Share

Part 3

“Aku hanya berharap agar hari ini berjalan dengan lancar !”

                ~Honestly, I Love You~

Ternyata benar. jangan pernah menilai seseorang hanya dari penampilan luarnya saja. Dan sekarang yaya baru benar-benar memahami tentang perkataan itu

“Jadi untuk apa aku dipanggil kesini ?. Apa karena aku orang terakhir disini ?”

Sepertinya tidak. Aku bukanlah orang yang datang paling akhir. Dan anehnya, orang yang datang lebih lambat dariku bahkan sudah dipanggil lebih dulu. Sedari tadi pula.

"Maaf mba. Nanti akan kami hubungi lagi untuk informasi lebih lanjut," ucap pria yang tadi memanggilku untuk interview.

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Kenapa tidak bilang sejak tadi ?. Aku bahkan belum dipersilahkan duduk.

 "Iya pak. Tidak apa-apa,” jawabku sopan sambil sedikit menunduk.

“Kalau begitu saya permisi." lanjutku lagi dan langsung keluar dari sana.

Percuma menunggu. Boss besar itu pasti memiliki dendam terhadapku. Jika tidak, dia tidak akan pergi walau aku adalah orang terakhir disana.

 

Aku keluar ruangan dengan rasa sedikit kecewa. Setidaknya, jangan membuka interview kalau ujung-ujungnya seperti ini.

Tidak habis-habisnya aku mengatai boss itu. Seenaknya sekali. Aku sangat kesal hingga tidak bisa berhenti sejak tadi.

Aku berjalan keluar sambil memperhatikan keadaan sekitar. Mungkin aku akan bekerja sebulan disini atau nantiku sesuaikan dengan jadwal di Rumah Sakit.

Atau, aku hanya akan bekerja saat akhir pekan di rumah sakit. Dan hari biasanya akan bekerja di kantor.

Itupun jika aku diterima bekerja disana. Jika tidak, maka aku akan mencari perusahaan lain.

Semoga saja aku diterima. Jadi aku tidak perlu melakukan itu lagi.

Cepatlah. Sebelum mami datang dan memaksaku menuruti perkataannya. Mami itu sangat pemaksa. Namun aku juga sangat keras kepala.

Coba saja. Aku tidak akan menyerah dan menuruti perkataan mami dengan mudah.

 "Yaya !" panggil seseorang saat aku hendak keluar dari gedung perusahaan.

Apa aku terlalu banyak mengomel hingga akhirnya merasa seperti ada yang sedang memanggilku ?.

Benarkah itu ?.

Aku berhenti sejenak untuk melihat sekitar. Disana, tak jauh dari tempatku berdiri, ada seorang pria yang menatapku.

Aku memerhatikan wajahnya. Dia masih sedikit jauh jadi aku belum tahu siapa dia.

sedikit jauh jadi aku belum tahu siapa dia.

“Yay !” panggilnya lagi dan berjalan mendekat kearahku

Walau masih belum mengenalinya, aku masih tetap berdiri disana dan menunggunya mendekat.

 

"Iya ?" Tanyaku sedikit bingung saat dia sudah berada didekatku.

 

Aku masih menerka-nerka siapa pria yang memanggilku dan sedang berdiri dihadapanku saat ini. Dia sepertinya tidak asing.

“Maaf ?” tanyaku karena aku masih saja belum mengenali pria itu walau sudah mencoba mengingatnya.

“Masa lupa sih ?” tanya pria itu

Yaya hanya menatap dengan alis yang terangkat.

Kenapa pria itu tidak langsung mengatakan namanya ?

“Ini aku, Yudha !” katanya lagi

 

Sebentar. Yudha..

Ohh. Pantas saja tidak asing. Aku baru sadar sekarang.

 

"Apa kabar ?, udah lama enggak ketemu kamu !" kata Yudha

Aku mengangguk sebentar dan memberi senyum kepadanya.

 

"Gue baik kok. Lo sendiri ?" Tanyaku. Dulu aku dan yudha memang mengobrol dengan panggilan aku-kamu. Tapi itu semasa sekolah dasar. Aku pikir setelah dewasa kami tidak perlu lagi seperti itu.

 

"Aku baik juga,” jawab Yudha

“Panggilnya Lo-Gue aja. Nggak usah formal gitu kali !” ucapku

“Aku enggak bisa. Kamukan beda.” jawab Yudha

“Alesan. Dulu aja manggilnya sok Lo-Gue. Sekarang malah enggak mau !” kataku. Aku sudah biasa menanggapi perkataannya yang seperti itu.

“Yay !” panggilnya lagi dan berjalan mendekat kearahku

Walau masih belum mengenalinya, aku masih tetap berdiri disana dan menunggunya mendekat.

 

"Iya ?" Tanyaku sedikit bingung saat dia sudah berada didekatku.

 

Aku masih menerka-nerka siapa pria yang memanggilku dan sedang berdiri dihadapanku saat ini. Dia sepertinya tidak asing.

“Maaf ?” tanyaku karena aku masih saja belum mengenali pria itu walau sudah mencoba mengingatnya.

“Masa lupa sih ?” tanya pria itu

Yaya hanya menatap dengan alis yang terangkat.

Kenapa pria itu tidak langsung mengatakan namanya ?

“Ini aku, Yudha !” katanya lagi

 

Sebentar. Yudha..

Ohh. Pantas saja tidak asing. Aku baru sadar sekarang.

 

"Apa kabar ?, udah lama enggak ketemu kamu !" kata Yudha

Aku mengangguk sebentar dan memberi senyum kepadanya.

 

"Gue baik kok. Lo sendiri ?" Tanyaku. Dulu aku dan yudha memang mengobrol dengan panggilan aku-kamu. Tapi itu semasa sekolah dasar. Aku pikir setelah dewasa kami tidak perlu lagi seperti itu.

 

"Aku baik juga,” jawab Yudha

“Panggilnya Lo-Gue aja. Nggak usah formal gitu kali !” ucapku

“Aku enggak bisa. Kamukan beda.” jawab Yudha

“Alesan. Dulu aja manggilnya sok Lo-Gue. Sekarang malah enggak mau !” kataku. Aku sudah biasa menanggapi perkataannya yang seperti itu.

 . . .

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status