dr. Santoso muncul dengan wajahnya yang tegang masuk ke ruang meeting. dr. Han mengikutinya dari belakang. Anak anak koass saling pandang sambil menebak nebak berita apa gerangan yang dibawa dr. Santoso.
“Selamat pagi!” sapa dr. Santoso.
Serentak anak anak magang menjawab. “Selamat pagi dok.”
Tanpa basa basi dr. Santoso langsung bicara. “Aku akan melakukan sesuatu yang sangat jarang bagi dokter bedah. Aku akan meminta tolong kepada dokter magang. Aku punya kasus, Nama pasien Kalina. Sekarang, dia adalah misteri. Dia tidak merespon pengobatan kita. Hasil laboratoriumnya bersih, hasil scan nya bagus, tapi dia mengalami kejang *tonik klonik dengan penyebab yang tak bisa dilihat. Dia adalah jam pasir kita. Dia akan meninggal jika aku tidak menemukan diagnosisnya, makanya aku minta tolong pada kalian. Aku tidak bisa melakukannya sendirian. Aku butuh pemikiran tambahan kalian, pengamatan tambahan kalian. Aku butuh kalian untuk jadi detektif. Aku butuh kalian untuk menemukan kenapa Kalina kejang-kejang. Kalian lelah. Kalian dapat pekerjaan lebih banyak dari yang bisa kalian pegang. Aku mengerti. Jadi aku akan memberikan kalian insentif. Siapapun yang menemukan jawabannya akan bersama denganku. Kalina butuh operasi. Kalian akan mendapatkan apa yang dokter magang tidak dapatkan: Ikut melakukan operasi untuk membantu melakukan prosedur lebih lanjut. dr.. Han akan memberikan kalian riwayat penyakit Kalina. Waktu bergerak cepat. Jika kita ingin menyelamatkan hidup Kalina lakukan secepatnya.” dr. Han menyimpan berkas Kalina di meja.
Selepas mengambil berkas berkas Kalina, Gina bergegas ke ruangan informasi untuk mendapatkan beberapa informasi tambahan. Disana dia bertemu dengan Alex yang baru saja mendapat laporan dari perawat Sofia. “Kau yang barusan menghubungiku?” tanya Alex.
“Ya...pasien 4-B masih bernafas pendek,” lapor Sofia.
Alex menghela nafas, “Beri waktu antibiotiknya bekerja,” kata Alex sambil membolak balik rekam medik milik pasien 4-B. Sebenarnya Alex tidak terlalu yakin dengan diagnosis nya.
“Seharusnya antibiotiknya sudah bekerja sekarang.” Sofia menatap Alex masih dengan tatapan ragu. Sebagai seorang dokter, tentu saja Alex tidak terima diperlakukan demikian oleh Sofia. Hal ini menyebabkan dengan berbagai cara Alex mempertahankan pendapatnya lantas menjawab, “Pasiennya sudah tua. Dia sudah sangat kuno. Dia beruntung masih bisa bernafas.” Sofia langsung mengernyitkan keningnya mendengar jawaban dr. Alex. “Aku dapat kesempatan untuk ikut operasi di lantai bawah pada pasien yang belum hidup di masa Perang Dunia. Jangan hubungi aku lagi.” Dengan arogan dokter Alex meninggalkan Sofia sendirian.
Gina yang berdiri tak jauh dari Alex dan Sofia hanya diam diam memperhatikan pembicaraan mereka. Sampai tiba-tiba Cristina datang dan mengejutkannya. “Hey, aku ingin ikut ke proses operasi dr. Santoso. Kau dokter magang Kalina dari awal. Mau bekerja sama?” Gina yang tahu tabiat teman satunya ini faham kemana arah pembicaraannya. “Jika kita menemukan jawabannya, kita punya kesempatan 50-50 untuk bisa ikut proses operasi.” Cristina berterus terang pada Gina.
“Aku akan bekerja sama denganmu, tapi aku tidak ingin ikut proses operasi.” Jawab Gina sambil berjalan menuju perpustakaan RS.
Cristina terus saja membuntuti Gina, “Ini kesempatan terbesar untuk para dokter magang yang bisa dapatkan.”
“Aku tidak mau menghabiskan waktu dengan Daniel.” Dengan tegas Gina memberikan alasan yang sebenarnya pada Cristina lalu mengambil beberapa buku dan duduk di lorong antara rak rak buku perpustakaan.
Cristina yang sekarang ikut duduk di sebelah Gina terus saja memberondonginya dengan pertanyaan pertanyaan tidak penting. “Kenapa sih kau memusuhi Daniel?”
“Jika kita menemukan jawabannya, operasi itu milikmu. Kau mau bekerja sama atau tidak?” Gina enggan mengungkapkan alasannya kenapa dia tidak mau melakukan operasi dengan dr. Santoso pada Cristina.
“Setuju,” cetus Cristina dengan wajah yang berseri seri. “Dia tidak pernah mengalami *anoxia gagal ginjal ataupun *asidosis. Bukan juga karena tumor, karena CT Scan nya bersih. Kau tidak mau bilang kenapa kau tidak mau bekerja dengan Santoso?” Sebegitu penasarannya Cristina sampai kajiannya kembali lagi ke pertanyaan yang sama.
“Tidak. Bagaimana dengan infeksi?” sahut Gina.
“Tidak, tidak ada yang infeksi. Dia tidak ada luka, tidak ada demam, tidak ada riwayat penyakit apapun padanya. Katakan saja padaku.”
Gina sedikit kesal pada Cristina yang memaksanya untuk memberikan alasan. Sampai akhirnya diapun berterus terang. “Kau tidak boleh bahas, mengubah wajah dan reaksi apapun. Kami bercinta.”
Mata Cristina terbelalak demi jawaban yang baru saja Gina berikan. “Bagaimana dengan pembengkakan pembuluh darah? Tidak ada darah pada CT Scan dan tidak ada riwayat sakit kepala. OK. Tidak mengkonsumsi narkoba, tidak hamil, tidak ada trauma. Apakah sex nya memuaskan? Maksudku, dia terlihat seperti kuat di ranjang. Apakah itu benar?” cerocos Cristina yang tampak belum puas dengan jawaban Gina tentang dr. Daniel Santoso.
“Kita kehabisan jawaban. Bagaimana jika tidak satupun menemukan jawabannya?” keluh Gina sambil menutup bukunya.
“Maksudmu, bagaimana jika dia meninggal?” ulang Cristina.
“Ya….”
“Mungkin akan terdengar sangat buruk, tapi aku sungguh menginginkan operasi itu,” dengus Cristina yang terus saja membuka buka buku referensi nya.
Tiba tiba Gina tersenyum membayangkan Kalina yang selalu membuatnya kesal. “Dia tidak akan pernah dapat kesempatan untuk berubah jadi seseorang. Jumlah total keberadaannya yang hampir menang Putri Remaja entah apa itu. Kau tau kontes bakat dia apa?” ujar Gina.
“Mereka punya bakat?” Cristina tersenyum sinis.
“Senam ritmik.” Gina tertawa lepas lantas terdiam saat sadar bahwa dia masih berada di perpustakaan.
Cristina ikut ikutan tertawa. “Oh, ya ampun. Apa itu senam ritmik? Aku bahkan tidak pernah mengucapkannya.”
“Aku tidak tahu apa itu. Aku rasa itu sesuatu yang berhubungan dengan bola dan…” seketika Gina terdiam seperti ada sesuatu jawaban yang baru saja tersirat di benaknya.
“Apa?” tanya Cristina. “Gina, apa?”
“Bangun. Ayo.” Gina menarik tangan Cristina untuk ikut bersamanya. “Satu-satunya yang mungkin adalah angiogram* untuk Kalina.”
Bersambung...
Catatan:
*Kejang tonik klonik : adalah jenis kejang yang melibatkan seluruh tubuh, karena melibatkan kedua sisi otak.
*Anoxia : terjadi ketika tubuh atau otak seseorang berhenti mendapatkan asupan oksigen.
*Asidosis : kondisi yang terjadi ketika kadar asam di dalam tubuh sangat tinggi.
*Angiogram: adalah jenis pencitraan medis yang menggunakan sinar-X untuk memeriksa kondisi pembuluh darah.
Title: Time Is Running Out (Muse)
Izzie terburu-buru pergi ke ruangan anak. Di tangga darurat dia bertemu dengan Alex. Izzie malu-malu saat bertemu Alex. Jelas sekali tampak dari wajahnya kalau dia memang sudah jatuh cinta pada Alex."Hei ... Hei tunggu," sapa Alex.Izzie berhenti dan berbalik "Apa?""Nih ada bulu mata di pipimu," suara Alex manja. "Ayo make A wish." Gurauan Alex berhasil membuat Izzie tertawa.Tak lama kemudian mereka berpapasan dengan seorang perawat yang sering membantu Alex. Perilaku Alex yang manis tiba-tiba berubah menjadi arogan. Satu hal yang Izzie benci. "Hei, Perawat bodoh. Ada bau orang mati kamar 4125. Lakukan sesuatu sebelum dia membusuk," kata Alex dengan sinis. Izzie lalu berjalan menjauh melihat kelakuannya."Lihat? Itulah yg ingin aku katakan. Kenapa kamu begitu takut meperlihatkan pada orang bahwa kau juga manusia?" Gaby serta Merta menyela."Ingat saat dia memasang wallpaper di tempat itu de
Pagi itu, sebelum berangkat kerja Gina mengajak Cristina Jogging. Selama Jogging tak henti hentinya mereka saling mengumpat. "Oh. kamu bodoh. oh, Tuhan. Kamu seorang gadis jahat bodoh dan aku ingin membunuhmu," umpat Cristina sambil terus berlari.Gina langsung berkomentar. "Endorfin itu baik. Endorfin* adalah lift mood. Ini seharusnya membuat kitamerasa lebih baik. Oh, Tuhan. Apakah kamu merasa lebih baik?" Gina malah balik bertanya pada Cristina."Aku bodoh, nyonya slutty, wanita nakal hamil. Tidur dengan atasan kita.adalah ide yg bagus." Cristina langsung menghela nafas sambil membaringkan dirinya di rumput taman. Gina mengikutinya, dia rebah di sebelah Cristina. "Kamu tahu apa yang menghancurkanku?" kata Gina sambil sesekali mengatur nafasnya. "Kapal feri. Dulu aku suka kapal feri. Dan Daniel berhubungan dengan kapal feri. Sekarang setiap kali aku lihat kapal feri ..."Cristina tak mau kalah, dia ceritakan juga kegalauannya. "Kamu tahu apa yang mengh
dr. Bram mendapatan laporan dari Ny. Paula, sekretaris dia. "Donor dari Jakpus harus berada di sini jam tiga. Tim Harvest dalam perjalanan masuk. Aku perlu menghubungi pusat transplantasi tentang Bob mendapatkan hati anaknya."Gina muncul menghadap pada dr Bram. "dr. Bram? dr.Han membutuhkan OR dan ruangan semua dipesan.""Untuk?" tanya Bram.Gina memberikan hasil pemeriksaan. "Obstruksi usus yang muncul.""Obat-obatan?" cetus dr. Bram sambil melihat hasil Rontgen.Gina menyela. "Sepuluh kepala boneka Judy.""Serius?" dr. Bram terbelalak kaget."Iya..Aku bisa melihat wajah mungil mereka. "Tolong, biarkan aku keluar." Celetuk Paula."Hernia Bump Warner dalam satu, tapi jangankatakan padanya apa yang kita keluarkan," kata Bram pada Gina."Terima kasih."dr. Bram langsung masuk ke ruangan Richard. Disana tampak Adele sedang membereskan barang-barang Richard. "Jika dia tidak bisa dimasuki disini, Dia ingin mem
♥DG/ Aku punya seorang bibi yang setiap kali dia menuangkan sesuatu untukmu, akan berkata, "Katakan kapan."Pagi hari yang sangat menyiksa. Semalaman Gina mabuk berat dan pagi ini dia harus berbaring di kamar mandi karena muntah terus-terusan. "Bukan kita. Itu mereka. Mereka dan anak laki-laki bodoh mereka. Mereka tidak mengatakan bahwa mereka punya istri," ceracau Gina sambil berbaring.Cristina yang rebah diatas bathtub ikut menimpali. "Mereka sama sekali tidak memberi peringatan bahwa mereka akan putus denganmu. Bukan masalah Bram putus dengan aku. Tapi cara dia putus denganku. Seperti itu bisnis. Seperti bisnis ... Seperti dia bos ku." Celoteh Cristina."Dia memang bos kamu," sahut Gina. "Dan yang lebih buruk lagi adalah aku peduli. Aku akan muntah lagi," buru-buru Gina menghampiri Closet.♥DG/ Bibiku akan berkata, "Katakan kapan," dan tentu saja kita tidak pernah melakukannya."Tidak tunggu alarm palsu." Gina mengurungkan niatnya
Ruang bayi masih tetap menjadi tempat menenangkan untuk Gaby dan Gina. Begitu juga hari itu secara tak sengaja mereka bertemu disana.Gaby bergumam, menghafal kata-kata yang akan dia ucapkan pada kepala RS. "Oh, hai, Chief. Tidak, tidak banyak yang terjadi. Selain kepala sementaramu dengan teman aku di tangga, Tapi, hei ... tugas spons menyebalkan.” Gaby bergumam sendiri. Tanpa dia sadari Gina sudah berdiri di sebelahnya. "Kamu berbicara dengan diri Kamu sekarang?" tanya Gina."Ya. Tidak!" Gaby gelagapan."Sialan, aku spons yang buruk. Spons yang bocor. Aku akan membocorkan semua rahasia yang salah. Aku pembohong yang buruk, bahkan tidak bisa berbohong tentang berbicara kepada diri sendiri. Kamu terlihat cantik hari ini." Gaby berusaha mengalihkan perhatian.Gina menjawab. "Pakai lip gloss baru aku. Karena istri mantan pacar aku terlihat seperti lsabella freakin 'Rossellini, dan aku seperti ... aku. A
♥DG/ ☆☆☆♥DG/ Menjadi ahli bedah yg bagus, Kamu harus berpikir seperti ahli bedah. Emosi-emosi berantakan. Menyimpannya dengan rapi. dan langkah ke dalam sebuah bentuk, ruangan steril. Padahal itu prosedur yg simple. potong, jahitan bedah dan tutup.♥Gina duduk di Star Bar. Bar tempat pertama kalinya bertemu dengan Daniel dan kini dia harus disana merayakan kehilangan."Kamu kelihatan familiar. Kamu pernah kemari sebelumnya?" tanya Joe si pemilik bar dengan ramah.""Sekali. Itu berjalan lancar." Jawab GinaJoe tersenyum. "aku tahu tatapan itu. Yang satu dari dua hal. Salah satu bosmu memberimu neraka atau pacarmu. Yang mana itu?""Keduanya." Jawab Gina asal-asalan. "Tetapi kadang-kadang, Kamu dilapisi dengan sebuah luka