Malam harinya ...Amelia dan Yuki pergi ke parkiran lantai dasar bersamaan. Mereka lantas berpisah karena menaiki mobil yang berbeda.Amelia naik ke mobil Thomas yang sudah menunggu di dalam mobil. Sedangkan Yuki naik ke mobil Cristopher yang juga sudah menunggu Yuki.Yuki menutup pintu mobil, "nunggu lama ya?" tanyanya.Cristopher segera memasang sabuk pengaman Yuki, lalu mencium hidung Yuki."Enggak kok," jawab Cristopher."Tumben turun bareng Amelia?" tanya Cristopher."Ya karena kalian 'kan parkir di tempat yang sama. Kalau beda kami nggak akan mungkin barengan lah," jawab Yuki.Cristopher tersenyum, "iya ya. Aku malah tanya pertanyaan bodoh. Sudah 'kan? Kita pergi kalau sudah. Nggak ada barangmu yang tertinggal? Dompet, ponselmu?" tanya Cristopher menatap Yuki."Nggak ada yang ketinggalan. Semua aman," jawab Yuki."Ok, kita pulang sekarang. Omong-omong, kamu ada mau pergi ke suatu tempat? Atau mau langsung pulang saja?" tanya Cristopher lagi.Yuki sejenak berpikir, lalu memberika
Dion mengajak Luna bicara berdua dia tangga darurat. Dion menginterogasi Luna dan membuat Luna marah sampai menampar Dion."Kamu ini kenapa, sih? Kok main nampar aku," kata Dion. Memegangi wajahnya yang baru saja ditampar."Apanya yang kenapa? Karena kamu pantas ditampar, Dion. Kamu tahu? Aku kayak gini ya gara-gara kamu. Gara-gara mantanmu juga. Kalian itu ngeselin banget. Membawa sial dalam hidupku," kata Luna marah."Sembarangan kalau ngomong. Yang bawa sial itu kamu, tahu. Yang salah kamu, kenapa jadi imbasnya ke aku? Sudah bagus aku mau bantu. Gimana tadi kalau aku nggak bantuin?" jawab Dion.Luna manatap Dion tajam, "bantuin katamu? Sialan, kamu sungguh buat aku pengen muntah, Dion. Gimana bisa dengan nggak tahu malunya kamu bilang bantuin aku? Apa kamu lagi mimpi di siang bolong?" sahut Luna kesal."Dasar nggak tahu terima kasih. Tahu gitu aku nggak sudi ikut ke ruangan kemanan tadi. Kedepannya urus saja semuanya sendiri. Jangan libatkan aku lagi," kata Dion."Memang semuanya a
Yuki duduk diam di kursinya. Dia memikirkan apa yang sedang terjadi pada Luna? Sedangkan Amelia sibuk mencari tahu dengan bertanya ke sana sini untuk memastikan sumber cerita dan berita yang beredar.Setelah cukup mendapat informasi, Amelia lantas kembali ke meja kerjanya."Gila, dia benar-benar sudah gila. Astaga ... " gumam Amelia.Yuki menatap Amelia, dia mendorong kursinya mendekati Amelia."Kamu dari mana aja? Sibuk banget ke sana sini," tanya Yuki."Eh, aku habis cari informasi. Aku nggak mau kemakan rumor. Dan setelah aku cari tahu, ternyata informasi tadi itu beneran dong. Si Luna habis menghajar orang dari divisi produksi. Bahkan sampai memelintir tangannya lho. Gila 'kan?" kata Amelia heran."Hah? Sampai kayak gitu? Aduh, ngerinya. Nggak kebayang gimana sakitnya itu," jawab Yuki."Nah itu, pasti sakit banget. Kalau sampai cidera parah dia bisa dituntut itu," sahut Amelia."Kamu tahu nggak, kenapa dia kayak gitu?" tanya Yuki penasaran.Amelia menggelengkan kepala, "Enggak ta
Sebelumnya ...Luna yang terus kepikiran akhirnya tidak tahan lagi memendung emosi. Ketika lift sampai di lantai tujuannya, dan pintu lift terbuka, Luna langsung menutup pintu lift. Lift berjalan naik sampai lantai teratas dan kemudian turun sampai ke lantai dasar. "Aku akan menhancurkan kalian semua," kata Luna bersiap. Luna menatap tajam ke depan. Dan beberapa detik kemudian lift sampai di lantai dasar. Begitu pintu lift terbuka, Luna langsung menyerang asal beberapa orang yang hendak masuk ke dalam lift.Tentu saja apa yang dilakukan Luna itu membuat semua orang terkejut. Terlebih salah seorang dari mereka akhirnya tertangkap oleh Luna dan sekarang menjadi sandera.Dion yang baru masuk ke dalam gedung heran, kenapa begitu banyak oranf berkerumu."Ada apa ramai-ramai?" tanya Dion dalam hati bingung.Dion berjalan perlahan mendekati kerumunan. Dia mendengar beberapa orang sedang menbicarakan sesuatu."Apa dia gila?""Ya 'kan? Sepertinya dia memang sudah gila. Gimana bisa dia kayak
Luna yang dari jauh melihat, segera pergi mengikuti Dion. Rupanya Dion sedang merokok di halaman kantor dekat parkiran."Bagus. Sudah nggak pulang. Malah sibuk ngurusim perempuan lain," kata Luna.Dion melirik Luna, "ngapain kamu di sini?" tanyanya."Ngapain, katamu? Dasar, yang benar aja kalau ngomong. Kenapa sih omonganmu selalu nyakitin, Dion?" tanya Luna.Dion hanya tersenyum sembari menghisap rokoknya."Jangan berlebihan, seolah aku memang sekejam dan sekasar itu sama kamu, Luna. Jangan buat aku kayak penjahat," kata Dion."Kenyataannya emang begitu," jawab Luna.Dion menatap Luna, lalu mendekati Luna. Melihat wajah serius Dion, Luna langsung ketakutan dan mundur beberapa langkah sampai akhirnya tubuhnya terpojok di dinding."A-apa? Kamu mau apa siang bolong begini?" tanya Luna."Kenyataan yang kamu bilang, kamu yakin aku beneran ngelakuin itu?" tanya Dion."Ya, tentu saja. Kamu ngelakuin itu. Siapa lagi coba," jawab Luna."Tolong jangan buat aku kesal, Luna. Menyingkirlah dari h
Setelah selesai makan siang, Cristopher dan Thomas langsung mengajak Amelia dan Yuki untuk segera kembali bekerja.Yuki yang tak ingin melihat Dion lebih lama setuju dan mengikuti kemauan Cristopher. Dia dan Amelia berjalan beriringan dibelakang Cristopher dan Thomas.Saat mereka melewati meja tempat Dion dan teman-temannya makan, beberapa orang menyapa Cristopher meski hanya untuk basa basi."Halo, Pak.""Selamat siang, Pak.""Anda sudah selesai makan siang, Pak?"Cristopher menghentikan langkah, diikuti Thomas. Yuki dan Amelia yang ada dibelakang Cristopher dan Thomas juga terpaksa menghentikan langkah kakinya."Halo, semua. Iya, saya sudah selesai makan. Kalian santai saja makannya. Masih cukup banyak waktu untuk menikmati menu kantin yang lezat. Saya duluan ya," kata Cristopher dengan suara yang ramah dan senyuman lebar."Ya, Pak. Silakan," jawab seseorang yang langsung berdiri diikuti beberapa orang lain, selain Dion yang tidak beberapa lama ikut berdiri."Sudah, sudah. Kalian ti