1 minggu kemudian ...
Rumor tentang Yuki yang dibuat oleh Luna menghilang tanpa jejak, tetapi muncul rumor baru dan masih disangkut pautkan dengan Yuki. Beredar rumor jika Yuki sebenarnya dicampakkan oleh Dion, dan karena tak terima, Yuki yang marah menyerang Dion dan Luna secara brutal. Amelia yang mendengar rumor itu langsung memasang badan untuk teman baiknya. Dia menyanggah rumor dan meminta semua orang untuk berhati-hati dalam berbicara dan tidak menyebar berita palsu. "Dasar orang-orang gila," gerutu Amelia. Yuki tersenyum, "Sudahlah, Mel. Kenapa juga kamu meladeni mereka. Meski kamu jelasin sampai mulutmu berbuih, kalau mereka nggak mau percaya ya percuma. Mereka pasti hanya akan percaya ucapan orang yang ingin mereka percayai. Semakin kamu tanggepin, mereka semakin menjadi." "Benar sih, tapi aku greget aja gitu. Pengen rasanya ku lakban mulut mereka semua," sahut Amelia gemas sekaligus geram. "Oh ya, aku dengar atasan baru kita mau datang ya? Bener nggak sih?" tanya Yuki mengalihkan topik pembicaraan. "Denger-denger dari kenalanku sih gitu. Perusahaan ini sudah diakuisisi oleh pengusaha asing," jawab Amelia menjelaskan. "Yah, apapun itu dan siapapun Bosnya, setidaknya kita masih bisa bertahan dan bisa makan," sahut Yuki tersenyum. "Seratus buatmu sayang," puji Amelia. Amelia dan Yuki terus membahas tentang atasan baru mereka yang sedang dalam perjalanan menuju perusahaan. *** Sebuah mobil memasuki lobi dan tidak beberapa lama turun seorang laki-laki tampan dengan stelan jas warna hitam dari dalam mobil. Laki-laki itu berdiri menatap seluruh gedung yang baru saja dibelinya. "Berikan laporan yang kuminta," kata laki-laki itu pada sekretarisnya. Seorang laki-laki mendekat dan menyerahkan sebuah dokumen,"Silakan, Pak." "Bagaimana menurutmu perusahaan ini?" tanya laki-laki tampan pada sekretarisnya. "Anda akan tahu jika melihatnya langsung, Pak. Pendapat saya tidaklah terlalu berguna," jawab sekretaris. "Aku akan meratakan bangunan ini jika tak menguntungkan nantinya," kata laki-laki tampan itu dengan serius. Sekretaris menatap Bosnya, "kalau demikian kenapa anda repot-repot menerima bangunan ini sebagai jaminan hutang, Pak? Andai saja aku bisa mengatakannya. Jika aku katakan aku akan langsung dikirim ke pedalaman," batin sekretaris. Laki-laki tampan memberikan dokumen kembali pada sekretarisnya dan tidak beberapa lama seseorang mendekatinya. Seseorang yang mendekat menyapa, lalu langsung memperkenalkan diri. "Selamat datang, Pak Cristopher. Senang bisa bertemu anda. Saya David," David memperkenalkan diri dan menyapa atasan barunya. Cristopher menganggukkan kepala perlahan, "Ya, senang bertemu denganmu juga, Pak GM." "Silakan, Pak. Saya akan mengantar anda ke ruangan anda," kata David dengan ramah dan sopan. "Kita langsung berkeliling saja," kata Cristopher meminta David mengantarnya berkeliling. David kaget, "Ya? A-anda mau langsung berkeliling?" tanyanya bingung. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Ya, apa ada masalah?" jawab Cristopher yang langsung bertanya balik. "Ti-tidak, Pak. Mari saya antar," jawab David tersenyum cerah. David membuka jalan, Cristopher mengikuti dan dibelakang Cristopher ada sekretarisnya yang juga mengikuti. Sesuai keinginan Cristopher, David mengajak Cristopher berkeliling dan memperkenalkan pada para pegawai. Semua orang terkejut begitu tahu atasan baru mereka langsung berkeliling menampakkan diri. *** Yuki fokus bekerja. Amelia yang baru saja dari luar langsung heboh begitu datang. "Yuki, Yuki, Yuki ... " panggil Amelia. "Kenapa lagi?" tanya Yuki malas. "Pak Bos ... Pak Bos mau datang ke divisi kita," kata Amelia. "Pak Bos siapa?" tanya Yuki yang masih fokus bekerja. Amelia memutar kursi Yuki sehingga dia dan Yuki saling berhadapan. "Pak Bos yang aku ceritain tadi itu lho. Masa iya kamu udah lupa sih. Kamu kan belum nenek-nenek," kata Amelia gemas. Yuki kembali memutar kursinya, "datang ya datang saja. Aku sibuk, jangan ganggu aku dulu. Kamu juga cepet kerja sana," kata Yuki tak peduli dengan apa yang Amelia katakan. Amelia menatap Yuki, "dasar gila kerja," ejeknya. "Memangnya kamu tahu dari mana Pak Bos datang? Meski datang pun kantornya kan di lantai atas, dia pasti akan langsung ke kantornya dan duduk manis. Nggak mungkin Bos repot-repot keliling kantor liatin kita," kata Yuki mengutarakan isi pikirannya. "Aku lagi di kamar mandi, terus aku denger anak-anak divisi produksi pada ngebahas tentang Pak Bos. Mereka bilang Pak Bos orangnya dingin kayak kulkas empat pintu," jelas Amelia penuh semangat. Yuki melanjutkan pekerjaannya tanpa menanggapi perkataan Amelia. Baru saja Amelia ingin mengatakan sesuatu lagi, tiba-tiba David masuk dan meminta semua devisi pemasaran berkumpul. "Semuanya, bisa berkumpul sebentar. Pak CEO kita datang dan ingin menyapa," kata David. Semua orang berkumpul termasuk Amelia dan Yuki. Cristopher masuk dalam ruangan dan menyapa. "Halo, senang bertemu dengan kalian semua. Saya Cristopher Owen, CEO baru di perusahaan ini. Semoga kedepannya kita bisa saling bekerja sama," kata Cristopher tegas. Mendengar suara yang tak asing, membuat Yuki yang tak seberapa memperhatikan langsung penasaran dengan sosok Cristopher. Begitu melihat wajah Cristopher, Yuki langsung membatu. "Di-dia kan ... ya Tuhan, dia kan laki-laki yang tidur denganku. Ba-bagaimana ini? Dia tidak mungkin mengenalku, kan? Apa aku pura-pura pingsan saja ya sekarang?" batin Yuki panik bercampur khawatir. Dia segera mundur selangkah utuk bersembunyi di belakang Amelia agar tak terlihat. David memperkenalkan Cristopher kepada kepala divisi pemasaran dan kepala divisi memperkenalkan staf terbaiknya untuk dipamerkan. Kepala divisi memanggil Yuki. Mau tidak mau Yuki berjalan mendekat dengan wajah menunduk menatap lantai. Cristopher merasa aneh, meminta Yuki mengangkat kepala agar wajahnya bisa terlihat olehnya. "Maaf, apa kamu bisa mengangkat kepalamu?" tanya Cristopher. "Ma-maaf, Pak. Saya sedang tidak enak badan dan wajah saya tidak layak dipandang," jawab Yuki yang khawatir kalau-kalau dia dikenali. Kepala divisi tertawa, "haha, Yuki kami memang pemalu, Pak. Mohon pengertian anda. Namun, saya bisa menjamin pekerjaannya." Cristopher menganggukkan kepala, "hm, begitu. Baiklah, silakan lanjutkan pekerjaan kalian. Saya mau berkeliling lagi," kata Cristopher yang lagsung pergi. Begitu Cristopher pergi, Yuki langsung bergegas kembali ke meja kerjanya dan duduk lemas. "Padahal aku udah setengah mati ngelupain kejadian itu. Eh, dia malah nongol kayak hantu. Kenapa sih Bos barunya harus dia, kenapa? kenapa?" batin Yuki mengeluh. Yuki duduk tegap. Menarik napas, lalu mengembuskan napas. "Tenang, Yuki. Tenang. Dia kan nggak liat mukamu tadi, pasti dia nggak akan ngenalin kamu. Lagian ruangannya di lantai atas, kita nggak akan pernah ketemu. Kecuali aku emang sial aja baru deh ketemu," batin Yuki. *** Sementara itu di ruangannya, Cristopher duduk diam dan tampak serius memikirkan sesuatu. "Apa aku salah lihat? Perempuan bernama Yuki dari divisi pemasaran tadi kayak nggak asing. Ah, sial! Apa aku kayak gini gara-gara kepikiran wanita itu ya? Padahal kenal aja enggak, tapi segininya aku mikirin dia. Apa perempuan itu bener-benar gak bisa kutemuin?" batin Cristopher. "Pak," panggil sekretaris. Cristopher terkejut, "ah, bisa nggak kamu ketuk pintu dulu, Tom?" "Pak, saya sudah tiga kali ketuk pintu loh. Bapak ngga jawab-jawab ya saya masuk," jawab Thomas. "Ada apa?" tanya Cristopher. "Ini dokumen yang anda minta siapkan," jawab Thomas memberikan sebuah berkas dokumen pada Cristopher. "Oh, ok. Kamu bisa lanjutkan pekerjaanmu," kata Cristopher. "Ya, Pak. Saya permisi," pamit Thomas yang langsung pergi meninggalkan ruangan Cristopher. Cristopher meletakkan dokumen di atas meja dan mengusap kasar wajahnya. "Aku gak bisa konsentrasi karena terus kepikiran. Entah apa yang buat aku kayak gini. Apa otakku bermasalah?" gumam Cristopher.Yuki yang mendengar rumor tidak menyenangkan tentangnya, langsung mendatangi Luna dan meminta pertanggung jawaban atas tuduhan yang tidak berdasar. Keduanya bertengkar hebat."Dasar jalang nggak tahu diri. Sudah dilamar, tapi masih main sama om-om. Menjijikan sekali sih," kata Luna.Plak!Sebuah tamparan keras dilayangkan Yuki, dan mendarat diwajah Luna. Luna memegangi wajahnya yang tertampar, "sialan! Perempuan jalang, apa yang kamu lakukan?" tanganya.Plak!Tamparan keras kembali mendarat di sisi lain wajah Luna. Membuatnya semakin geram."Kamu ..." ucap Luna."Kamu, kamu, kamu apa? Aku muak mendengar ocehanmu, Luna. Jangan kamu pikir aku nggak tahu trik-trik kotormu. Kamu itu siapa menilaiku sebagai jalang? Yang jalang murahan dan menjijikan itu kamu bukan aku. Dan ya, jangan sembarangan nyebar rumor nggak berdasar!" sentak Yuki marah."Nggak berdasar katamu? Hahaha ... sudah ketahuan mau ngelak ya? Kamu pikir aku ini buta apa? Dan siapa bilang nggak berdasar? Aku punya bukti foto
Di ruangan divisi produksi, Dion yang sedang sibuk menulis laporan dikejutkan oleh berita lamaran Cristopher untuk Yuki dari teman-temannya yang bergosip."Wah, gila ... hei, hei ... sini kumpul. Ada berita menarik nih.""Eh, kamu nggak selesaikan tugasmu malah keluyuran.""Tahu tuh. Ntar kena marah pak kepala divisi baru deh tahu rasa.""Jangan ngomel aja. Aku ada berita menghebohkan nih. Mau denger nggak?"Apaan?""Iya, nih. Apaan? Awas aja kalau beritanya aneh-aneh.""Bukan berita aneh, tapi berita heboh. Kalian semua pada tahu si Yuki 'kan? Dewi divisi pemasaran? Dia dilamar sama Pak CEO.""Hah? Serius?""Jangan bercanda deh.""Masa sih? Berita beran apa cuma rumor nih?""Astaga kalian ini. Aku serius tahu. Aku baru dari sana lihat sendiri dari pintu. Pak CEO berlutut ngeluarin cincin terus cincinnya disodorin ke Yuki. Satu ruangan pada heboh pokoknya. Kecuali satu orang yang tadi tiba-tiba keluar sambil cemberut dan kesel. Ah, pokoknya heboh deh.""Eh, ke divisi pemasaran yuk.""
Cristopher dan Yuki saling bertatapan sekilas. Keduanya sama-sama merasa malu dan bersalah karena sudah melarikan diri dari perjodohan yang sudah disiapkan."Kita sudahi dulu topik ini dan mulai makan. Kita bahas hal lain saja," kata Stevano."Jadi, Cris ... sejauh apa hubunganmu dengan Yuki saat ini?" tanya Stevano."Seperti yang sebelumnya aku katakan, Pa. Kalau aku dan Yuki, kami sudah sepakat untuk menikah. Yuki sudah menerima pernyataan cintaku dan lamaranku," jawab Cristopher."Ah, begitu. Jadi, tinggal pernikahan saja ya? Atau mau bertunangan dulu?" tanya Stevano."Itu ... aku sih terserah Yuki saja, tapi sebelumnya ada yang mau aku sampaikan. Untuk Om, tante dan kedua kakak, saya harap kalian mau menerima saya sebagai anggota baru dalam keluarga. Saya harap kita juga bisa menjalin hubungan yang baik kedepannya," kata Cristopher.Yoseph menatap sang istri, dan istrinya tampak tersenyum sembari menganggukkan kepala. Dia memalingkan pandangan ke Cristopher dan memberikan jawaban
Cristopher dan Yuki berada di depan gedung restoran tempat diadakannya pertemuan. Keduanya saling menatap dalam tanpa bicara, sampai Cristopher menyakinkan Yuki, jika semua akan baik-baik saja."Tenanglah. Aku yakin semua akan baik-baik saja. Papamu 'kan juga mengatakan itu," kata Cristopher, memegang tangan Yuki."Iya sih, papaku memang bilang semua akan baik-baik saja, tapi aku masih ragu. Aku takut, gimana kalau ternyata sebaliknya?" ucap Yuki ragu-ragu."Apa aku ikut ketemu keluargamu aja? Aku bisa batalin pertemuanku dengan papaku," kata Cristopher."Eh, nggak perlu segitunya. Aku yang nggak enak sama papamu. Padahal aku diundang makan bareng, tapi aku nggak bisa soalnya pas banget keluargaku ngajakin ketemuan. Kamu temenin papamu aja. Aku nggak masalah sendiri. Lagipula tempat janjiannya 'kan sama. Kita bisa ketemu lagi nanti," kata Yuki menjelaskan."Ya sudah, kalau itu maumu. Kalau ada apa-apa cepat hubungin aku ya," kaya Cristopher."Ok," jawab Yuki."Ayo, kita masuk. Lama-la
Cristopher dan Yuki memutuskan pergi setelah makan siang. Yoseph dan istrinya juga langsung pergi untuk kembali ke Hotel. Sementara Yusak dan Yohan memilih untuk jalan-jalan ke pusat perbelanjaan untuk cuci mata.Dalam perjalanan kembali, Cristopher dan Yuki membicarakan tentang keluarga Yuki."Bagaimana menurutmu?" tanya Yuki, menatap Cristopher dalam."Apanya?" tanya Cristopher."Apa lagi? Ya keluargaku lah. Menurutmu bagaimana mereka?" tanya Yuki."Kalau boleh jujur. Mereka nggak terlalu buruk. Maaf, aku mengatakan sesuatu yang menyinggung ya? Aku nggak tau apa yang mereka lakukan padamu, tapi yakin mereka punya alasan. Yah, apapun itu, tadi aku lumayan gugup. Aku sudah terbayang akan di maki atau disiram air oleh papamu atau mamamu. Kalau hanya sebatas omongan aku masih bisa membalasnya. Padahal aku sudah berpikir bagaimana caranya menghadapi keluargamu. Ternyata nggak sesulit dugaanku," jawab Cristopher jujur."Begitu ya. Menurutku juga mereka berbeda. Biasanya mereka nggak akan
Yuki terkejut saat mendengar papanya membentak Yohan. Seingatnya, papanya tidak pernah bicara kasar pada Yohan. Sehingga semua orang tahu Yohan adalah anak kesayangan Yoseph."Apa yang terjadi? Dia seperti bukan papa yang aku kenal," tanya Yuki dalam hati.Saat melihat Yohan pergi, Yuki melihat papanya hanya diam saja, begitu juga Yusak dan mamanya.Yuki berdiri dari duduknya dan hendak pergi. Yoseph yang melihat langsung bertanya."Ada apa? Kenapa kamu berdiri?" tanya Yoseph mentap Yuki."Aku mau keluar sebentar," kata Yuki."Apa kamu mau menyusul Yohan?" tanya Yoseph."Papa kenapa sih? Papa itu bukan seperti papa yang aku kenal. Kalau sikap papa kayak gini, malah bikin aku merasa aneh. Kalian makanlah dulu. Aku mau keluar," kata Yuki.Saat Yuki berbalik dan pergi, tangannya dipegang oleh Cristopher.Yuki menatap Cristopher, "aku nggak apa-apa. Kamu di sini aja dulu," katanya."Ok, hati-hati. Bawa ponselmu. Kalau butuh sesuatu, langsung hubungi aku. Mengerti?" ucap Cristopher."Hm,"