Share

Part 4

Walau masih anak SD. Yudha ini terbilang playboy dulu. Walau awalnya dia tidak seperti itu. Mungkin hanya salah pergaulan.

Tapi aku mendengar bahwa dia masih sering memberi harapan palsu pada perempuan yang berbeda-beda.

Yudha hanya tertawa mendengar itu. Sudah lama kami tidak bertemu. Jadi aku juga melupakan tentang pria itu.

Aku sengaja. Terlalu banyak masalah yang aku dapat saat berdekatan dengan yudha. Dia saja yang tidak sadar sudah membuatku berada dalam banyak masalah.

“Kamu sibuk nggak ? Mau ngobrol dulu ?" Tanya Yudha

Pria ini selalu saja mencari alasan untuk mengobrol denganku. Dulu kami memang berteman akrab. Sampai-sampai setiap pacarnya selalu kesal denganku tanpa alasan.

 

"Aduh maaf. Lain kali aja yah. Gue harus balik cepet nih !" jawabku menolak ajakannya

 

Dia terlihat kecewa dengan jawabanku. Tapi masa bodolah. Terlalu banyak masalah yang akan timbul jika aku berduaan dengan nya.

Cukup SD hingga SMP saja aku meladeni kelakuannya. Sekarang tidak lagi. Bisa di datengin cewek bar-bar kalau jalan bareng. Belum lagi abang nya yang dulu nggak suka banget kalau liat aku dan Yudha berbincang berdua.

 

"Baiklah. Tapi lain kali jangan nolak, oke ?" Dia berkata dengan nada penuh penekanan.

 

Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Tuh kan kebiasaan. Dari dulu enggak berubah. Suka banget ngasih harapan palsu !” ujar Yudha

“Enggak. Gue bukan tipe orang kayak gitu kali.” bantahku

Kalau saja dia tidak membuatku kesal dulu. Mungkin aku masih menyukai nya.

“Jadi bisakan, makan bareng lain kali ?” tanya Yudha lagi.

"Kalo gue enggak sibuk. Okelah." jawabku.

 

Risih juga berlama-lama dengan pria itu. Apa dia mengira aku akan menyukainya ? Kalau risih, baru iya.

 

"Haha, Omongan lo kayak orang penting aja. Tapi siplah, gue tunggu," kata Yudha tidak lagi menggunakan Aku-Kamu.

“Lo aja yang nggak tahu kalo gue ini orang penting !” kataku

“Iya tahu. Lo juga penting banget buat gue !” kata Yudha

Yaya ingin muntah saat mendengar hal itu. Percaya diri sekali dia saat mengatakan itu. Mulus banget lagi ngomong nya. Seakan tanpa beban.

“Gue pergi dulu !” pamitku. Sungguh, aku tidak ingin lagi berlama-lama berbincang dengan nya.

“Mau dianter ?” tanya Yudha

Aku menggeleng cepat untuk menolak ajakannya 

“Nggak usah !. Gue bawa mobil kok.” tolakku

“Lagian gue juga ada urusan bentar sih.” kataku lagi. Aku mencari alasan agar dia segera pergi dan tidak lagi berdekatan denganku. Aku memang harus menolak cepat sebelum pria itu semakin mencari alasan.

“Gue balik yah !” kataku tanpa ingin mendengar perkataannya lagi

 

Aku berjalan terburu-buru meninggalkan tempat itu.

 

"Apakah Yudha juga bekerja disana ?, oh astaga !" batinku.

 

Oh iya, biar aku ceritakan tentang pria itu dengan lebih detail kepada kalian. Walau aku hanya akan menceritakan garis besarnya saja. Namanya Yudha. Dia temanku sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Dia baik, tampan, Ayahnya seorang Tentara dan dia sangat sopan.

 

Tapi setelah menginjak bangku SMP, dia malah berubah menjadi playboy. Bahkan kesopanan, kerajinan dan semua yang aku kagumi sejak SD telah menghilang semua. Kecuali wajah tampan dan status anak tentara.

 

Aku menganggumi sejak SD tanpa tahu perasaannya kepadaku. Jujur saat itu aku hanya merasa dia berbeda dari teman-temanku yang lain. Saat SMP, dia mengutarakan perasaannya kepadaku dan mengajakku berpacaran. Tentu saja kutolak. Aku bukan orang yang suka dengan hal-hal menyimpang seperti itu.

 

Dia masih saja mendekatiku sampai lulus SMP. Walau kelas kami berbeda waktu itu. Bahkan aku berulang kali berurusan dengan para cewek yang mengaku pacarnya atau cewek yang menyukainya.

 

Mereka bertanya padaku bukan tanpa alasan, itu karena Yudha mengatakan aku adalah mantan pacarnya dan bodohnya mereka percaya. Dari situ aku kehilangan respect terhadapnya, bahkan risih saat dia mengajakku berbicara karena aku tidak ingin ada yang melabrakku.

Bahkan pernah sekali bahuku ditabrak dengan sengaja oleh seorang anak perempuan semasa SMP. Untung saja aku tidak lemah. Hingga anak itu yang akhirnya terjatuh karena menabrak bahuku. Anehnya, dia malah menyalahkan aku dan mengatakan aku merebut pacarnya.

Rasanya panas sekali saat aku mengingat kejadian itu. Siapa lagi dalang nya kalau bukan Yudha ?. Untunglah aku melanjutkan studiku semasa SMA hingga lulus kuliah di Australia. Hingga aku tidak lagi bertemu dengannya.

Mungkin ini adalah hari sialku. Itu karena aku bertemu dengannya lagi setelah belasan tahun. Cukup dia membuatku berurusan dengan 18 cewek dan aku tidak ingin menambah lagi.

 

Oke, dia punya satu kakak laki-laki yang berbeda tiga tahun dengannya. Artinya kakak nya itu juga berbeda tiga tahun denganku. Dia tidak menyukaiku dan aku menyadari itu.

 

Entah apa salahku, aku bahkan tidak pernah berbicara dengan kakaknya itu. Namun dia terlihat sangat membenciku. Bahkan sejak SD. Entah apa yang terjadi dengan anak itu.

Aku pikir hanya Yudha yang aneh. Tapi ternyata kakaknya lebih aneh lagi.

Walau Yaya tidak pernah berbincang dengan kakaknya yudha secara langsung. Tapi dari tampilannya, Yaya bisa menilai bahwa sifat mereka tidak berbeda terlalu jauh.

Sepertinya Yaya terlalu banyak meramal. Sudahlah !. Lain kali saja dia melakukan itu. Jika dia sudah bertemu dengan kakaknya Yudha nanti.

Saat ini Yaya hanya harus fokus dengan lamaran pekerjaan nya. Sebelum mami akan mengomelinya lebih sering lagi.

Jadi mari berharap. Semoga besok Yaya mendapat panggilan kembali. Dan kali ini, adalah panggilan yang pasti. Tidak seperti hari ini.

Semoga dia juga tidak bertemu Yudha di kantor itu lagi. Dia hanya berharap semoga dan semoga.

Ah. Sudahlah.

. . .

 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status