Erik tidak pernah bohong pada Mika. Dia mengatakan yang sejujurnya.
Saat acara adat keboan beberapa minggu lalu, Erik berniat untuk bergabung. Dia sudah menyiapkan diri berdandan rapi dan wangi untuk bertemu Mika. Juga sudah menyiapkan diri untuk berhadapan dengan Han kalau Han menghalanginnya lagi. Perjalanan Erik terganggu saat dalam jarak seratus meter melihat Darman bersama Rika di tempat bidan Atun.
Tadinya Erik tidak mau peduli, tapi melihat mereka bertengkar lalu dengan tega Darman meninggalkan Rika yang menangis akhirnya Erik luluh. Dia menghampiri Rika. Mengantarnya pulang sampai rumah.
Saat kembali, Mika dan Yama sudah tidak ada. Erik kerumah Mika tapi di depan rumahnya ada mobil akhirnya Erik ke tempat rahasia sambil menunggu jam 11 malam. Ternyata mobil itu belum pergi membuat Erik berfikir Mika tidak akan mungkin bisa keluar jadilah dia ke tempat rahasia berjaga kalau-kalau Mika datang.
Me
Bobby melihat sekitar, matanya terus menelisik seisi rumah yang di datanginya bersama Hansol untuk mengambil barang Hansol yang tertinggal. Rumah kosong ini memiliki interior mewah, warnanya elegan juga di lengkapi kecanggihan teknologi moderen. Gemricik air terjun mini membuat suasana menjadi tenang. Banyaknya tumbuhan hijau yang mengelilingi rumah membuat rumah terasa sejuk. Definisi rumah impian Bobby yang sesungguhnya. "Gue pengen tinggal di sini." Hansol menoleh dengan raut tidak terima "enggak! Ini rumah Yama. Rumah ini tidak ada sangkut pautnya dengan perusahaan ataupun karir keartisan Yama. Dia tinggal di sini jauh sebelum ikut SMYVS3." "Tapi gue pengen tinggal di sini!" "Jangan egois! Semua milik Yama sudah lo ambil. Mulai dari pekerjaan, fans, vershow, BA, iklan, drama. Stop! Jangan serakah, Bobb." Bobby berdecak dia menendang kursi makan sampai terjatuh membuat Hansol yang jalan lebih dulu s
Erna masuk kamar Erik, dia duduk di sisi ranjang lalu meletakkan nampan di pangkuan membuat Hanik yang sadar diri bergeser agar Erna bisa lebih nayaman dan tidak berhimpit-himpitan.Erna mengusap lembut rambut Erik dengan penuh kasih sayang. Erik sudah tidak berkeringat dan suhu panas badannya sudah menurun "Erik. Bangun, sayang. Makan lalu minum obat habis itu kamu bisa tidur lagi biar cepat sembuh."Belum ada tanda-tanda Erik bangun, Erna mengecup kening Erik lalu mengusapnya "Erik, sayang bangun yuk makan dulu.""Sayang.""Erik!""Erik!"Perasaan Erna jadi was-was karena Erik tidak kunjung bangun. Dia mencoba mengoyang-goyangkan badan Erik membuat air di gelas tumpah. Secara inisiatif, Han mengambil nampan memindahkannya ke meja."Erik! Bangun, Nak!""Erik!." Tangis Erna mulai pecah, dia menoleh kearah Hanik dengan perasaan takut, was-w
Mister Joe turun dari mobil. Dia melakukan peregangan ringan karena jarak dari Jakarta ke desa lumayan jauh sampai membuat seluruh badannya terasa kaku. Untung saja mengajak Pak Roy (asisten pribadi Mister Joe) untuk bergantian menyetir jadi kaki dan tangannya tidak terlalu kebas yang menyakitkan."Ini rumahnya, Mister?" Tanya Roy sambil memandangi rumah asri yang di datanginya "terlihat sepi?!"Mister Joe setuju, dia segera menuju gerbang yang langsung menyerngit saat gerbang tergembok. "Kemana mereka?" Bingung Mister Joe memperhatikan rumah yang terlihat sepi senyap tidak ada tanda-tanda kehidupan.Seorang laki-laki muda bermotor mendekat mengalihkan perhatian Mister Joe. Mereka saling bertatap dan memandang bingung.Setelah turun dan mematikan mesin, laki-laki muda itu melihat rumah lalu membuka gerbang tapi gagal saat gerbang tergembok. "Kalian siapa? Kemana Mika dan bang Yama?" Tanyanya tidak sabaran,
Kursi, tikar, dan bendera kuning sudah berkibar di depan rumah. Petugas kematian sudah mengumumkan meninggalnya Erik ke satu desa dengan pengeras suara. Kandang yang biasanya ramai pembeli kini sepi karena tuan rumah sedang berduka.Alik, Lino, Asahi, Pak Anas dan tetangga sekitar datang ke rumah duka untuk mengirim doa dan memberi kekuatan pada yang berduka. Mereka ikut bersedih dan masih tidak menyangka Erik pergi secepat ini.Erna tak henti-hentinya menangis. Dia masih belum percaya dengan apa yang menimpanya hari ini. Mulai dari pernikahannya yang hancur, di susul meninggalnya Erik yang mampu membuat hati Erna hancur berkeping-keping.Erna tidak melarang Darman untuk datang, bagaimanapun juga Darman ayah kandung Erik. Sekarang Darman ada di depannya berseberangan dengan jasad Erik. Mantan suaminya itu sedang meratapi dan menyesali perbuatannya.Hanik masih setia menemani Erna berduka, dia terus di samp
Doa terus terdengar, karangan bunga terus berdatangan, jajaran mobil memenuhi halaman rumah dan halaman luar pagar. Media semakin banyak yang berdatangan untuk berlomba-lomba memberitakan kematian Yama agar mendapat rating tinggi juga untuk memberi informasi pada dunia proses pemakaman si solois.Mobil alpard hitam datang membuat kerumunan terbelah saat bodyguard membuka jalan. Perhatian pelayat secara otomatis teralih ke arah lima orang yang baru saja turun dari mobil termasuk Hansol. Dia menyingkir saat Yuno, Tiffany dan Kristal datang, memberi sapaan hormat pada Mister Joe dan Pak Roy yang baru pertama kali di melihatnya.Kristal dan Tiffany langsung ke peti Yama sedangkan Yuno ke peti Mika. Mereka datang dengan mata sembab dan aura yang berbeda. Kesedihan terasa saat Yuno menahan tangis. Dia melihat lamat-lamat adik bungsunya dengan senyum perih seperti tersayat ribuan belati. Adik yang dia sayangi itu kini telah dingin dan terbujur ka
Hansol menghampiri Yuno yang sedang duduk santai di sofa setelah menerima banyak tamu. Walau belum semua tamu pulang, tapi rumah lumayan lega jadi tuan rumah bisa sedikit lebih santai. Yuno yang di hampiri menegakkan badan, dia tersenyum pada Hansol membuat Hansol lagi-lagi merasa berdosa karena semua keluarga Thomson berhati baik."Mas Hansol ya?" Yuno menyalami Hansol lalu mempersilahkan Hansol duduk di sofa sampingnya. "Yama maupun Mika banyak cerita tentang mas Hansol. Maaf baru sekarang menyapa karena tadi benar-benar masih syok." cerita Yuno membuat Hansol mengangguk paham. "Terima kasih sudah banyak membantu Yama dan Mika semasa hidup mereka dan tolong maafkan mereka kalau memiliki salah baik sengaja maupun tidak sengaja."Hansol mengangguk, hatinya kembali tergores. Lagi-lagi di tampar dengan kebaikan dan ketulusan Thomson's "saya sudah memaafkan. Mereka orang baik, saya yang banyak berbuat salah." Hansol memberika sebuah paper
Uhukk ...Uhuk ...Rika terbatuk dan terbangun saat asap rokok melewati hidung dan menggelirik tenggorokannya. Dia mengibaskan tangan di depan wajah agar asap pergi membuat seseorang yang menunggunya bangun terkekeh membuat Rika mengambil ancang-ancang untuk kabur saat wajah orang itu terlihat. "Lepaskan aku, Pak Darman!"Darman tertawa "tidak ada yang mengikatmu wanita, bodoh!" Hardiknya membuat Rika segera berdiri ke arah pintu sayangnya pintu terkunci. "Tenanglah, tidak ada yang akan berbuat jahat padamu. Sini, minum dulu." Ucapnya meyakinkan menuang sebuah minuman berwarna coklat keruh ke gelas kecil. "Minum." Titahya sekali lagi."Apa itu obat penggugur kandungan?"Darman tertawa, dia menghisap rokoknya lalu membuang asap sembarang. "Hmm ... pintar sekali. Pernah meminumnya, hmm jalang kecil?" Rika masih belum bergerak di tempatnya,
Yuno terbangun saat tangannya meraba tidak mendapati Tiffany di sampingnya. Dia melenguh panjang lalu tiduran dengan melihat langit-langit menunggu nyawanya terkumpul.Yuno melamun, sudah dua hari ini dia tinggal di Indonesia dan beberapa hari lagi kembali ke Inggris tapi rasanya belum tenang kalau belum membereskan kekacauan di sini. Yuno takut Yama pergi dengan tidak tenang karena fitnah skandal itu.Yuno sudah tahu siapa pelakunya dari orang suruhannya yang kemarin memberinya laporan, dia sama sekali tidak menyangka orang itu yang melakukan. Tinggal menunggu waktu yang tepat semua akan terbongkar.Yuno menyibak selimut, dia mengikat kimonon piyamanya lalu turun dari kasur. Setelahnya berjalan ke arah korden, menyibak korden lebar agar cahaya masuk kemudian mengambil segelas air yang ada di nakas, kemudian di tengguknya sampai habis.Yuno berjalan kearah kamar mandi, langkahnya berhenti saat mendengar su