1 minggu kemudian ...
Rumor tentang Yuki yang dibuat oleh Luna menghilang tanpa jejak, tetapi muncul rumor baru dan masih disangkut pautkan dengan Yuki. Beredar rumor jika Yuki sebenarnya dicampakkan oleh Dion, dan karena tak terima, Yuki yang marah menyerang Dion dan Luna secara brutal. Amelia yang mendengar rumor itu langsung memasang badan untuk teman baiknya. Dia menyanggah rumor dan meminta semua orang untuk berhati-hati dalam berbicara dan tidak menyebar berita palsu. "Dasar orang-orang gila," gerutu Amelia. Yuki tersenyum, "Sudahlah, Mel. Kenapa juga kamu meladeni mereka. Meski kamu jelasin sampai mulutmu berbuih, kalau mereka nggak mau percaya ya percuma. Mereka pasti hanya akan percaya ucapan orang yang ingin mereka percayai. Semakin kamu tanggepin, mereka semakin menjadi." "Benar sih, tapi aku greget aja gitu. Pengen rasanya ku lakban mulut mereka semua," sahut Amelia gemas sekaligus geram. "Oh ya, aku dengar atasan baru kita mau datang ya? Bener nggak sih?" tanya Yuki mengalihkan topik pembicaraan. "Denger-denger dari kenalanku sih gitu. Perusahaan ini sudah diakuisisi oleh pengusaha asing," jawab Amelia menjelaskan. "Yah, apapun itu dan siapapun Bosnya, setidaknya kita masih bisa bertahan dan bisa makan," sahut Yuki tersenyum. "Seratus buatmu sayang," puji Amelia. Amelia dan Yuki terus membahas tentang atasan baru mereka yang sedang dalam perjalanan menuju perusahaan. *** Sebuah mobil memasuki lobi dan tidak beberapa lama turun seorang laki-laki tampan dengan stelan jas warna hitam dari dalam mobil. Laki-laki itu berdiri menatap seluruh gedung yang baru saja dibelinya. "Berikan laporan yang kuminta," kata laki-laki itu pada sekretarisnya. Seorang laki-laki mendekat dan menyerahkan sebuah dokumen,"Silakan, Pak." "Bagaimana menurutmu perusahaan ini?" tanya laki-laki tampan pada sekretarisnya. "Anda akan tahu jika melihatnya langsung, Pak. Pendapat saya tidaklah terlalu berguna," jawab sekretaris. "Aku akan meratakan bangunan ini jika tak menguntungkan nantinya," kata laki-laki tampan itu dengan serius. Sekretaris menatap Bosnya, "kalau demikian kenapa anda repot-repot menerima bangunan ini sebagai jaminan hutang, Pak? Andai saja aku bisa mengatakannya. Jika aku katakan aku akan langsung dikirim ke pedalaman," batin sekretaris. Laki-laki tampan memberikan dokumen kembali pada sekretarisnya dan tidak beberapa lama seseorang mendekatinya. Seseorang yang mendekat menyapa, lalu langsung memperkenalkan diri. "Selamat datang, Pak Cristopher. Senang bisa bertemu anda. Saya David," David memperkenalkan diri dan menyapa atasan barunya. Cristopher menganggukkan kepala perlahan, "Ya, senang bertemu denganmu juga, Pak GM." "Silakan, Pak. Saya akan mengantar anda ke ruangan anda," kata David dengan ramah dan sopan. "Kita langsung berkeliling saja," kata Cristopher meminta David mengantarnya berkeliling. David kaget, "Ya? A-anda mau langsung berkeliling?" tanyanya bingung. Tak percaya dengan apa yang didengarnya. "Ya, apa ada masalah?" jawab Cristopher yang langsung bertanya balik. "Ti-tidak, Pak. Mari saya antar," jawab David tersenyum cerah. David membuka jalan, Cristopher mengikuti dan dibelakang Cristopher ada sekretarisnya yang juga mengikuti. Sesuai keinginan Cristopher, David mengajak Cristopher berkeliling dan memperkenalkan pada para pegawai. Semua orang terkejut begitu tahu atasan baru mereka langsung berkeliling menampakkan diri. *** Yuki fokus bekerja. Amelia yang baru saja dari luar langsung heboh begitu datang. "Yuki, Yuki, Yuki ... " panggil Amelia. "Kenapa lagi?" tanya Yuki malas. "Pak Bos ... Pak Bos mau datang ke divisi kita," kata Amelia. "Pak Bos siapa?" tanya Yuki yang masih fokus bekerja. Amelia memutar kursi Yuki sehingga dia dan Yuki saling berhadapan. "Pak Bos yang aku ceritain tadi itu lho. Masa iya kamu udah lupa sih. Kamu kan belum nenek-nenek," kata Amelia gemas. Yuki kembali memutar kursinya, "datang ya datang saja. Aku sibuk, jangan ganggu aku dulu. Kamu juga cepet kerja sana," kata Yuki tak peduli dengan apa yang Amelia katakan. Amelia menatap Yuki, "dasar gila kerja," ejeknya. "Memangnya kamu tahu dari mana Pak Bos datang? Meski datang pun kantornya kan di lantai atas, dia pasti akan langsung ke kantornya dan duduk manis. Nggak mungkin Bos repot-repot keliling kantor liatin kita," kata Yuki mengutarakan isi pikirannya. "Aku lagi di kamar mandi, terus aku denger anak-anak divisi produksi pada ngebahas tentang Pak Bos. Mereka bilang Pak Bos orangnya dingin kayak kulkas empat pintu," jelas Amelia penuh semangat. Yuki melanjutkan pekerjaannya tanpa menanggapi perkataan Amelia. Baru saja Amelia ingin mengatakan sesuatu lagi, tiba-tiba David masuk dan meminta semua devisi pemasaran berkumpul. "Semuanya, bisa berkumpul sebentar. Pak CEO kita datang dan ingin menyapa," kata David. Semua orang berkumpul termasuk Amelia dan Yuki. Cristopher masuk dalam ruangan dan menyapa. "Halo, senang bertemu dengan kalian semua. Saya Cristopher Owen, CEO baru di perusahaan ini. Semoga kedepannya kita bisa saling bekerja sama," kata Cristopher tegas. Mendengar suara yang tak asing, membuat Yuki yang tak seberapa memperhatikan langsung penasaran dengan sosok Cristopher. Begitu melihat wajah Cristopher, Yuki langsung membatu. "Di-dia kan ... ya Tuhan, dia kan laki-laki yang tidur denganku. Ba-bagaimana ini? Dia tidak mungkin mengenalku, kan? Apa aku pura-pura pingsan saja ya sekarang?" batin Yuki panik bercampur khawatir. Dia segera mundur selangkah utuk bersembunyi di belakang Amelia agar tak terlihat. David memperkenalkan Cristopher kepada kepala divisi pemasaran dan kepala divisi memperkenalkan staf terbaiknya untuk dipamerkan. Kepala divisi memanggil Yuki. Mau tidak mau Yuki berjalan mendekat dengan wajah menunduk menatap lantai. Cristopher merasa aneh, meminta Yuki mengangkat kepala agar wajahnya bisa terlihat olehnya. "Maaf, apa kamu bisa mengangkat kepalamu?" tanya Cristopher. "Ma-maaf, Pak. Saya sedang tidak enak badan dan wajah saya tidak layak dipandang," jawab Yuki yang khawatir kalau-kalau dia dikenali. Kepala divisi tertawa, "haha, Yuki kami memang pemalu, Pak. Mohon pengertian anda. Namun, saya bisa menjamin pekerjaannya." Cristopher menganggukkan kepala, "hm, begitu. Baiklah, silakan lanjutkan pekerjaan kalian. Saya mau berkeliling lagi," kata Cristopher yang lagsung pergi. Begitu Cristopher pergi, Yuki langsung bergegas kembali ke meja kerjanya dan duduk lemas. "Padahal aku udah setengah mati ngelupain kejadian itu. Eh, dia malah nongol kayak hantu. Kenapa sih Bos barunya harus dia, kenapa? kenapa?" batin Yuki mengeluh. Yuki duduk tegap. Menarik napas, lalu mengembuskan napas. "Tenang, Yuki. Tenang. Dia kan nggak liat mukamu tadi, pasti dia nggak akan ngenalin kamu. Lagian ruangannya di lantai atas, kita nggak akan pernah ketemu. Kecuali aku emang sial aja baru deh ketemu," batin Yuki. *** Sementara itu di ruangannya, Cristopher duduk diam dan tampak serius memikirkan sesuatu. "Apa aku salah lihat? Perempuan bernama Yuki dari divisi pemasaran tadi kayak nggak asing. Ah, sial! Apa aku kayak gini gara-gara kepikiran wanita itu ya? Padahal kenal aja enggak, tapi segininya aku mikirin dia. Apa perempuan itu bener-benar gak bisa kutemuin?" batin Cristopher. "Pak," panggil sekretaris. Cristopher terkejut, "ah, bisa nggak kamu ketuk pintu dulu, Tom?" "Pak, saya sudah tiga kali ketuk pintu loh. Bapak ngga jawab-jawab ya saya masuk," jawab Thomas. "Ada apa?" tanya Cristopher. "Ini dokumen yang anda minta siapkan," jawab Thomas memberikan sebuah berkas dokumen pada Cristopher. "Oh, ok. Kamu bisa lanjutkan pekerjaanmu," kata Cristopher. "Ya, Pak. Saya permisi," pamit Thomas yang langsung pergi meninggalkan ruangan Cristopher. Cristopher meletakkan dokumen di atas meja dan mengusap kasar wajahnya. "Aku gak bisa konsentrasi karena terus kepikiran. Entah apa yang buat aku kayak gini. Apa otakku bermasalah?" gumam Cristopher.Keesokan harinya ...Yuki berangkat pagi-pagi sekali dengan wajah kusam karena semalaman tidak bisa tidur. Dia terus kepikiran tentang kejadian bodoh yang diperbuatnya pada Bosnya.Yuki melihat pintu lift mulai tertutup, sementara dia berada tak jauh. Dengan cepat Yuki berlari menuju lift."Tunggu," ucap Yuki meminta orang di dalam lift menahan pintu untuknya. Yuki sampai di depan lift, tapi pintu lift sudah tertutup. Namun, sesaat kemudian pintu lift terbuka dan Yuki melihat seseorang yang tak ingin ditemuinya berada di dalam lift.Mata Yuki melebar, "Dia ... ah, sial sekali. kenapa aku malah ketemu sama dia? Aku nggak boleh ketahuan," batin Yuki panik."Tidak masuk?" tanya seseorang di dalam lift, yang adalah Cristopher."Si-silakan anda duluan, Pak CEO. Saya menunggu lift selanjutnya saja," jawab Yuki yang langsung menundukkan kepala menghindari tatapan Cristopher."Masuklah," pinta Cristopher menatap Yuki.Yuki terdiam dan tetap menunduk. Cristopher yang melihat Yuki terdiam kem
Yuki duduk di kursinya dan memikirkan apa yang baru saja terjadi antara dia dan Cristopher. Sebenarnya dia tidak bermaksud bicara kasar pada Cristopher, tetapi dia tidak punya pilihan lain selain menarik garis tegas. Dia tidak ingin asal berhubungan dengan laki-laki dan hatinya pun masih belum siap usai dikhianati kekasih dan temannya."Apa kata-kataku keterlaluan? Dia pasti marah," gumam Yuki.Yuki menggelengkan kepalanya cepat, "sudahlah. Mau dia marah atau enggak aku nggak peduli. Kalau misal marah terus aku dipecat ya terima aja," batin Yuki.Yuki mencoba melupakan sesaat apa yang terjadi dan mulai fokus bekerja. Beberapa menit kemudian, satu per satu rekan kerja lain mulai berdatangan. Sampai saat Luna datang dengan membawa hadiah untuk semua rekan satu divisinya. Membuat seluruh ruangan heboh."Semuanya, aku bawakan kalian hadiah. Mohon diterima ya," kata Luna dengan tersenyum cantik.Seorang menerima pemberian Luna, "wah, apa ini?""Makasih, Luna.""Wow, bagus sekali. Makasih,
Setelah kejadian di ruangan CEO, Yuki mulai menghindari Cristopher. Saat berpapasan atau tidak sengaja bertemu, Yuki hanya menundukkan kepala sebagai tanda sopan santun, dan berlalu begitu saja tanpa menatap wajah Cristopher. Hal itu membuat Cristopher semakin gelisah.Cristopher duduk bersandar di sofa ruang kerjanya, "sudah hampir seminggu, saat kami bertemu di lift pun dia hanya menundukkan kepala tanpa melihatku. Apa dia sangat membenciku? Apa yang harus aku lalukan, ya?" batin Cristopher berpikir serius.Pintu ruangan di ketuk, tidak lama pintu terbuka dan seseorang masuk."Tom, apa saja jadwalku hari ini?" tanya Cristopher, mengira seseorang yang datang adalah sekretarisnya, Thomas."Maaf, Pak. Saya diminta Pak Thomas mengantarkan dokumen," kata seseorang yang baru masuk ke dalam ruangan. Yang tak lain adalah Yuki.Yuki yang baru masuk berdiri di belakang Cristopher yang duduk santai di sofa. Mendengar suara yang dirindukan, membuat Cristopher tersenyum. Dia berpikir dia sedan
Keesokan harinya ... Yuki, Amelia dan dua pegawai baru saja masuk ke dalam lift. Beberapa detik kemudian, Cristopher dan Thomas juga ikut masuk. "Selamat pagi, Pak CEO, Pak Thomas." "Selamat pagi, Pak CEO dan Pak Sekretaris." "Pak CEO, Pak Thomas, selamat pagi." Amelia dan dua pegawai lain menyapa Cristopher dan Thomas. Sedangkan Yuki hanya menundukkan kepala sedikit tanpa mengucap salam. Cristopher melihat sekilas para karyawannya dan menganggukkan kepala tanpa menjawab. Dia berdiri membelakangi para keryawannya. "Selamat pagi juga kalian. Maaf ya, saya dan Pak CEO sedang buru-buru. Jadi kami nggak bisa menunggu lift berikutnya," kata Thomas tersenyum menatap orang-orang di belakangnya. Thomas berdiri tepat di samping Cristopher. Thomas menekan lantai tujuannya dan pintu lift pun tertutup. Lift perlahan berjalan naik. "Kapan lift sebelah akan diperbaiki?" tanya Cristopher pada Thomas. "Oh, saya sudah meminta pihak keamanan mengurusnya. Mungkin nanti," jawab Thomas.
Luna mendatangi tempat Yuki dan Amelia berada dengan segelas air di tangannya. Tanpa ragu-ragu Luna menuang air ke kepala Yuki."Dasar perempuan gila. Rasain nih," kata Luna mengatai Yuki.Yuki terkejut karena kepalanya tiba-tiba basah, saat memalingkan pandangan ke sisi kanan, dia melihat Luna sudah berdiri di sampingnya dengan tatapan mata yang tajam."Apa-apaan ini, Luna?" tanya Yuki, langsung berdiri dari duduknya."Dasar jalang gila! Bisa-bisanya kamu nendang kaki Dion sampai memar. Maksud kamu tuh apa sih? Kamu mau caper?" sentak Luna marah.Yuki memutar bola mata mendengar ocehan Luna yang menuduhnya mencari perhatian dengan tersenyum masam."Caper katamu? Jangan asal nuduh tanpa bukti deh. Aku nendang Dion karena Dion yang mulai duluan," Yuki menyincing lengan pakaiannya sebelah kanan dan menunjukkan luka memar dari cengkraman Dion, "aku sendiri pun dibuat kayak gini sama Dion."Luna melihat luka memar Yuki, "apa sih, cuma memar gitu doang. Itu nggak ada apa-apanya dibandingk
Di sebuah restoran, terlihat Yuki sedang berbincang dengan seorang wanita paruh baya. Wanita paruh baya tersenyum, "Bagaimana kabarmu, Nak?" tanyanya."Baik, tetapi juga buruk. Singkat saja tanpa perlu basa-basi. Kenapa tante minta kita bertemu?" jawab Yuki yang langsung menanyakan tujuan wanita itu memanggilnya datang."Aduh, kenapa kamu seperti ini. Kita kan sudah lama nggak ketemu. Tante kangen sama kamu. Oh, ya. Kenapa bulan ini kamu enggak transfer ke tante? Tante nungguin loh," ucap wanita paruh baya itu sambil terus tersenyum pada Yuki.Yuki tersenyum tipis, "Tante ngajak aku ketemu cuma tanya soal uang?" tanyanya."Iya dong. Kan tante kaget tiba-tiba aja kamu nggak ngirim uang. Biasanya kamu rutin ngirim," wanita itu masih dengan tidak tahu malunya menjawab perkataan Yuki. Padahal Yuki sudah terlihat muak."Apa Dion nggak memberitahu tante?" tanya Yuki menatap wanita paruh baya dihadapannya, yang ternyata adalah Ibu Dion."Memberitahu apa?" tanya wanita paruh baya itu tidak m
Sesampainya di rumah, Dion langsung berteriak memanggil mamanya. "Mama ... " teriak Dion.Seorang pria paruh baya keluar dari sebuah ruangan, "Ada apa, Dion? Kenapa kamu teriak?" tanyanya."Di mana mama, Pa?" tanya Dion menatap papanya. "Papa nggak tahu. Sejak tadi sore pergi belum pulang," jawab papa Dion.Dion yang kesal langsung melempar jasnya ke sofa dan duduk. Dia tak punya pilihan selain menunggu Mamanya pulang untuk minta penjelasan.Papa Dion menghampiri Dion. Duduk di sofa di hadapan Dion. Melihat anaknya tampak tidak baik-baik saja, Papa Dion langsung bertanya apa hal yang sudah terjadi."Ada apa? Apa ada masalah? Wajahmu tampak lg nggak baik-baik aja," tanya papa Dion yang masih ingin tahu."Apa papa juga tahu?" tanya Dion menatap papanya tiba-tiba."Tahu apa? Kamu ngomong yang jelas dong. Jangan buat papa bingung," jawab papa Dion."Papa tahu nggak kalau selama ini Yuki ngirimin uang ke Mama?" tanya Dion memastikan.Papa Dion terkejut, "Hah? Buat apa Yuki ngirim uang ke
Malam hari sebelum kejadian, Dion ternyata lebih dulu menghubungi Yuki. Merasa khawatir pada keadaan Dion, Yuki lantas menyusul Dion setelah tahu di mana Dion berada. Saat Yuki ingin membantu Dion yang sedang mabuk berat, tiba-tiba saja Luna muncul dan langsung membantu Dion. Yuki lantas mengurungkan niatnya dan memilih untuk pulang. Sepanjang perjalanan pulang, Yuki merasa sedih. Air matanya menetes begitu saja membasahi kedua pipinya. Aneh memang, kenapa dia harus menangisi laki-laki yang mengkhianatinya? Namun, Yuki tak bisa menepis jika Dion adalah sosok yang amat disayanginya. Yuki menyeka air matanya, "Kamu nggak boleh lemah, Yuki. Beginilah hidup. Nggak semua berjalan sesuai keinginanmu," batinnya. Sesampainya di rumah, Yuki segera meringkas dan memilah semua barang pemberian Dion. Memasukkannya ke dalam kotak besar. Ada beberapa boneka, pakaian, sepatu, bahkan jam tangan pasangan. Ada juga cincin yang Dion berikan sebagai hadiah ulang tahunnya tahun lalu. Tak hanya itu,
Amelia membuka pintu sebuah mobil, masuk dan segera menutup pintu mobil. Di dalam mobil, sudah ada Thomas yang menunggunya."Ada apa, Pak?" tanya Amelia menatap Thomas."Sudah selesai makan dan mainnya sama Yuki? Kok cuma sebentar?" tanya Thomas balik, tanpa menjawab pertanyaan Amelia."Ya karena kami memang sudah mau pulang aja. Bapak nggal jawab pertanyaan saya, kenapa minta ketemu saya?" tanya Amelia usai menjawab pertanyaan Thomas.Thomas mendekatkan wajahnya mentap Amelia. Dipegangnya wajah Amelia untuk melihat luka-luka diwajah Amelia."Masih belum pulih benar ya," ucap Thomas.Amelia mengerutkan dahi, "bapak ngapain?" tanyanya dengan suara pelan.Thomaa menatap Amelia, "saya lagi lihat luka kamu," jawabnya."Eh, bapak nggak usah segininya. Saya kaget lho bapak tiba-tiba pegang-pegang wajah saya, terus dekat-dekat saya. Untungnya saya nggak salah paham," ucap Amelia. Amelia sengaja mengungkapkan isi pikiran dan hatinya."Salah paham apa?" tanya Thomas."Salah paham kalau bapak
Amelia dan Yuki makan malam bersama di sebuah restoran. Selesai makan, Amelia mengajak Yuki jalan-jalan sebentar di taman pusat kota."Tumben mau aku ajak jalan-jalan," kata Amelia."Sesering itu kah aku menolakmu, Nona Amelia?" tanya Yuki menggoda Amelia."Iya, sering. Sering benget. Diajak ke mana-mana selalu aja tuh jawabannya males, capek, aduh lain kali aja ya. Sampai gemes, tapi ntar alu gemesin kamunya ngambek," jawab Amelia.Yuki tersenyum cantik, "aduh, aduh, teman kesayanganku ngambek nih. Uh, imutnya ... " ucap Yuki menggoda Amelia lagi."Omong-omong, pernikahan Dion dan Luna itu serius atau gimana ya?" tanya Amelia.Yuki menatap Amelia, "emang kenapa? Ada yang salah dengan pernikahan mereka?" tanyanya."Kamu enggk buka undangannya? Nggak baca isinya?" tanya Amelia.Yuki menggelengkan kepala, "enggak. Aku aja lupa aku taruh mana undangannya. Kayakny sih di laci meja kantor. Apa kebawa pulang ya? Nggak taulah, nanti aku cari. Emang apa isinya? Dan kapan itu acaranya? Soalny
Amelia dan Yuki kembali bekerja setelah makan siang. Keduanya fokus pada pekerjaan masing-masing. Sesekali Ameli mengintip Yuki. Terlihat Yuki bergitu serius bekerja, membuat Amelia tak enak kalau sampai mengganggu temannya itu."Apa yang dimaksud Dion tadi, ya? Astaga, aku sampai segininya kepikirian. Satu-satunya biar nggak penasaran ya aku langsung tanya ke Yuki. Cuma dia sekarang lagi sibuk. Gimana dong?" batin Amelia.Amelia menghela napas panjang. Mau tak mau dia harus sabar menuggu setelah pulang kerja agar bisa bicara dengan Yuki.***Pukul 17.15 sore. Terlihat Yuki sedang berkemas. Begitu juga Amelia. Selesai berkemas, Amelia menghampiri Yuki dan mengajak Yuki pulang bersama."Yuk, pulang bareng," kata Amelia menawari."Yuk," jawab Yuki.Amelia dan Yuki pergi meninggalkan ruangan bersama. Keduanya menunggu di depan lift, dan saat pintu lift terbuka, tampak Cristopher dan Thomas ada di dalam lift. Thomas tersenyum menatap Amelia dan Yuki. Amelia juga tersenyum, dan keduanya
Malam sebelumnya ...Dion mensihati Luna agar Luna tak terus saja mencari-cari masalah dengan rekan sekantor. "Luna, bisa nggak kamu menahan dirimu sedikit? Malu kalau sampai diomongin orang-orang kator lho," ucap Dion.Luna mengerutkan dahi, "bukan aku duluan yang mulai kok. Yang mulai ya teman mantammu itu," jawabnya."Nggak perlu bawa-bawa mantan. Yang udah ya udah. Nggak usah dibahas," sahut Dion tidak senang.Luna menatap Dion, "kenapa? Emang kenyataannya kayak gitu. Pasti itu mantan kamu yang nyuruh temannya buat nganiaya aku," ucap Luna mengadu."Belum tentu. Kalau misal bukan dia yang nyuruh temannya gimana?" jawab Dion."Kamu kok jadi bela dia sih," sahut Luna kesal."Aku nggak bela. Bela darimananya? Selalu omonganku kamu puter-puter biar jadinya aku yang salah deh. Ini kebiasaammu yang nggak aku sukai," jawab Dion berterus terang."Oh, gitu. Jadi aku yang salah sekerang? Iya? Bagus. Salahin aja terus," sahut Luna membuang muka."Astaga, kenapa selalu aja kayak gini sih? A
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Cristopher dan Stevy pergi meninggalkan rumah Yuki. Yuki mengantar kepergian Cristopher dan Stevy sampai di parkiran. Sebelum berpisah, Yuki memeluk erat Stevy, mencium Stevy dan mengucapkan selamat tinggal. Hal sama dilakukan Yuki pada Cristopher.***Cristopher baru selesai mandi, dan sedang bercermin. Dia terkejut melihat merah-merah di lehernya."Wah, perempuan itu sungguh membuatku gila. Bagaimana caranya aku menutupi ini? Kayaknya ini gak bisa ketutup krah kemeja seperti yang sebelumnya," batin Cristopher mengusap jejak merah di lehernya. Jejak merah yang ditinggalkan Yuki, letaknya memang berbeda dari jejak yang sebelumnya. Yang saat ini letaknya hampir mendekati rahang kiri dan kanan Cristopher sehingga siapapun yang melihat akan tahu jika itu adalah jejak ciuman.Cristopher segera berganti pakaian, dia menggunakan plaster untuk menutup bekas jejak yang ditinggalakn Yuki. Meski tampak aneh, itu terlihat lebih baik dibandingkan tidak ditutupi
Thomas dan Amelia makan malam bersama. Thomas lebih dulu menghubungi Amelia dan mengajak makan malam dengan alasam tidak ingin makan sendirian."Ada apa, Pak?" tanya Amelia menatap Thomas."Apanya?" jawab Thomas menatap Amelia."Nggak perlu pura-pura. Bapak mau menyampaikan sesuatu, 'kan? atau mau tahu sesuatu?" tanya Amelia."Ya, begitulah. Saya suka kamu peka. Padahal saya sudah bingung mau memulai pembicaraan dari mana," jawab Thomas."Silakan bicara dengan nyaman, Pak. Jangan sungkan," sahut Amelia."Kamu baik-baik saja? Lukamu bagaimana?" tanya Thomas khawatir."Saya baik-baik saja," jawab Amelia."Saya antar ke rumah sakit, ya?" tawar Thomas."Nggak mau ah," jawab Amelia cepat."Kenapa? Memarmu harus diperiksa dokter, Amelia. Gimana kalau ada apa-apa kedepannya?" tanya Thomas."Saya takut diperiksa dokter. Saya pernah punya pengalaman nggak menyenangkan dengan dokter," jawab Amelia menjelaskan alasannya enggan ke dokter."Boleh saya tahu pengalaman apa itu?" tanya Thomas ingin t
Mendengar cerita Amelia, Yuki menjadi sedih. Tanpa sadar air matanya jatuh."His, ngapain juga kamu nangis sih. Kayak anak kecil aja," kata Amelia. Memberikan tisu kepada Yuki.Yuki menyeka air matanya, "kamu tuh ya. Kan sudah aku bilang nggak perlu hiraukan si Luna. Mulutnya memang pedas suka provokasi," katanya terisak."Nggak apa-apa. Aku puas kok sdh tarik rambutnya terus ngeremas mukanya. Hehe ... " sahut Amelia tersenyum.Meski demikian, Amelia tak menceritakan sedetail apa pertengarannya dengan Luna karena tak mau Yuki khawatir. Satu-satunya yang tahu bagaimana keadaan Amelia adalah Thomas. Thomas dan Cristopher bergabung di meja Yuki dan Amelia. Sebelumnya merek berdua izin kepada Yuki dan Amelia, dan dipersilakan."Ada apa ini? Kok suasana begitu serius?" tanya Cristopher."E-enggak apa-apa, Pak," jawab Yuki cepat-cepat menyeka bekas air matanya dengan tisu.Thomas menatap Yuki, lalu menatap Amelia. Ditatapnya cukup lama Amelia untuk melihat bagaimana keadaan seseorang di ha
Amelia dan Yuki makan siang bersama di kantin. Sembari makan, Amelia bercerita apa hal yang terjadi antara dirinya dan Luna.***Malam sebelumnya ..."Luna," panggil Amelia.Amelia mengikuti Luna. Saat di parkiran, Amelia memanggil Luna dan langsung menarik Luna untuk ikut bersamanya."Apaan sih. Lepas!" sentak Luna berontak."Ngapain Amelia di sini?" batin Luna.Amelia mendorong Luna, "mau sampai kapan kamu bertingkah kayak anak kecil? Dasar nggak tau malu," katanya kesal.Luna menatap Amelia, "ada apa denganmu? Kenapa kamu tiba-tiba narik tanganku sampai dorong-dorong aku sih? Nggak jelas banget," ucapnya kesal."Bodo amat. Aku nggak peduli mau kamu kesel kek, enggak kek. Nggak penting tahu," sahut Amelia.Luna mengertukan dahi, "kamu sudah gila, ya?" tanyanya."Dasar gila!" umpat Luna."Ya. Aku sudah gila. Puas?" jawab Amelia mengiakan pertanyaan Luna."Apa Yuki yang menyuruhmu seperti ini? Dibayar berapa sama dia? Mau-maunya kamu jadi budaknya," kata Luna mengejek Amelia."Yuki ng
Amelia berada di atap menikmati pemandangan sekitar. Seseorang menghampiri Amelia dan berdiri disebelahnya, lalu memberikan segelas es cappucino."Nih," kata seseorang itu.Amelia menatap seseorang di sampingnya dan menerima pemberiannya, "makasih," jawabnya."Kamu nggak apa-apa? Lukamu belum juga diobati," kata seseorang itu, yang tak lain adalah Thomas."Saya nggak apa-apa kok. Luka kecil gini nanti juga sembuh sendiri," jawab Amelia."Jangan sepelekan luka kecil. Kamu nggak pernah dengar kalau sesuatu hal besar terjadi karena hal kecil?" sahut Thomas.Amelia menatap Thomas, "bapak kenapa ke sini? Tadi bapak chat saya tanya di mana cuma mau ngikutin saya terus ngejek saya gitu?" tanyanya."Enggaklah. Ngapain juga saya ngejek kamu. Saya tuh khawatirin kamu," jawab Thomas."Bapak khawatir sama saya? Nggak perlu repot-repot, Pak. Saya nggak apa-apa kok," jawab Amelia lagi."Kenapa sih, kamu mesti bertengkar sama Luna? Coba saya nggak lewat tadi malam, kamu pasti sudah dirumah sakit sek