Setelah satu hari di rawat inap, Trisha diperbolehkan pulang karena kondisinya sudah sangat baik. Wanita gemuk itu memulai aktifitas seperti sebelumnya, menyiapkan sarapan, menyiapkan pakaian, dan membersihkan rumah Sev.
Ya, Trisha masih tinggal di rumah aktor menyebalkan itu. Awalnya ia ingin kembali ke rumahnya, hanya saja Zhui memintanya untuk tetap tinggal agar Sev tidak terlambat ke lokasi syuting. Mau tidak mau wanita gemuk itu langsung menyetujui. Dia sudah tidak bingung lagi menggambar di rumah Sev.
Jam menunjukkan pukul sembilan pagi, semua keperluan Sev sudah siap semua. Dia berjalan ke kamar Sev untuk membangunkannya. Namun, saat ingin mengetuk pintu, Sev tiba-tiba keluar dan membuat Trisha melangkah mundur.
“Mau ngapain?”
“Bangun—“
“Nggak perlu, lo pikir gue anak kecil?” potong Sev seraya berjalan lebih dulu menuju ruang makan.
Trisha menatap punggung Sev dengan menghela napas panjang men
Lio menoleh ke arah pintu saat mendengar suara langkah seseorang, dia kira orang itu adalah Trisha yang berjanji akan datang. Lelaki itu tersenyum karena sudah menunggunya sejak tadi untuk membuat papan cerita bersama. Namun, senyumnya seketika luntur saat melihat orang yang paling tidak ingin dia lihat. Lio mengalihkan pandangan matanya langsung dan kembali untuk mewarnai komik itu.Orang yang dia kira Trisha ternyata adalah Sev. Bagaimana dia bisa tau? Padahal tidak ada yang memberitahu pada lelaki itu.Sev berjalan mendekat dan meletakan keranjang yang berisikan buah, lalu duduk di kursi yang ada di dekat brankar sang adik. Dia menatap Lio yang tengah fokus mewarnai komik itu sambil tersenyum samar.Belum ada yang memulai percakapan. Sev sendiri bingung harus mulai bicara dari mana.“Lo kenapa kecewa gitu liat gue dateng?” tanya Sev memecahkan keheningan saat teringat raut wajah adiknya yang berubah menjadi datar.“Bukan urusan
Trisha turun dari bus dan berjalan memasuki area rumah Sev, dia berjalan cepat karena dia sudah terlambat lima menit. Wanita gemuk itu sudah sangat siap menerima celoteh dari sang aktor. Langkahnya terhenti sejenak untuk mengambil ponsel yang terasa bergetar di kantong. Satu panggilan dari Vanda membuatnya menepuk keningnya pelan karena teringat kalau ia belum pamit padanya. Trisha mengangkat telepon itu seraya melanjutkan langkahnya. “Halo, Van. Maaf, gue lupa bilang--" “Bukan itu yang mau gue bahas,” ucap Vanda dari seberang telepon. Trisha pun mengangkat satu keningnya. “Kenapa? Ada masalah sama komik gue?” tanya Trisha memperlambat langkahnya karena perasaannya mendadak tidak enak. “Bukan, Sha!Komik lo nggak ada masalah apapun. Yang bermasalah ... partner lo.” Ucapan sahabatnya itu membuat langkahnya seketika terhenti. Lio? Ada apa dengannya? Apa penyakitnya semakin parah?
Pukul dua dini hari, Trisha memastikan laptopnya sambil merenggangkan otot punggungnya yang terasa sangat pegal karena duduk berjam-jam untuk menggambar. Dia beranjak dari kursi dan melangkahkan kakinya keluar kamar untuk mengambil sebotol air mineral dingin.Saat tengah minum, dia menautkan kedua alisnya ketika mendengar sesuatu dari arah kamar Sev. Apa ada maling masuk? Pikir wanita gemuk itu yang langsung melihat semua jendela dan pintu yang masih tertutup rapat. Trisha menggelengkan kepalanya pelan karena teringat kalau penjagaan perumahan Sev sangatlah ketat, jadi tidak mungkin ada maling masuk.Trisha pun kembali meletakan botol itu ke lemari es dan berjalan menuju kamar Sev untuk melihat apa yang terjadi. Wanita gemuk itu membuka pintunya perlahan dengan melihat ke arah tempat tidur Sev.Matanya membelalak lebar saat tidak mendapati lelaki itu di tempat tidur. Trisha pun langsung masuk dengan raut wajah khawatir. Saat menoleh ke arah balkon, dia semakin m
“Lin, lo kenapa tutup rapat jendela gue?” tanyanya tanpa menoleh dan masih memainkan ponsel.Gerakan Lin pun perlahan terhenti dan menoleh melihat ke arah lelaki itu dengan bingung. “Saya tutup jendela Nak Sev? Kapan?” tanyanya bingung.“Tadi malem, Lin,” ucap Sev menoleh pada asistennya itu.Lin menggelengkan kepalanya ragu. “Tadi malem saya tidur di rumah, bukan di sini. Jadi nggak mungkin tutup rapat jendela mu.”Sev terdiam sejenak dengan mengingat-ingat lagi yang dia lakukan sebelum tidur. Dia ingat betul kalau tadi malam dia tidak menutup rapat jendela, ia bahkan langsung tertidur setelah minum obat penenang itu.Lelaki itu seketika teringat pada Trisha. Saat itu juga wanita gemuk itu keluar dari kamarnya dengan menguap lebar, dia terlihat masih sangat mengantuk.Trisha duduk di samping Sev dan menoleh ke arah Lin dengan senyuman tipis. “Pagi, asisten Lin.”“Pagi,
Setelah seharian bekerja menjadi asisten, Trisha merenggangkan ototnya yang terasa kaki karena melayani Sev yang selalu memberikan perintah. Saat ini jam menunjukkan pukul tujuh malam, dia masuk ke dalam mobil dan langsung menyandarkan tubuhnya yang terasa sangat lelah.Zhui memakai sabuk pengamannya dan melihat ke arah Trisha. “Setelah ini tidur pulas,” ucapnya diakhiri dengan tertawa. Trisha pun membenarkan posisi duduknya dan memakai sabuk pengaman dengan menyengir.Zhui kembali menatap lurus ke depan dan mulai melajukan mobilnya mengikuti mobil Tiana menuju restoran untuk meeting dengan sutradara sekaligus makan malam. Beruntung Zhui memesan meja yang berbeda untuknya, jadi Trisha bisa memakan makanannya tanpa menunggu mereka yang sedang meeting. Tentu saja ini tanpa sepengetahuan Sev.“Tiana itu kakak lo, kan?” tanya Zhui dengan nada memastikan.Trisha menganggukkan kepala dan melihat ke arah Zhui. “Iya, beda banget, ya?
Sudah dua jam Trisha menunggu mereka selesai meeting, tapi tidak ada tanda-tanda mereka selesai. Jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, bus terakhir menuju rumahnya akan tiba sepuluh menit lagi.Trisha pun beranjak dari duduknya dan berjalan mendekat ke ruangan untuk mengintip sedikit. Saat melihat mereka yang sedang membahas film membuat wanita gemuk itu tak enak dan takut untuk mengganggu mereka. Pada akhirnya dia memutuskan untuk pulang terlebih dahulu dengan pamit pada Sev dan Zhui melalui pesan.Tanpa sepengetahuan wanita gemuk itu, Sev melihat ke arah pintu dan melihat dia berada di depan. Ketika dia hendak berdiri, Trisha pergi terlebih dulu. Lelaki itu kembali duduk dan mengeluarkan ponselnya karena ada satu pesan.Trisha : Gue pulang dulu, ya. Pulang ke rumah gue maksudnya. Makasih selama ini boleh nginep di rumah lo. Bye!“Kenapa, Sev?” tanya TianaSev menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. “Nggak apa.”
Pagi pukul enam, Trisha sudah bangun dari tidurnya. Semenjak tinggal di rumah Sev, wanita gemuk itu selalu bangun lebih awal meski tidurnya baru satu atau dua jam. Saat ini dia sedang membuat sarapan untuk Lio yang masih tertidur.Mata wanita itu selalu melihat ke arah jam dinding, penentuan peringkat akan di mulai pukul setengah tujuh. Trisha sangat tidak sabar untuk melihat hasil perjuangannya selama ini, sedari tadi ia terus berdoa dalam hati agar bisa menduduki peringkat satu di platform global.“Masak apa? Tumben jam segini udah bangun? Nggak kesambet, kan, lo?” tanya Lio yang baru saja keluar dari kamar.Trisha melihatnya sekilas dengan tatapan datar dan kembali memasak dengan menjawab, “Sandwich. Lo pake tomat nggak?”Lio menggelengkan kepalanya cepat. “Nggak.”Trisha hanya mengangguk satu kali dan mempercepat gerakannya karena jarum jam terus bergerak. Setelah selesai, wanita gemuk itu meletakan pir
Trisha yang kesal pada Lio pun kembali duduk di sofa, dia tidak ingin mengeluarkan tenaganya untuk bertengkar dengan lelaki itu. Wanita gemuk itu sangat penasaran dengan komik yang menduduki peringkat satu.Trisha pun merogoh kantung celana dan mengambil ponselnya untuk menelpon Vanda, sang editor yang pasti melihatnya di studio bersama kepala editor dan teman lainnya. Namun, saat dia hendak menyentuh tombol telepon, Vanda lebih dulu menelpon dirinya.Jarinya bergerak cepat mengusap tombol hijau dan beranjak dari duduknya. Dia menarik napas panjang untuk mendengarkan kabar yang dia sendiri tidak tau kabar baik atau buruk.“Van, gue—““Trisha, selamat! Komik lo berhasil di peringkat satu! Yang harus lo tau adalah … banyak penerbit yang menghubungi kepala editor buat terbitin komik lo! Bukan cuma peringkat satu, Sha! Komik lo berhasil dapat penghargaan komik populer tingkat global! Jumlah pembaca lo naik drastis! Baru be