Walau masih anak SD. Yudha ini terbilang playboy dulu. Walau awalnya dia tidak seperti itu. Mungkin hanya salah pergaulan.
Tapi aku mendengar bahwa dia masih sering memberi harapan palsu pada perempuan yang berbeda-beda.
Yudha hanya tertawa mendengar itu. Sudah lama kami tidak bertemu. Jadi aku juga melupakan tentang pria itu.
Aku sengaja. Terlalu banyak masalah yang aku dapat saat berdekatan dengan yudha. Dia saja yang tidak sadar sudah membuatku berada dalam banyak masalah.
“Kamu sibuk nggak ? Mau ngobrol dulu ?" Tanya Yudha
Pria ini selalu saja mencari alasan untuk mengobrol denganku. Dulu kami memang berteman akrab. Sampai-sampai setiap pacarnya selalu kesal denganku tanpa alasan.
"Aduh maaf. Lain kali aja yah. Gue harus balik cepet nih !" jawabku menolak ajakannya Dia terlihat kecewa dengan jawabanku. Tapi masa bodolah. Terlalu banyak masalah yang akan timbul jika aku berduaan dengan nya.Cukup SD hingga SMP saja aku meladeni kelakuannya. Sekarang tidak lagi. Bisa di datengin cewek bar-bar kalau jalan bareng. Belum lagi abang nya yang dulu nggak suka banget kalau liat aku dan Yudha berbincang berdua.
"Baiklah. Tapi lain kali jangan nolak, oke ?" Dia berkata dengan nada penuh penekanan. Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.“Tuh kan kebiasaan. Dari dulu enggak berubah. Suka banget ngasih harapan palsu !” ujar Yudha
“Enggak. Gue bukan tipe orang kayak gitu kali.” bantahku
Kalau saja dia tidak membuatku kesal dulu. Mungkin aku masih menyukai nya.
“Jadi bisakan, makan bareng lain kali ?” tanya Yudha lagi.
"Kalo gue enggak sibuk. Okelah." jawabku.
Risih juga berlama-lama dengan pria itu. Apa dia mengira aku akan menyukainya ? Kalau risih, baru iya. "Haha, Omongan lo kayak orang penting aja. Tapi siplah, gue tunggu," kata Yudha tidak lagi menggunakan Aku-Kamu.“Lo aja yang nggak tahu kalo gue ini orang penting !” kataku
“Iya tahu. Lo juga penting banget buat gue !” kata Yudha
Yaya ingin muntah saat mendengar hal itu. Percaya diri sekali dia saat mengatakan itu. Mulus banget lagi ngomong nya. Seakan tanpa beban.
“Gue pergi dulu !” pamitku. Sungguh, aku tidak ingin lagi berlama-lama berbincang dengan nya.
“Mau dianter ?” tanya Yudha
Aku menggeleng cepat untuk menolak ajakannya
“Nggak usah !. Gue bawa mobil kok.” tolakku
“Lagian gue juga ada urusan bentar sih.” kataku lagi. Aku mencari alasan agar dia segera pergi dan tidak lagi berdekatan denganku. Aku memang harus menolak cepat sebelum pria itu semakin mencari alasan.
“Gue balik yah !” kataku tanpa ingin mendengar perkataannya lagi
Aku berjalan terburu-buru meninggalkan tempat itu. "Apakah Yudha juga bekerja disana ?, oh astaga !" batinku. Oh iya, biar aku ceritakan tentang pria itu dengan lebih detail kepada kalian. Walau aku hanya akan menceritakan garis besarnya saja. Namanya Yudha. Dia temanku sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga sekolah menengah pertama. Dia baik, tampan, Ayahnya seorang Tentara dan dia sangat sopan. Tapi setelah menginjak bangku SMP, dia malah berubah menjadi playboy. Bahkan kesopanan, kerajinan dan semua yang aku kagumi sejak SD telah menghilang semua. Kecuali wajah tampan dan status anak tentara. Aku menganggumi sejak SD tanpa tahu perasaannya kepadaku. Jujur saat itu aku hanya merasa dia berbeda dari teman-temanku yang lain. Saat SMP, dia mengutarakan perasaannya kepadaku dan mengajakku berpacaran. Tentu saja kutolak. Aku bukan orang yang suka dengan hal-hal menyimpang seperti itu. Dia masih saja mendekatiku sampai lulus SMP. Walau kelas kami berbeda waktu itu. Bahkan aku berulang kali berurusan dengan para cewek yang mengaku pacarnya atau cewek yang menyukainya. Mereka bertanya padaku bukan tanpa alasan, itu karena Yudha mengatakan aku adalah mantan pacarnya dan bodohnya mereka percaya. Dari situ aku kehilangan respect terhadapnya, bahkan risih saat dia mengajakku berbicara karena aku tidak ingin ada yang melabrakku.Bahkan pernah sekali bahuku ditabrak dengan sengaja oleh seorang anak perempuan semasa SMP. Untung saja aku tidak lemah. Hingga anak itu yang akhirnya terjatuh karena menabrak bahuku. Anehnya, dia malah menyalahkan aku dan mengatakan aku merebut pacarnya.
Rasanya panas sekali saat aku mengingat kejadian itu. Siapa lagi dalang nya kalau bukan Yudha ?. Untunglah aku melanjutkan studiku semasa SMA hingga lulus kuliah di Australia. Hingga aku tidak lagi bertemu dengannya.
Mungkin ini adalah hari sialku. Itu karena aku bertemu dengannya lagi setelah belasan tahun. Cukup dia membuatku berurusan dengan 18 cewek dan aku tidak ingin menambah lagi.
Oke, dia punya satu kakak laki-laki yang berbeda tiga tahun dengannya. Artinya kakak nya itu juga berbeda tiga tahun denganku. Dia tidak menyukaiku dan aku menyadari itu. Entah apa salahku, aku bahkan tidak pernah berbicara dengan kakaknya itu. Namun dia terlihat sangat membenciku. Bahkan sejak SD. Entah apa yang terjadi dengan anak itu.Aku pikir hanya Yudha yang aneh. Tapi ternyata kakaknya lebih aneh lagi.
Walau Yaya tidak pernah berbincang dengan kakaknya yudha secara langsung. Tapi dari tampilannya, Yaya bisa menilai bahwa sifat mereka tidak berbeda terlalu jauh.
Sepertinya Yaya terlalu banyak meramal. Sudahlah !. Lain kali saja dia melakukan itu. Jika dia sudah bertemu dengan kakaknya Yudha nanti.
Saat ini Yaya hanya harus fokus dengan lamaran pekerjaan nya. Sebelum mami akan mengomelinya lebih sering lagi.
Jadi mari berharap. Semoga besok Yaya mendapat panggilan kembali. Dan kali ini, adalah panggilan yang pasti. Tidak seperti hari ini.
Semoga dia juga tidak bertemu Yudha di kantor itu lagi. Dia hanya berharap semoga dan semoga.
Ah. Sudahlah.
. . .
“Bukan hanya keluargamu. Aku juga peduli tentang kamu.”Sore itu, yaya bersama grandma dan banyak pekerja di rumah grandma masih berada di yayasan. Mereka sudah memotong kue ulang tahun sejak siang tadi.Ketika yaya sedang duduk dan bermain bersama seorang anak perempuan, grandma tiba-tiba saja datang. Beliau membawakan sebuah benda yang nampak seperti album di tangannya“Hari ini kamu juga ulang tahun. Terus kenapa Ryan nggak ngajak jalan-jalan?” tanya grandma setelah mereka berdua duduk bersama disanaGrandma mulai membuka album foto yang tadi dibawa olehnya. “Setahu grandma, Ryan itu punya pacar.” Ucap grandma yang langsung membuat yaya terdiam. “Tenang saja. Grandma tahu semuanya.” Lanjut grandma lagi sembari menatap yaya. Beliau bisa melihat raut wajah yaya yang nampak kaget.Yaya mengira bahwa grandma tidak tahu tentang itu semua. “Grandma tahu kebiasaan pacar suamimu. Tapi grandma senang karena Ryan menikah denganmu. Kau baik, dan grandma cuman meminta untuk menjaga Ryan. Dia a
“Tidak ada hadiah yang lebih berharga dibanding anggota keluarga baru.”“Grandma!” panggil Ryan saat dia melangkah mendekat ke arah neneknyaDisana, terdapat seorang wanita paruh baya yang berumur sekitar 70 tahun. Beliau masih terlihat sehat dan sepertinya sangat merawat diri. Mendengar panggilan dari Ryan barusan, grandma langsung mengalihkan pandangannya dan tersenyum lebar saat mendapati cucu kesayangannya berada di sanaMereka saling berpelukan dan saat itu, Yaya baru menyadari bahwa Ryan ternyata masih memiliki sisi lembut terhadap keluargannya. Dia bisa menduga bahwa Ryan sangatlah dekat dengan grandma. Bahkan kepada mama dan papa, Ryan tidak memberikan senyum selembut itu“Ini cucu Grandma, kan?” tanya grandma sembari tersenyum ke arah Yaya. Yaya yang mendengar itupun, langsung tersenyum ramah. “Iya Grandma. Kenalin, ini Yaya!” ucap RyanSetelah itu, Yaya dan Grandma saling berpelukan. Mereka terlihat seperti senang bertemu satu sama lain. Bahkan mereka lebih terlihat seperti
"Berapa umurnya Grandma sekarang?" tanya yayaSaat ini mereka sedang berada di pesawat pribadi milik RyanYaya sudah mengambil tempat duduk yang jauh dari tempat Ryan. Dan dia bisa melihat bahwa pria itu tidak merasa senang"Ada apa?" tanya yaya karena sedari tadi dia tidak mendapatkan jawaban dari RyanYaya menatapnya dan Ryan hanya bersikap acuh sembari membaca sebuah majalah bisnis yang ada di sana"Kenapa diam saja? Saya bertanya berapa umur grandma sekarang" kata yaya mengulang kembali ucapannyaTapi hasilnya tetap saja. Dia tidak mendapatkan jawaban apapun dari Pria itu"Harusnya saya bertanya pada Yudha tadi." kata yayaBegitu ucapan itu selesai, dia bisa melihat Ryan yang merubah posisinya dan tidak lagi membaca majalahSaat itu, pramugari datang dan menyiapkan makanan untuk mereka. "Cukup hidangkan satu." terdengar ucapan dari Ryan begitu pramugari itu meletakkan makanan diatas mejaMendengar itu, yaya langsung dengan cepat berkata "Jangan. Letakkan saja disitu." kata yayaSe
Tok Tok TokSaat Yaya sedang merapikan berkas di ruangan kerjanya, dia mendengar sebuah ketukan di pintu ruangan miliknya"Masuk!" kata Yaya mempersilahkanDia berdiri untuk menunggu siapa yang baru saja mengetuk pintu ruangannya. Tapi hingga beberapa saat, tidak ada siapapun yang melangkah masuk ke sanaAkhirnya, Yaya melangkah menuju pintu untuk memeriksa. Saat dia membuka pintu itu, dia tidak menemukan siapapun disanaSiapa yang tidak memiliki pekerjaan sehingga mengetuk tapi tidak ingin masuk seperti itu?Tidak ingin berpikir lebih jauh lagi, Yaya segera kembali dan mengambil tas tangan miliknya. Sekarang adalah jam pulang kantor jadi dia akan segera pulang.Dia melangkah keluar dan seketika bertemu dengan Dio yang sedang berdiri di depan pintu lift"Boss!" sapa DioYaya berjalan mendekat dan Dio mengajaknya untuk masuk bersama ke dalam lift. Padahal Yaya ingin menolak dan hendak masuk ke lift khusus karyawan"Masuk aja dulu. Pa Ryan nggak ada kok." ucap Dio saat menyadari bahwa Y
Pagi hari ini, Diana baru saja tiba di rumah Ryan. Dia sudah membawakan kue dan berencana untuk mengajaknya makan siang nantiDia tidak perlu mengatakan apapun dan langsung saja pergi ke kamar milik Ryan."Good Morning, sayang!" ucap Diana setelah dia membuka pintu kamar RyanTapi detik setelahnya, dia mengangkat sebelah alisnya bingung. Sepertinya ini adalah hari sabtu dan Ryan tidak pergi ke kantor untuk bekerja. Lalu kemana perginya?Diana lalu berjalan ke arah kamar mandi dan mengetuk. Dia berharap bahwa Ryan ada di sana. Tapi ternyata hasilnya sama saja. Ryan tidak ada disanaKemana perginya?Diana turun kembali dan mencari keberadaan Ryan di sekitaran rumah. Dia berjalan ke segala arah karena dia yakin Ryan masih ada disana. Dia bisa melihat mobil pria itu yang sedang terparkir di halamanSaat dia berjalan ke ruang keluarga, dia lalu berhenti dan mematung sejenak."AHH! APA-APAAN INI?"Mendengar teriakan itu, Yaya yang masih terlelap langsung tersadar dari tidurnya. Bukan hanya
Malam harinya setelah kejadian tadi siang, Ryan sudah lebih dulu berada di Rumah. Dia mengecek beberapa tempat dan saat melihat ke arah parkiran, dia sadar bahwa Yaya belum juga kembaliDia berjalan untuk bertanya kepada bibi, dan bibi juga mengatakan bahwa Yaya belum kembali dari kantor.Apa yang sedang wanita itu lakukan?Ryan naik ke kamarnya untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Biasanya, walaupun Yaya sudah aktif kembali bekerja di kantor, dia akan pulang tepat waktu dan membuat makan malam.Meski dia tahu Ryan tidak akan memakannya, dia tetap akan makan sendirian di meja makan dan membuat suasana seolah dia sangat kesepian.Walau Yaya tidak memaksanya untuk makan malam, Ryan akan tetap makan di meja yang sama bersamanya.Ryan melepaskan jasnya, menaruh semua barang-barang dan mulai berendam. Dia merasa penat hari ini. Tapi anehnya, itu bukan karena terlalu banyak pekerjaan yang harus dia handle. Tapi karena kejadian tadi siang saat dia bertemu dengan Diana di jalan, dan malah
"Saya tahu ini cuman kontrak. Tapi seharusnya kamu tidak menolak saya di depan asisten saya tadi!" ucap Ryan saat mereka baru saja berhenti di lampu merahMendengar itu, Yaya langsung menatap ke arah Ryan. "Saya mulai bertanya, apa yang saya dapat dari pernikahan kontrak dengan anda." balas YayaBukannya menjawab pertanyaan pertanyaan Ryan, Yaya malah mengutarakan isi pikirannya."Bukankah kamu setuju dan sebagai gantinya, saya tidak akan menyusahkan karyawan di perusahaan." kata RyanYaya menganggukan kepalanya setelah terdiam beberapa saat. "Bukankah anda terbiasa menyusahkan karyawan?" tanya Yaya"Kalau begitu, saya akan memecat mereka!" lanjut Ryan"Terserah saja. Toh itu bukan perusahaan saya." kata Yaya dengan santaiJika beberapa saat tadi, Ryan menjawab dengan santai, maka sekarang tidak lagi. "Kamu tahu saya tidak suka main-main." kata Ryan seperti sedang mengancam"Jadi anda mengira saya hanya bergurau?" balas Yaya"Sebentar. Saat kamu memecat karyawan di kantor, apa itu art
Ryan hendak untuk memesan beberapa hidangan untuknya. Tapi saat dia sudah membuka buku menu, dia langsung menutupnya kembali.Tentu saja yaya tidak terlalu memusingkan hal itu. Tapi sedetik kemudian, ryan memberikan buku menu itu pada yaya"Pesenin makanan." ucap ryanMereka bisa melihat pelayan yang sepertinya merasa takjub dengan perlakukan ryan yang seperti itu. Pelayan itu tertawa tapi berusaha untuk menahannya.Yaya yang ingin menolak itupun, hanya bisa menatap ryan dengan tatapan tajamnya.Setelahnya, yaya memesan beberapa hidangan dan ryan sama sekali tidak terganggu dengan pesanannya. Itu karena dia sudah tahu apa yang disukai dan tidak disukai pria itu."Baik Bu. Mohon ditunggu sebentar!" ucap pelayan itu lalu pergi meninggalkan merekaBertepatan saat pelayan itu baru saja pergi, ponsel yaya lalu berdering. Hanya beberapa detik. Jadi yaya memeriksa ponselnya dan mengetikkan sesuatu disana."Ehh!" ucap yaya kaget.
Siang ini, Yaya sedang tidak berada di kantor. Dia sedang melakukan pembahasan bisnis bersama seorang klien.Bukan klien wanita. Tapi sekretarisnya seorang wanita. Mereka sudah memiliki janji untuk membahas urusan bisnis di sebuah restoran.Yaya melangkah turun dan menyempatkan untuk menyapa temannya di bagian resepsionis terlebih dahulu.Sudahkah yaya memberitahu bahwa dia adalah seorang manager keuangan sekarang? Sepertinya dia lupa memberitahu terkait hal itu.Saat yaya sedang berbicang, ryan dan sekretarisnya baru saja datang dari luar. Melihat itu, beberapa karyawan mulai menyapa ke arah mereka.Tapi yaya hanya diam saja dan melakukan sesuatu di meja resepsionis."Ehh, Bu!" ucap Fani-bagian resepsionis"Kenapa suaminya nggak disapa?" tanya Fani langsung. Tentu saja dia memelankan suaranya saat ituMendengar itu, yaya langsung mengangkat wajahnya dan menatap seolah bertanya."Maksudnya?" tanya yaya bingung