Share

Chapter 4

Author: Airen
last update Huling Na-update: 2025-08-26 16:13:08

Ashley diam mendengarkan apa yang Evan katakan lewat panggilan telpon, dia ingin sekali menurunkan ponselnya dari telinga kanannya lalu melupakan apa yang baru Evan katakan. Evan bertanya keberadaannya dan ingin Ashley makan bersamanya.

"Aku sedang berada di luar bersama teman-temanku." Tolak Ashley datar, ia melihat pada Jane dan Linda di dalam restaurant.

"Tapi bukan berarti kau tidak memiliki waktu setelahnya-kan? Aku tau jadwalmu, jadi setelah kau makan siang temui aku di depan taman, okay?"

Ashley tidak bisa bersuara lagi saat Evan tiba-tiba menutup panggilan tersebut, ia bahkan belum bertanya taman bagian mana yang di maksud Evan. Wilayah kampus mereka ini sangat luas dan di kelilingi oleh taman di setiap sudutnya. Sialan Evan.

Dengan lesu seolah energinya sudah habis hari ini, Ashley kembali ke dalam restaurant yang bertepatan dengan makanan mereka yang datang telat. Ini jam makan siang jadi banyak yang memesan di waktu bersamaan. Jane mengangkat tangannya, meminta padanya untuk cepat makan sebelum dingin dan Linda yang sudah mulai mengunyah makanannya.

Linda dan Jane ada kelas lain setelah ini, jadi keduanya berlari menuju kampus mereka dengan perut yang kram karena baru makan siang. Ashley tidak ada kelas lain dalam waktu dekat, jadi ia makan siang dengan tenang bahkan sebenarnya ia tidak berselara, makanan ini tidak akan mengembalikan energinya.

Setelah kedua temannya pergi lebih dulu, Ashley sendiri memilih untuk diam di restaurant tersebut dengan tenang menghabiskan makan siangnya karena dia masih memiliki kelas lain dua jam kedepan. Ashley keluar dari dalam restaurant dengan santai, Ashley berniat mengulur waktu lama agar tidak bertemu dengan Evan namun sialnya pria yang baru saja terlintas di pikirannya itu malah bertemu dengannya di pinggir jalan dekat restaurant.

Evan menggunakan kaca mata hitam, berdiri di depan mobil mewahnya itu sambil menyilangkan kedua tangannya dan membuka kacamatanya lalu melihat kearah Ashley dengan tatapan yang Ashley juga tidak tau,. Ashley tidak tau tatapan apa yang Evan berikan padanya, terlihat tajam tapi tidak juga.

"Aku tau dari teman-temanmu kau berada disini."

Evan sudah menjawab apa yang akan Ashley tanyakan, dia hanya diam dan ingin pergi dari sini segera mungkin. Evan melihat kearah jam ditangannya, "Masih ada waktu sembilan puluh menit lebih sebelum kau masuk kelas, jadi aku ingin mengajakmu berjalan-jalan."

Bagaimana bisa juga Evan mengetahui jadwalnya, Ashley mencurigai kedua temannya itu yang benar-benar pasti sudah memberitahu semuanya pada Evan.

"Aku tidak mau!"

"Dan aku akan memaksa!"

Tangan pria itu menarik lengannya lalu mendorongnya masuk kedalam sisi mobil, Ashley tau percuma saja ia menolak Evan karena pada akhirnya pria itu akan selalu menang karena dia menyimpan rahasia terbesarnya. Evan duduk di sebelahnya dan mulai melajukan mobil tersebut dengan kecepatan tinggi membuatnya sempat memekik karena belum sempat menggunakan sabuk pengaman, pria gila.

Ashley melihat Evan tersenyum miring, senyuman khasnya. Lihatlah bagaimana lihainya pria itu mengendarai mobil ini membelah jalanan kota Los Angeles yang ramai siang itu, mungkin karena ini jam makan siang.

"Kita akan kemana?" Tanya Ashley sedikit keras karena suara disekitar mereka yang berisik dengan suara kendaraan.

Evan menoleh sebentar padanya dan menaikan bahunya, jawaban yang ambigu itu membuat dirinya bertanya-tanya sendiri jalan-jalan yang di maksud Evan sebelumnya, tidak mungkinkan pria itu benar-benar mengajaknya jalan-jalan biasa di taman atau di tempat lainnya.

Beberapa saat kemudian, Evan menghentikan mobilnya di pinggir jalan yang dipenuhi pertokoan di sisinya. Ashley jarang ke daerah ini, ia tidak tau kemana Evan akan membawanya dan ia ikut keluar dari dalam mobil setelah Evan keluar, tangannya di tarik kembali oleh tangan besar Evan yang sedikit kasar dan dingin, sangat dingin.

"Evan, kita..."

Ashley tidak melanjutkan lagi prkataannya ketika mereka masuk kedalam sebuah toko perhiasan yang cukup terkenal, ia pernah mendengar toko ini. Mereka di sambut dengan seorang wanita berpakaian rapih yang sepertinya mengenal Evan.

"Selamat siang, Tuan. Johnson" Sapa pegawai wanita itu dengan nada ramah dan sikap sopannya. "Apa yang anda butuhkan, Tuan?"

Evan melihat sekitarnya, lebih tepatnya pada lemari kaca di sana yang terdapat berbagai jenis perhiasan. "Aku membutuhkan cincin pasangan untuk ku dan kekasihku."

"Apa anda mencari cincin pertunangan?"

"Bukan, hanya cincin untuk pasangan kekasih saja," Ralat Evan kemudian dia mengikuti wanita tersebut yang menawarkan sebuah cincin model terbaru.

Ashley hanya menurut ketika Evan menariknya mengikuti pegawai wanita tersebut, mereka masuk kedalam bagian dalam toko tersebut dan yang menurutnya aneh ketika mereka masuk kedalam sebuah ruangan khusus yang terlihat asing, di dalam sana terdapat sofa panjang berwarna hitam kemerahan dengan meja kaca di depannya, serta terdapat beberapa lukisan dan vas bunga di sekitarnya yang sangat klasik dan mewah.

Pegawai wanita tersebut meminta keduanya untuk menunggu sebentar dan saat itu ia melayangkan pertanyaan kepada Evan tentang keberadaan mereka sekarang. Evan tertawa di depannya, pria itu berkata Ashley juga berasal dari keluarga yang kaya tapi mengapa tingkah dirinya seperti gadis yang berasal dari dalam gua.

Tunggu, apa dia baru saja menghinanya?

Tapi, tidak sepenuhnya salah karena ini memang baru pertama kali Ashley pergi ketempat seperti ini. Ashley baru sadar, bagaimana Evan mengetahui juga ia berasal dari keluarga berada? Memang tidak sekaya Evan tapi keluarga Ayahnya cukup kaya juga. Ashley memasang wajah bertanya yang seolah di mengerti oleh Evan.

“Aku sudah mencari tahu tentangmu, kau memang tepat aku sebut cinderella.”

“Aku yakin kau bahkan tidak pernah menonton film cinderella,”

Evan membenarkan itu. “Tapi, aku tau dia juga berasal dari keluarga bangsawan.”

Ashley hanya menghela nafasnya, ia melihat sekeliling lalu mengalihkan pembicaraan. "Kenapa kita perlu cincin pasangan?"

"Agar semua percaya bahwa kita sepasang kekasih,"

"Kurasa kita tidak perlu menggunakan cincin, itu berlebihan di jaman sekarang terlebih untuk sepasang kekasih."

"Itu malah akan membuat mereka semakin percaya dan berpikir hubungan kita serius."

Tidak bisa dibantah, lagipula Evan yang akan membayarnya. Ashley hanya bisa menghela nafasnya, dia memang tidak bisa menang dari Evan, kepalanya melihat sekeliling ruangan tersebut yang sangat bagus, tentu saja ini ruangan vip.

"Apa kekasihmu tidak apa-apa dengan ini?"

Pria itu melipat kedua kakinya sambil bersandar di sofa yang tengah ia duduki, Evan menggelengkan kepalanya pelan dan memperlikannya senyuman menyeringai yang membuat Ashley tiba-tiba merinding atas senyuman tersebut, senyuman tersebut terlihat menyeramkan baginya, seperti pria mesum.

Evan aneh, dia tiba-tiba tersenyum menakutkan bagi Ashley padahal ia hanya mengajukan pertanyaan biasa.

"Kau benar-benar sangat menarik Ashley, bagaimana bisa kau tampak berbeda dari malam itu?"

Ashley jelas tau maksud perkataan Evan, dirinya juga menyadari jika ia memang berbeda ketika berada di klub malam, ia seakan kehilangan jati dirinya dan melakukan apapun yang bisa melupakan tentang kehidupan nyatanya yang menurut dirinya sendiri sangat menyedihkan.

"Kau terlihat polos sekarang, seperti anak kecil."

Evan kembali mengingat ketika malam ia bertemu dengan Ashley, jujur saja saat ia melihat gadis ini menari di lantai dansa dengan tarian yang luar biasa itu sangatlah menggiurkannya, tatapan matanya pun tidak seperti sekarang, tatapan polos itu tidak ada sama sekali melainkan tatapan menggoda yang akan membuat semua pria mendekatinya dan ingin menariknya untuk menjadi teman tidurnya. Itu juga sempat ada di pikirannya malam itu, sebentar. Ia laki-laki normal.

Malam itu juga ia meminta bantuan kenalannya untuk mencari tahu gadis tersebut. Dia sudah tertarik dengannya saat itu, tertarik dalam makna lain bukan cinta namun dia tertarik untuk mengenal gadis tersebut dan menjadikannya kekasih palsunya. Beberapa fakta sangat mengejutkannya, dalam satu hari kenalannya itu mengumpulkan data mengenai Ashley, mulai dari keluarganya dan yang mengejutkannya adalah gadis yang dia incar itu adalah teman satu jurusannya. Ini kebetulan yang luar biasa, dia semakin tertarik ketika melihat perubahan Ashley yang menjadi gadis polos yang kikuk di universitas dan sangat berbeda dengan gadis yang ia temui semalam.

"Apa kau yakin tidak memiliki penyakit kepribadian ganda?"

"Aku tidak memiliki kelainan seperti itu, aku sangat sehat. Semua orang pasti ada sisi baik dan buruk yang ingin di tutupinya."

Evan tersenyum kembali, senyuman khasnya yang bisa membuat wanita manapun bertekuk lutut di hadapannya dan tatapannya terlihat tengah menggodanya. Senyuman menakutkan menurut Ashley tadi itu sudah hilang.

Dengan senyuman itu membuat Ashley sempat kehilangan diri sejak menyadari pesona Evan yang memang kuat, pantas para wanita mengejarnya, tiba-tiba tangannya ditarik keras sehingga ia kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat di atas paha pria tersebut. Terlebih senyumannya tadi tidak membuatnya takut, itu malah menggelitik perutnya.

Apa yang dipikirkannya?

Wanita itu langsung berteriak kaget ketika Evan menarik lengannya kuat sampai dia yang tadinya berdiri di hadapan pria itu kini terduduk di atas pahanya, tubuhnya akan berdiri kembali tetapi Evan kembali menariknya dan kali ini dia melingkarkan tangannya di sekitar pinggangnya membuat dirinya kini berhadapan dengan pria tersebut dalam keadaan sangat dekat.

"Evan!"

"Ya?"

"Lepaskan!"

Evan menggeleng sambil menyeringai pada Ashley di hadapannya. Dia mengakui sekarang, di lihat dari dekat gadis ini memang cantik tanpa makeup berlebih, mata abu tua gadis ini memang indah, bentuk hidung dan bibirnya sangat sempurna dengan bentuk wajahnya yang terlihat sedikit berisi membuatnya ingin mencubit kedua pipi yang berisi tersebut, lebih dari itu ia sangat ingin mencoba bagaimana rasa bibir kecil tersebut yang berwarna buah cherry manis.

"Aku ingin menciummu lagi.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • His Contract Cinderella    Chapter 40

    Zack hanya bisa menghela nafasnya ketika melihat Ashley yang kembali seperti dulu. Ashley bahkan mau menemani beberapa pria untuk minum seperti yang dulu ia lakukan, malah kalo ini jauh lebih buruk. Jika ada yang di salahkan, Zack lebih menyalahkan pria bernama Evan itu yang sudah membuat Ashley seperti ini tapi malah pria itu sekarang berada di Inggris. Ashley juga tidak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, dia hanya berkata bahwa ia sudah tidak tau bagaimana perasaannya terhadap Evan. "Ashley," Panggil Zack menyadarkan Ashley yang setengah tersadar di meja bar. "Kau baik-baik saja,kan?" Ashley mengangguk. "Mereka membuatku minum banyak," Di tengah keramaian di sekitar mereka itu, Zack mengajak Ashley keruangannya. Ashley setuju. "Ahh...kepalaku." Ashley bahkan harus di bopong oleh Zack sampai mereka ke lantai atas tempat ruangan kerja Zack. Ashley langsung berbaring di sofa yang ada disana sambil melepaskan sepatu high heels yang menyiksanya sejak tadi

  • His Contract Cinderella    Chapter 39

    Penerbangan yang memakan waktu hampir dua belas jam lamanya itu membuat Evan merasa dangat lelah walaupun ia tertidur di dalam pesawat selama penerbangan itu tetap saja tubuhnya terasa kaku dan sakit di kepalanya juga masih belum hilang.Evan tidak mau menghabiskan waktu, dia pergi ke apartemennya nya untuk menaruh koper dan mengambil mobilnya yang bergerak menuju alamat yang diberikan Kenji yaitu apartement Brenda. Evan pikir dia harus bergerak cepat menemui Brenda sebelum Brenda berkerja dan akan sulit baginya menemui wanita itu nantinya.Selama dalam berjalanan, Evan terus membayangkan beberapa hal yang mungkin akan di dapatkannya setelah bertemu Brenda nanti yaitu diacuhkan, mendapatkan pukulan atau diusir paksa nantinya dan kemungkinan Brenda memanggil polisi juga ada.Evan sudah mempersiapkan diri untuk itu, dia juga sudah menyiapkan beberapa perkataan maaf untuknya pada Brenda yang sudah ia siapkan sejak lama. Sungguh, setelah menyadari semuanya ia tidak bisa tenang selama b

  • His Contract Cinderella    Chapter 38

    "Bagaimana jika aku ternyata memiliki anak?" Tidak ada reaksi dari Ibunya yang diam sampai suara Ayahnya semakin mendekat memanggil nama mereka. Ayahnya menghampiri mereka disaat yang tidak tepat, meminta mereka untuk segera bersiap-siap. "Kau harus ikut Evan," Elle menyela, dia berkata pada suaminya jika Evan sedang tidak enak badan dan meminta suaminya memberikannya pengertian. "Kurasa dia butuh tidur sekarang," "Benarkah?" Evan melirik Ibunya yang memberikan tanda untuk membenarkan ucapannya tadi, jadi dia mengangguk pada Ayahnya. Ibunya tidak sepenuhnya berbohong karena ia memang sedang dalam kondisi tubuh yang tidak baik, kepalanya berdenyut-denyut dan tadi malam ia mimisan. "Baiklah kalau begitu istirahatlah, dan kami akan membatalkan acara makan siang nanti agar kita bisa makan siang disini bersamamu." "Dad. Aku bukan anak kecil lagi, aku bisa mengurus diriku lagipula kalian disana sampai sore dan jangan batalkan acara makan siang kalian yang sudah disiapkan paman

  • His Contract Cinderella    Chapter 37

    Di tengah keheningan musim dingin itu, Evan tengah duduk bersantai di beranda rumah mendiang kakek-nenek dari Ibunya di Manchester-England sekarang. Pandangannya tertuju pada tanaman yang membeku di pekarangan rumah namun terawat, sekarang rumah ini di tinggali oleh pamannya serta keluarganya, jauh lebih baik dari tahun lalu yang di tinggalkan setelah kakeknya meninggal. Bukan hanya dirinya dan orangtuanya yang pergi ke negara ini, Bibi Anna, Bibi Wanda beserta suaminya juga ikut kemari. Lalu kakeknya juga baru datang kemarin sore bergabung dengan mereka semua. Sejak kemarin, Ibunya sibuk mengajak keluarga Ayahnya untuk berjalan-jalan dan sekarang Ibunya berniat membawa mereka ke The Imperial War Museum North Manchester sesuai keinginan Ayah dan kakeknya yang menagih untuk dibawa ketempat penuh sejarah itu. Bibi Anna dan Bibi Wanda melayangkan protesnya, mereka tidak suka kesana karena tempat itu terlalu membosankan dan menurut Bibi Wanda juga tempat itu tidak cocok untuknya

  • His Contract Cinderella    Chapter 36

    "Aku baik-baik saja." Itu adalah kata yang di katakan oleh Evan padanya sesaat setelah pria itu memeluknya. Perasaannya sangat lega melihat Evan kembali, ia juga tidak bisa menyembunyikan kerinduannya kepada pria itu dengan memeluk pria itu erat dan menenggelamkan wajahnya di dada pria tersebut. Katherine meninggalkan sepasang kekasih itu dengan berjalan keluar dari apartemen yang ternyata di luar sana ada Anna. Anna bertanya mengapa Katherine keluar. "Dia sedang bersama Ashley, lebih baik kita meninggalkan mereka. " Katherine merangkul lengan Anna lalu mengajaknya kembali turun. "Dan, ceritakan apa yang terjadi?!" Anna juga tidak tau jelasnya, ia hanya mengantar Evan kemarin setelah Evan menghubunginya jadi ia tidak tau banyak "Evan terluka, kenapa tidak ke rumah sakit?" "Katanya masalah akan besar dan ia tidak ingin ada yang mengetahuinya jadi ia memilih pulang."

  • His Contract Cinderella    Chapter 35

    Dengan pikiran kacau, Ashley datang ke gedung apartemen Evan dimana Katherine sudah menunggunya di lobi apartemen karena ia tidak punya akses untuk bisa masuk kedalam apartemen Evan. Katherine menegurnya dengan canggung lalu menjelaskan apa yang terjadi pada Ashley bahwa Evan menghilang. "Dia tidak bisa di hubungi, keluarga atau temannya juga tidak tau keberadaannya...kami khawatir jika sesuatu terjadi padanya, dan aku tau kamu harus mengetahui ini." Ashley mengerti, "Terima kasih sudah menghubungi ku. Tapi... sebenarnya apa yang terjadi?" Katherine tidak tau, Evan tidak pulang semalam dan tidak bisa di hubungi membuatnya khawatir. "Jangan salah paham, aku tinggal di apartemen bersama Anna juga. Anna sedang mencari Evan keluar sekarang." "Banyak yang ingin aku tanyakan." Katherine mengerti, ia mengajak Ashley untuk masuk ke apartemen Evan agar mereka bisa berbicara lebih aman. Mereka masuk kedalam apartemen Evan, dan Katherine bisa masuk kedalam apartemen itu dengan sidi

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status