Share

5. Time Is Running Out

dr. Santoso muncul dengan wajahnya yang tegang masuk ke ruang meeting. dr. Han mengikutinya dari belakang. Anak anak koass saling pandang sambil menebak nebak berita apa gerangan yang dibawa dr. Santoso. 

“Selamat pagi!” sapa dr. Santoso.

Serentak anak anak magang menjawab. “Selamat pagi dok.”

Tanpa basa basi dr. Santoso langsung bicara. “Aku akan melakukan sesuatu yang sangat jarang bagi dokter bedah. Aku akan meminta tolong kepada dokter magang. Aku punya kasus, Nama pasien Kalina. Sekarang, dia adalah misteri. Dia tidak merespon pengobatan kita. Hasil laboratoriumnya bersih, hasil scan nya bagus, tapi dia mengalami kejang *tonik klonik dengan penyebab yang tak bisa dilihat. Dia adalah jam pasir kita. Dia akan meninggal jika aku tidak menemukan diagnosisnya, makanya aku minta tolong pada kalian. Aku tidak bisa melakukannya sendirian. Aku butuh pemikiran tambahan kalian, pengamatan tambahan kalian. Aku butuh kalian untuk jadi detektif. Aku butuh kalian untuk menemukan kenapa Kalina kejang-kejang. Kalian lelah. Kalian dapat pekerjaan lebih banyak dari yang bisa kalian pegang. Aku mengerti. Jadi aku akan memberikan kalian insentif. Siapapun yang menemukan jawabannya akan bersama denganku. Kalina butuh operasi. Kalian akan mendapatkan apa yang dokter magang tidak dapatkan: Ikut melakukan operasi untuk membantu melakukan prosedur lebih lanjut. dr.. Han akan memberikan kalian riwayat penyakit Kalina. Waktu bergerak cepat. Jika kita ingin menyelamatkan hidup Kalina lakukan secepatnya.” dr. Han menyimpan berkas Kalina di meja. 

Selepas mengambil berkas berkas Kalina, Gina bergegas ke ruangan informasi untuk mendapatkan beberapa informasi tambahan. Disana dia bertemu dengan Alex yang baru saja mendapat laporan dari perawat Sofia. “Kau yang barusan menghubungiku?” tanya Alex.

“Ya...pasien 4-B masih bernafas pendek,” lapor Sofia.

Alex menghela nafas, “Beri waktu antibiotiknya bekerja,” kata Alex sambil membolak balik rekam medik milik pasien 4-B. Sebenarnya Alex tidak terlalu yakin dengan diagnosis nya.

“Seharusnya antibiotiknya sudah bekerja sekarang.” Sofia menatap Alex masih dengan tatapan ragu. Sebagai seorang dokter, tentu saja Alex tidak terima diperlakukan demikian oleh Sofia. Hal ini menyebabkan dengan berbagai cara Alex mempertahankan pendapatnya lantas menjawab, “Pasiennya sudah tua. Dia sudah sangat kuno. Dia beruntung masih bisa bernafas.” Sofia langsung mengernyitkan keningnya mendengar jawaban dr. Alex. “Aku dapat kesempatan untuk ikut operasi di lantai bawah pada pasien yang belum hidup di masa Perang Dunia. Jangan hubungi aku lagi.” Dengan arogan dokter Alex meninggalkan Sofia sendirian.

Gina yang berdiri tak jauh dari Alex dan Sofia hanya diam diam memperhatikan pembicaraan mereka. Sampai tiba-tiba Cristina datang dan mengejutkannya. “Hey, aku ingin ikut ke proses operasi dr. Santoso. Kau dokter magang Kalina dari awal. Mau bekerja sama?” Gina yang tahu tabiat teman satunya ini faham kemana arah pembicaraannya. “Jika kita menemukan jawabannya, kita punya kesempatan 50-50 untuk bisa ikut proses operasi.” Cristina berterus terang pada Gina.

“Aku akan bekerja sama denganmu, tapi aku tidak ingin ikut proses operasi.” Jawab Gina sambil berjalan menuju perpustakaan RS.

Cristina terus saja membuntuti Gina, “Ini kesempatan terbesar untuk para dokter magang yang bisa dapatkan.”

“Aku tidak mau menghabiskan waktu dengan Daniel.” Dengan tegas Gina memberikan alasan yang sebenarnya pada Cristina lalu mengambil beberapa buku dan duduk di lorong antara rak rak buku perpustakaan. 

Cristina yang sekarang ikut duduk di sebelah Gina terus saja memberondonginya dengan pertanyaan pertanyaan tidak penting. “Kenapa sih kau memusuhi Daniel?”

“Jika kita menemukan jawabannya, operasi itu milikmu. Kau mau bekerja sama atau tidak?” Gina enggan mengungkapkan alasannya kenapa dia tidak mau melakukan operasi dengan dr. Santoso pada Cristina.

“Setuju,” cetus Cristina dengan wajah yang berseri seri. “Dia tidak pernah mengalami *anoxia gagal ginjal ataupun *asidosis. Bukan juga karena tumor, karena CT Scan nya bersih. Kau tidak mau bilang kenapa kau tidak mau bekerja dengan Santoso?” Sebegitu penasarannya Cristina sampai kajiannya kembali lagi ke pertanyaan yang sama.

“Tidak. Bagaimana dengan infeksi?” sahut Gina.

“Tidak, tidak ada yang infeksi. Dia tidak ada luka, tidak ada demam, tidak ada riwayat penyakit apapun padanya. Katakan saja padaku.” 

Gina sedikit kesal pada Cristina yang memaksanya untuk memberikan alasan. Sampai akhirnya diapun berterus terang. “Kau tidak boleh bahas, mengubah wajah dan reaksi apapun. Kami bercinta.”

Mata Cristina terbelalak demi jawaban yang baru saja Gina berikan. “Bagaimana dengan pembengkakan pembuluh darah? Tidak ada darah pada CT Scan dan tidak ada riwayat sakit kepala. OK. Tidak mengkonsumsi narkoba, tidak hamil, tidak ada trauma. Apakah sex nya memuaskan? Maksudku, dia terlihat seperti kuat di ranjang. Apakah itu benar?” cerocos Cristina yang tampak belum puas dengan jawaban Gina tentang dr. Daniel Santoso.

“Kita kehabisan jawaban. Bagaimana jika tidak satupun menemukan jawabannya?” keluh Gina sambil menutup bukunya.

“Maksudmu, bagaimana jika dia meninggal?” ulang Cristina.

“Ya….”

“Mungkin akan terdengar sangat buruk, tapi aku sungguh menginginkan operasi itu,” dengus Cristina yang terus saja membuka buka buku referensi nya.

Tiba tiba Gina tersenyum membayangkan Kalina yang selalu membuatnya kesal. “Dia tidak akan pernah dapat kesempatan untuk berubah jadi seseorang. Jumlah total keberadaannya yang hampir menang Putri Remaja entah apa itu. Kau tau kontes bakat dia apa?” ujar Gina.

“Mereka punya bakat?” Cristina tersenyum sinis.

“Senam ritmik.” Gina tertawa lepas lantas terdiam saat sadar bahwa dia masih berada di perpustakaan.

Cristina ikut ikutan tertawa. “Oh, ya ampun. Apa itu senam ritmik? Aku bahkan tidak pernah mengucapkannya.”

“Aku tidak tahu apa itu. Aku rasa itu sesuatu yang berhubungan dengan bola dan…” seketika Gina terdiam seperti ada sesuatu jawaban yang baru saja tersirat di benaknya.

“Apa?” tanya Cristina. “Gina, apa?”

“Bangun. Ayo.” Gina menarik tangan Cristina untuk ikut bersamanya. “Satu-satunya yang mungkin adalah angiogram* untuk Kalina.”

Bersambung...

Catatan:

*Kejang tonik klonik : adalah jenis kejang yang melibatkan seluruh tubuh, karena melibatkan kedua sisi otak. 

*Anoxia : terjadi ketika tubuh atau otak seseorang berhenti mendapatkan asupan oksigen. 

*Asidosis : kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi. 

*Angiogram: adalah jenis pencitraan medis yang menggunakan sinar-X untuk memeriksa kondisi pembuluh darah. 

Title: Time Is Running Out (Muse)

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status