Share

HMT 7 - TAK TERDUGA (2)

“Jadi, kalian sudah pernah bertemu sebelumnya? Holy shit! Kau sungguh beruntung, Anna.”

Belum selesai Anna menguap, pertanyaan paling ingin dia hindari mendadak muncul.  Apalagi diikuti dengan umpatan.

“Bagaimana mungkin, Anna? Bagaimana caramu bertemu dengan pria setenar dia?”

Anna menghela napas beratnya. Dia melepaskan topi yang menutupi kepalanya dengan kasar kemudian berusaha menceritakan satu per satu kejadian yang dia alami saat di Sydney Opera House. Gelengan kepala Samantha mengundang pertanyaan tambahan untuknya.

“Kenapa? Kau tidak memercayaiku?” Anna terlihat tersinggung. Tidak ada keuntungan untuk Anna melebih-lebihkan sesuatu hanya karena kedudukan pria itu.

“Oh c’mon, Anna. Bukan begitu maksudku. Aku hanya merasa kalau kau cukup beruntung bisa bertemu langsung dengan Andrew Lewis. Kau tahu banyak wanita yang rela antri hanya demi berbicara dengannya, sedangkan kau hanya berdiri saja dan pria itu yang menghampirimu.”

Anna memutar bola matanya. Sebetulnya, Anna tahu kalau Samantha tidak bermaksud seperti itu, tapi tetap saja dia tidak suka.

“I’m so sorry jika perkataanku membuatmu merasa tidak nyaman.” Samantha mendekatinya dengan usapan ringan di pundak. “Sebetulnya, aku lebih penasaran satu hal, Anna. Bagaimana reaksi Chris Rowell ketika melihatmu berbincang dengan Andrew Lewis? Apakah dia cemburu?”

“Cemburu?” Dahi Anna tiba-tiba berkerut. Sepertinya ada sesuatu yang telat dia sadari di sini.

“Yup,” sahut Samantha tiba-tiba berubah antusias.

“Kenapa Chris harus cemburu pada Andrew, Sam?” kata Anna sama sekali tidak mengerti.

“Pria bernama Chris itu menyukaimu, Anna. Bukankah sudah pernah kukatakan.”

“Dan kenapa kau selalu mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal, Sam? Sudahlah, kita akhiri saja. Aku tidak ingin membahas masalah ini lagi. Chris dan aku, kami adalah keluarga. Titik.”

Bersamaan dengan berakhirnya perkataan Anna, Chris Rowell mendadak muncul di depan mereka.

“Kalian sedang bertengkar?” tanya Chris Rowell dengan leher yang sengaja dijulurkan—menatap ke arah Samantha yang berdiri dibalik meja counter pemesanan persis di belakang Anna. “Baru kali ini aku mendengar kalian berdua beradu mulut seperti tadi. Aku bersedia membantu jika memang kalian butuhkan.”

“No need, Chris. Ini hanyalah persoalan salah paham saja. Terkadang wanita sering berbeda pendapat kalau sudah menyangkut masalah pria.”

“Pria?” Chris Rowell mengulangi perkataan Anna. “Kau juga membahas persoalan pria dengan Sam?”

“Sama halnya dengan pria yang membahas masalah ukuran dada dan bokong wanita bersama teman sesama pria, kan.”

“Kau berkata seolah-olah semua pria itu sama, Anna. Aku bahkan tidak pernah membahas hal menggelikan seperti dugaanmu itu.”

“Really?” Mendengar jawaban Chris Rowell tiba-tiba membuat Anna terbelalak kaget. “Oh Chris, kau boleh pintar, tapi kenapa hidupmu jauh dari kata menyenangkan?” Anna menahan tawanya.

“Dan kau kenapa begitu bersemangat sekali mengurusiku, hm?”

Tawa Anna mendominasi kedai saat ekspresi Chris Rowell sengaja dibuat-buat seolah pria itu tengah marah padanya. Untung saja kedai sedang sepi hanya ada mereka berdua dan Samantha yang sedang sibuk menghitung uang di mesin kasir. Melihat hal itu Anna merasa tidak enak sendiri. Samantha memang memberikan izin beberapa menit untuk mengobrol bersama Chris Rowell namun tetap saja Anna merasa ini sangat tidak adil untuk wanita itu.

“Sebaiknya kau cepat pergi, Chris. Aku tidak ingin dipecat karena terlalu sering menemanimu tiap kali kau datang kemari.”

“Kenapa? Aku pelanggan dan aku juga membeli minuman di sini. Lagi pula, bukankah sebentar lagi adalah jam istirahat?”

“Benar, tapi tetap saja aku tidak bisa selalu menemanimu setiap kali kau kemari. Ini tidak adil untuk Samantha.” Anna tiba-tiba meninggalkan posisi duduknya. Kedua tangannya ada di kedua saku apron dan bersiap kembali ke tempatnya.

Chris Rowell menatap ke arah Anna sejenak sebelum memutuskan meninggalkan posisi duduknya. Sesungguhnya Chris Rowell sedikit merasa menyesal datang kemari. Bukan karena persoalan waktu yang dihabiskan bersama Anna yang terlalu singkat namun Anna ternyata merasa terganggu atas kedatangannya.

“Kalau begitu berjanjilah kau akan menemaniku nanti malam, Anna. Ada pesta yang diadakan oleh temanku di sebuah bar. Mereka ingin kau datang.”

“Kenapa mereka selalu mengajakku?” tanya Anna heran.

“Entahlah. Mungkin mereka menyukaimu. See you later, Anna,” kata pria itu sebelum hilang dari pandangan Anna.

***

Chris Rowell benar-benar menjemput Anna ketika jam kerjanya selesai. Kali ini mereka pergi dengan taksi agar lebih aman. The Baxter Inn adalah tempat yang paling sempurna untuk menikmati beraneka ragam jenis whiskey.

Semua botol whiskey tersusun rapi di rak dinding dan untuk menjangkau rak teratas terkadang harus memerlukan bantuan tangga. Lokasinya yang berada di bawah tanah pun juga tidak membuat para penikmat whiskey kesulitan untuk mencarinya. Justru malah menjadi tantangan tersendiri sebelum menikmati segelas whiskey di tangan.

“Kau bisa memesan apa pun yang kau mau, Anna. Enjoy your time,” kata salah seorang teman Chris Rowell ketika mereka berdua tiba. “Ada berbagai jenis whiskey di sini. Kau bisa mencobanya.”

Anna mengangguk padahal dia sama sekali tidak mengenal pria itu. “Sure, thank you.”

Anna menghela napas. Baru sekali ini dia merasa tidak bisa berbaur dengan orang-orang baru. Chris Rowell bahkan tidak mengikutsertakan dirinya dalam obrolan. Chris Rowell seperti menganggap Anna sebuah boneka yang hanya bisa diajak, dipamerkan tanpa mempedulikan bagaimana perasaan dirinya.

Lalu, Anna mundur beberapa langkah—menjauhi kerumunan serta berdiam diri di sudut meja dengan segelas whiskey di tangan. Anna memutar cairan yang tercampur dengan es batu itu beberapa kali sebelum berakhir ditenggokkan.

Yuck! Ternyata tidak seenak yang dibayangkan.

Tepukan dibahu Anna menambah kejutan lain. Anna mengerjap. Lagi-lagi sosok Andrew Lewis berdiri di depan matanya. Apa saat ini dia sedang mabuk dan sedang berhalusinasi?

“Kalau kau bukan penikmat whiskey, lebih baik jangan mencobanya. Lagipula, ini—” Andrew menyambar gelas whiskey di tangan Anna dan menyesapnya. “Siapa yang memberikanmu whiskey dengan kadar setinggi ini? Kau bisa tak sadarkan diri jika menghabiskannya, Anna.”

Nyata. Pria di depan Anna itu nyata. Buktinya ketika Anna kehilangan keseimbangan, lengan Andrew Lewis telah lebih dulu menangkapnya. Aroma maskulin yang menyeruak dari tubuh pria itu membuat kepala Anna bertambah pusing. Anna hanya tahu tiba-tiba saja pandangan matanya memburam dan dia telah jatuh terlelap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status