dirinya akan selalu terbawa suasana ketika Dikta memberikan ciuman yang perlahan tapi pasti mulai panas.

Ketika Rahayu mulai rileks untuk membalas ciuman dari Dikta, Dikta mengangkat ponsel yang berdering tanpa menghentikan aktivitas ciuman mereka.

Terdengar suara dari telepon.

[Halo, saya Alex Ferguson. Rekan bisnis yang akan melakukan rapat dan akan mengatur beberapa hal yang di perlu penting,] ucap suara dibalik telepon.

Dikta pun terpaksa harus menghentikan ciuman panas yang sudah semakin bergejolak.

Terlihat jelas oleh Dikta, bahwa Rahayu kesal karena ciuman panas itu dihentikan.

Dikta hanya tersenyum, dirinya membelai rambut hitam Rahayu.

[Ya, besok kita bisa mengadakan rapat.] balas Dikta.

[Baik, saya tunggu kabar baiknya. Semoga kita berdua bisa menjadi rekan bisnis yang baik untuk kedepan.] ucap suara di balik telepon.

[Ya, saya juga berharap seperti itu.] balas Dikta.

Sambungan telepon pun diakhiri.

Rahayu pun menatap curiga pada Dikta.

"Kenapa Sayang? Kamu berpikir yang menelepon aku seorang wanita?" tanya Dikta.

Rahayu hanya memberikan gelengan kepala.

"Hmm, bukan yah. Apa kamu mau aku cium panas lagi?" tanya Dikta.

Seketika Rahayu langsung bangkit dan berucap.

"Lebih baik jangan sekarang Mas!" ujar Rahayu.

Dikta tersenyum dan kembali berucap.

"Memangnya kenapa? Tadi kamu cemberut ketika aku lepasin ciuman panasnya,"

"Yakin gak mau sekarang?" tanya Dikta yang masih menggoda Rahayu.

"Yakin, Mas. Lebih baik nanti saja," Rahayu pun negosiasi dengan suaminya sendiri.

"Hmmm, gimana yah?" 

"Tapi, aku sudah kangen sekarang. Gimana dong?" bisik Dikta.

Pipi Rahayu seketika memerah.

"Ihh, Mas. Udah nikah masih aja mesum!" ujar Rahayu dengan pipi merona.

"Mesum mesum gini, kamu suka kan?" goda Dikta.

Dengan malu Rahayu menganggukkan kepalanya.

"Aku sudah kangen kamu Sayang," bisik Dikta.

Rahayu kaget dan langsung melepaskan pelukan dari Dikta.

"Kenapa?" tanya Dikta heran.

"Sekarang?" tanya Rahayu.

Dikta tersenyum dan mendekatkan wajahnya pada wajah Rahayu.

"Hmm," balas Dikta langsung mencium bibir Rahayu dengan begitu lembut dan pelan untuk menaikkan sensasi di antara mereka berdua.

Dikta memang sangat mahir untuk hal seperti itu dan Rahayu selalu hanyut dalam ciuman bergairah yang diberikan oleh Dikta.

Dikta mulai menurunkan tangannya ke bagian bawah pinggang Rahayu.

Rahayu terbawa suasana dan tanpa sadar mendesah nikmat ketika tangan Dikta mulai membuat sensasi yang jauh lebih panas.

"Mas, akh …." ucap Rahayu mencoba menahan suara desahan nikmat akan permainan tangan yang diberikan oleh Dikta.

"Jangan ditahan Sayang," ucap Dikta kembali mencium bibir Rahayu dengan ciuman yang panas.

Rahayu memang sudah terangsang oleh permainan yang diberikan oleh Dikta.

"Mas …." ucap Rahayu ketika Dikta mulai menciumi leher jenjangnya.

"Aku suka dengan balasan yang kamu berikan, itu membuat aku semakin bersemangat. Mau sekarang Sayang?" tanya Dikta memberikan jeda waktu untuk Rahayu agar dapat berpikir tenang.

Dikta terus mencumbu leher jenjangnya Rahayu, ketika kedua insan sudah ingin mengutarakan rasa cinta sebagai pasangan halal.

Terdengar ketukan pintu dari luar kamar mereka.

"Mas, ada yang mengetuk pintu!" kata Rahayu.

"Sudah biarkan saja Sayang,"

"Nikmati saja ini semua," ucap Dikta kembali mencumbu leher Rahayu.

"Tapi bagaimana jika yang mengetuk pintu itu Mbok Mina, Mas?" ucap Rahayu.

"Kita tunda dulu kegiatan malam ini, Mas. Siapa tahu Mbok Mina butuh kita," bujuk Rahayu.

'Aduh, Mbok Mina ganggu aja deh malam-malam gini!' 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status