Share

HMT 6 - SIAPA ANDREW LEWIS

Anna tahu seluas apa koneksi pria di depannya. Anna juga tahu sebesar apa kekuasaannya di jagat perekonomian. Namun, yang paling tidak Anna ketahui adalah alasan dibalik perbuatan yang pria itu lakukan untuk keluarganya. Anna hanyalah wanita asing bagi pria itu dan begitu pula sebaliknya.

Anna masih berusaha mencerna serta memahami situasi yang terjadi saat ini. Dia berdiri membelakangi dua manusia tepat di belakangnya dengan tangan berpegang erat pada ujung meja sambil berpikir. Anna memaksa otaknya berpikir cepat, secepat yang dirinya bisa.

“Bisa Anda jelaskan alasannya, Tuan Lewis?” Anna memutar tubuhnya. “Saya paham niat baik Anda, tapi saya juga perlu tahu kenapa Anda berbuat sejauh ini untuk keluarga saya. Saya ….”

Anna bahkan tidak bisa meneruskan kata-katanya. Karena dipikir bagaimanapun semua yang dilakukan pria itu tidak akan pernah masuk akal. Mendadak Anna teringat akan pemberitaan mengenai pria itu di layar televisi tadi siang.

Andrew Lewis—keturunan generasi ketiga seorang pengusaha paling berpengaruh pada roda perekonomian. Nama Andrew Lewis seakan menjadi trademark tersendiri di pasar Asia. Tidak ada yang tidak mengenali sosok Andrew Lewis. Tidak hanya wajah tampannya yang selalu muncul di sampul terdepan semua majalah bisnis, untuk urusan pribadinya pun tidak lepas dari sorotan kamera paparazzi. Juga sifat angkuh setinggi langit itu terasa seperti tantangan tersendiri untuk kaum wanita di luar sana. Sampai suatu ketika munculah julukan baru untuk pria itu. Si Tampan Tak Tersentuh, begitulah yang mereka sematkan untuknya.

“Let’s make it simple, Tuan Lewis. Saya menolak, silakan Anda pulang.”

Anna mengakhiri obrolan itu dengan tegas. Dia memang membutuhkan uang, tapi jika seperti ini caranya tentu saja dia akan menolaknya mentah-mentah. Anna boleh miskin, tapi dia tidak akan membiarkan siapa pun merendahkan hidupnya hanya demi mengejar uang.

“Anna, kau salah paham, Sayang,” sahut Pamela menyela pembicaraan.

Pamela menarik Anna yang sejak tadi membelakanginya itu mendekat. Padahal dia sudah mengantongi persetujuan Anna sebelumnya, tapi tidak tahu kenapa putrinya itu mendadak berubah pikiran.

“Apa kau ingat suami istri Collin yang anaknya kuasuh selama ini? Mereka adalah teman dekat Andrew dan mereka juga yang merekomendasikanku untuk pekerjaan ini.”

Mata Anna tiba-tiba melebar. “Mom, kau bekerja di sana itu sebagai *nanny bukan *maid. Lagi pula, sejak kapan suami istri Collin memiliki panti asuhan?”

“Aku tahu, Anna,” kata Pamela sengaja memelankan suaranya. Namun, sejurus kemudian dia melanjutkan. “Semua itu terjadi kebetulan. Awalnya roti isi itu kusiapkan untuk diriku sendiri, tapi ternyata istri Collin malah menyukai roti lapis buatanku dan menurutmu apakah aku bisa menolak permintaan mereka? Kau tahu sendiri jawabannya.”

Anna memutar bola matanya. Pertama kalinya Anna merasa lelah. Lelah karena semua yang dia katakan seakan mental di telinga ibunya.

“Tapi, tetap saja tidak masuk akal, Mom. Roti isi vegemite bukan jenis roti kelas atas. Itu hanya roti lapis sederhana yang siapa pun bisa membuatnya. Harusnya kau perlu curiga.”

“Jadi, menurutmu aku harus menolak pekerjaan ini, begitu?”

Anna mengangguk. “Tentu saja.”

“Tidak bisa, Anna karena aku telah menerima sebagian pembayarannya dari Andrew. Lagi pula, kita memang sedang memerlukan uang sebelum musim dingin tiba, kan.”

Anna sepertinya harus menyerah ketika melihat sikap sang ibu yang menunjukkan kalau dia tidak ingin mendengar alasan apa pun lagi. Perdebatannya dengan Pamela mungkin bukan yang pertama namun entah kenapa hal ini cukup membuat apartemen kecil mereka juga ikut merasakan ketegangan. Sampai kehadiran Andrew Lewis di tengah-tengah mereka pun sama sekali tidak mereka pedulikan.

Sungguh kekesalan Anna sudah tidak bisa ditoleransi lagi. Dia capek dan Andrew Lewis dengan begitu mudah mencuci otak ibunya. Anna melirik sekilas ke arah pria itu sebelum akhirnya menghilang dalam kegelapan malam.

***

Tiga hari berlalu sejak saat itu. Pamela benar-benar melakukannya. Di pagi hari hingga menjelang sore, dia bekerja seperti biasanya. Malam harinya dia akan pergi ke grocery terdekat yang buka 24 jam, sementara saat subuh dia baru akan mengeksekusi semuanya dan mengirimkannya pukul tujuh.

Anna mengamati segala pergerakan yang dilakukan ibunya di dapur seorang diri. Jam di nakas telah menunjukkan pukul empat, dan wanita diseberang sana terlihat sibuk sambil menahan kantuk yang mendadak menyerangnya sejak satu jam yang lalu. Anna terus mengamati semua pergerakan Pamela. Anna ingin membahagiakan ibunya, tapi apa harus begini caranya? Anna menyandarkan diri di bibir pintu. Dia berpikir. Sungguh dia tidak bisa membiarkan hal seperti ini terus berkelanjutan.

“Mom ….” Langkah kaki Anna tiba-tiba mendekat. Wajah lelah itu menyambutnya. “Aku yang akan melanjutkannya. Kau sebaiknya tidur saja.”

“No, Anna. Ini sebagai bentuk komitmen yang telah kuambil. Aku tidak apa-apa,” kata Pamela tanpa mengalihkan fokusnya.

“Aku tahu, tapi paling tidak tidurlah sebentar selagi aku meneruskannya. Aku tahu kau belum tidur sejak sore.”

Pamela tiba-tiba menghentikan pekerjaannya. Dia berganti menatap ke arah Anna.

“Apa kau yakin?” Pamela membalas bertanya. “Sejujurnya daripada mengantuk, aku lebih takut jika pesanan ini tidak selesai tepat waktu. Aku sangat berterima kasih jika kau memang ingin membantu.”

Anna mengikat rambut panjangnya ke atas dan langsung ikut bergabung dengan ibunya. Dia memang tidak pandai untuk urusan dapur, tapi setidaknya bisa mempersingkat waktu. Anna mengikuti segala petunjuk yang Pamela berikan, menata dan membersihkan apa yang diperlukan hingga ke tahap pengemasan ke dalam wadah plastik ramah lingkungan.

Anna sempat mencicipi satu gigitan dengan ekspresi aneh saat Pamela menyuapinya. Anna tidak habis pikir kenapa di antara banyaknya selai yang ada justru malah vegemite yang mereka inginkan. Yuck!

Pukul tujuh tepat sebuah mobil box tiba di depan apartemen Anna. Lima kotak besar roti lapis isi vegemite telah siap di antar ke panti asuhan.

“Kau tidak harus ikut ke sana, kan?” tanya Anna ketika melihat Pamela sudah duduk di kursi depan penumpang.

“Memang benar, tapi aku ingin memberikan makanan ini dengan tanganku sendiri, Anna. Kau tidak ingin ikut denganku?”

Anna menggeleng. “Nanti siang aku harus ke kedai. Sekarang aku mengantuk.” Anna menguap lebar hingga airmatanya keluar. “Take care, Mom. Beritahu aku kalau kau sudah tiba di sana.”

Mobil box itu menghilang dalam radius pandang Anna. Wanita itu kembali menguap lagi. Rasa kantuknya seperti sudah diujung pelupuk mata. Dengan setengah berlari Anna kembali masuk ke apartemennya. Hari masih terlalu pagi, bergelung manja di bawah selimut adalah jawaban paling tepat untuk Anna saat ini.

“Anna.”

Sosok Andrew Lewis sudah berada di sana ketika Anna menoleh. Pria bertubuh jangkung itu melesat seperti tornado dan dalam sekejap mata dia sudah berada tepat di depan Anna.

“Katakan padaku, apakah ada Anna lain yang tinggal di apartemen ini?” Andrew Lewis tertawa melihat ekspresi lucu Anna yang tampak kebingungan.

Anna memang berbeda dari wanita yang pernah Andrew Lewis kenal. Anna seakan selalu dipenuhi misteri. “Boleh aku meminta waktumu sebentar?”

“Untuk?” sahut Anna juga tidak mau kalah.

“Akan aku jelaskan di sana.” Andrew Lewis menunjuk kedai kopi kecil yang hanya berjarak lima blok dari apartemen Anna. “Kita bisa mengobrol sambil sarapan.”

“Kalau begitu tidak. Terima kasih.”

Anna memutar tubuhnya hendak berbalik, tapi ajaibnya sudah ada tangan lain yang menahan lengannya. Anna terpaku sejenak melihat tangan Andrew Lewis di sana. Wanita lain mungkin akan berteriak histeris jika berada di posisi Anna, tapi c’mon. Anna tidak semurah itu. Harga dirinya bahkan lebih tinggi tanpa pria itu sadari.

“Saya tahu jika kekuasaan Anda tersebar di mana-mana. Saya juga tahu Anda tidak menerima penolakan dalam bentuk apa pun. Namun, ada satu hal yang perlu Anda tahu, saya tidak akan membiarkan siapa pun mengatur hidup saya.”

“Anna ….”

“Semoga hari Anda menyenangkan, Tuan Lewis.”

Anna seketika membuang muka dan menghilang meninggalkan pria itu. Kekesalan di hatinya saja belum sepenuhnya mereda namun pria itu bersikap seolah tidak pernah terjadi apa-apa. Anna menghela napasnya—menatap ke luar jendela serta merapatkan sweater yang sedang dikenakannya. Andaikan saja tidak ada insiden sebelumnya, tentu saja Anna akan menerima ajakan sarapan Andrew Lewis yang sangat langka dengan senang hati.

***

*Nanny adalah pengasuh anak-anak yang biasanya akan datang sesuai dengan kesepakatan antara si pemberi kerja dan si penerima kerja.

*Maid adalah pembantu rumah tangga dan kerjanya jauh lebih berat daripada nanny.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status